Eksploitasi sumber daya hutan dan
3.1.Eksploitasi sumber daya hutan dan
karbon, dll) juga mempunyai manfaat sosial
implikasinya terhadap lingkungan
ekonomi dan budaya yang selalu berubah-ubah
Eksploitasi sumber daya hutan dengan
dari waktu ke waktu. (Aqsa, 2010).
mengatasnamakan pembangunan pada akhir
Dalam konteks sosiologis, pengelolaan dan
dekade 60-an yang mengedepankan pencapaian
pemanfaatan sumber daya hutan pada dasarnya
pertumbuhan ekonomi telah membawa dampak
menunjukkan pola interaksi diantara manusia
pada kerusakan hutan. Kawasan hutan di
dan lingkungannya. Ketika ilmu pengetahuan
Indonesia mencapai luas 134 juta ha atau
modern berkembang pesat dan industrialisasi
sekitar 60 dari luas total seluruh Indonesia
menjelma sebagai gaya hidup baru, manusia
(Wibowo, 2010). Hutan mempunyai manfaat
tidak lagi memanfaatkan dalam jumlah yang
langsung dan tidak langsung bagi makhluk
dibutuhkan. Dengan percaya diri yang
hidup. Manfaat langsung dari hutan adalah
berlebih, alam dan lingkungan terus-menerus
penghasil kayu dan non kayu, sedangkan
di eksploitasi. Dalam tahap ini paham yang
manfaat tidak langsungnya adalah sebagai
sering terkenal sebagai antroposentrisme
pengendali iklim mikro, pengatur tata air dan
kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah
merupakan simbol kerakusan manusia sistemik
yang sangat penting bagi kehidupan manusia
yang tidak hanya bersifat individual, tetapi
saat ini dan di masa yang akan datang.
terlekat pada teknologi, ilmu pengetahuan,
Hutan merupakan salah satu sumberdaya
sistem ekonomi dan struktur kekuasaan para
alam yang dapat dimanfaatkan sebagai modal
pemegang kekuasaan dan otoritas. Interaksi ini
pembangunan.
Sebagai suatu modal,
terus berlanjut. Masyarakat menyadari bahwa
kelestariannya harus dapat dijaga agar dapat
merusak lingkungan sama halnya tidak
berkontribusi optimal bagi pembangunan secara
memikirkan masa depan lingkungan. Rusaknya
berkelanjutan (sustainability). Permasalahan
lingkungan dan terjadinya bencana alam yang
yang dihadapi dalam pengelolaan hutan di
tidak terhindarkan lambat laut akan merusak
Indonesia saat ini sangat beragam dengan
sistem sosial cepat atau pun lambat. Kesadaran
intensitas tekanan yang sangat tinggi dan
ekologis tersebut mendorong munculnya
kompleks. Kompleksitas tersebut tidak lepas
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
333
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
dari paradigma pembangunan yang dianut oleh negara Indonesia, yaitu paradigma modernisasi yang menjadi main stream terutama dalam kurun waktu 1969 - 1980-an (Salman, 2005). Dewasa ini eksploitasi terhadap hutan sudah melewati ambang batas toleransi. Pembukaan hutan yang tidak berbasis kelestarian dan keseimbangan
berorientasi pada keuntungan materi semata menjadi andil penyebab kerusakan hutan di Indonesia. Hutan sendiri saat ini telah mengalami pergeseran fungsi dan manfaat, bukan lagi sebagai salah satu penyeimbang dalam ekosistem hayati, tetapi sudah beranjak menjadi ekosistem berbasis ekonomi dan eksploitasi.
Menurut Nurjaya (2006) dalam Aryadi (2012) implikasi akibat praktek pengelolaan sumber daya alam yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi semata adalah terjadinya proses penurunan (degradasi) kuantitas dan kualitas sumber daya alam tersebut, antara lain:
a) Laju degradasi hutan dalam satu dekade terakhir mencapai 1,6-2,0 juta hektar per tahun sebagai akibat illegal dan excessive logging, mismanagement, perambahan hutan, kebakaran hutan dan konversi hutan (Iskandar, 2000) dan menyebabkan sejumlah spesies (flora dan fauna) hutan tropis terancam punah akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali; b) sekitar 64 dar total luas hutan mangrove seluas 3 juta hektar mengalami kerusakan serius akibat penebangan liar kayu bakar (kayu arang) dan dikonversi menjadi areal pertambakan. Dilain pihak, implikasi lain dari kebijakan diatas juga terjadi pada aspek sosial dan budaya. Peminggiran hak-hak masyarakat lokal telah menimbulkan berbagai konflik antara masyarakat dengan pemerintah atau pun pemegang konsesi. Contoh kasus terbaru adalah konflik lahan yang terjadi di Mesuji yang sampai menimbulkan korban jiwa.