Gambaran pengelolaan iles-iles dan

3.1. Gambaran pengelolaan iles-iles dan

  dilakukan pada Bulan Agustus sampai dengan

  permasalahannya

  Bulan Desember 2009.

  Pada umumnya iles-iles di Kabupaten Kuningan khususnya di kedua desa sample

  2.2. Pengambilan sampel

  penelitian tumbuh di lahan dengan sendirinya,

  dan hampir tidak ada yang membudidayakan

  purposifsengaja berdasarkan informasi yang

  iles-iles secara khusus. Hal itu terjadi, karena

  diperoleh dari data sekunder dan hasil

  adanya pandangan dan anggapan bahwa iles-

  koordinasi dengan instansi terkait, dengan

  iles merupakan komoditi yang kurang populer,

  pertimbangan bahwa di kedua lokasi ini

  disebabkan beberapa jenis iles-iles tidak dapat

  terdapat petani yang sudah memanfaatkan

  dikonsumsi langsung, pemasaran yang masih

  (mengumpulkan) atau mengembangkan iles-

  sulit (terbatas) serta belum pahamnya petani

  iles. Unit penelitian (responden) dipilih secara

  tentang

  jenis

  iles-iles yang dapat

  sengaja (purposive sampling), yaitu meliputi

  dikomersialkan. Meskipun di beberapa lokasi

  para pakar (key person). Kriteria para pakar

  seperti di Madiun iles-iles sudah memberikan

  yang digunakan disesuaikan dengan tujuan

  kontribusi yang besar terhadap para petaninya .

  penelitian. Hal ini dilakukan dengan

  Hal itu karena adanya dukungan pemasaran

  mempertimbangkan kepakaran responden serta

  serta informasi yang terbuka.

  efektifitas dan efisiensi pelaksanaan penelitian

  Usaha iles-iles yang dilakukan di lokasi

  (Saaty, 1993). Para pakar yang dipilih adalah

  penelitian adalah dengan mengumpulkan iles-

  yang mengetahui seluk beluk mengenai

  iles di lahan-lahan pekarangan milik masyarakat

  perkembangan iles-iles di Kabupaten Kuningan.

  ataupun di lahan hutan negara. Sistem

  Responden tersebut berasal dari Dinas

  pengumpulan biasanya dilakukan oleh para

  Kehutanan, Dinas Pertanian, Petani, Penyuluh,

  pengumpul atau bandar iles-iles dengan

  BandarPedagang, dan LSM. Jumlah responden

  menyebarkan anggotanya untuk mengumpulkan

  bukan hal yang utama atau tidak ditentukan,

  iles-iles. Umumnya iles-iles yang dikumpulkan

  tetapi yang lebih dipentingkan adalah bagaimana

  tersebut tidak dibeli dari pemiliknya tapi cukup

  kedalaman informasi yang didapatkan.

  diminta saja, karena pemiliknya juga tidak

  506

  Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

  Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

  mengetahui bahwa iles-iles itu memiliki nilai jual. Adakalanya pemilik iles-iles beranggapan bahwa tanaman tersebut beracun dan harus dibuang, sehingga dengan adanya pengumpul iles-iles berarti membantu pemilik untuk membuang iles-iles tersebut.

  Kegiatan usatani iles-iles meliputi budidaya, pengolahan pasca panen, dan pemasaran. Pada kegiatan budidaya, petani menilai tidak ada kendala yang begitu berarti, selain dengan umbi petani sudah mengetahui cara penanaman iles-iles dengan bulbil, yaitu anakan iles-iles yang menempel pada iles-iles. Biasanya pada saat pemanenan bulbil ini sering berjatuhan sehingga petani yang rajin mengumpulkannya, meskipun hampir sebagian petani belum membudidayakan. Namun diakui petani apabila dibudidayakan dalam skala yang luas, memerlukan permodalan yang tidak sedikit terutama untuk penyediaan bibit dan tenaga kerja pada awal masa tanam. Penyediaan bibit iles-iles hanya dapat dilakukan pada saat musim penghujan, karena hanya pada musim hujan saja iles-iles akan tumbuh dan keluar dari tanah sedangkan pada musim kemarau iles-iles akan mengalami dormasi.

  Sementara itu pada pengolahan pasca panen, sebagian besar petani hanya mengetahui pembuatan keripik iles-iles. Sejauh ini meskipun proses pembuatan keripik cukup mudah, petani belum begitu tertarik karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya untuk pengerjaannya . Pada saat ini petani hanya menjual iles-iles dalam bentuk umbi dan keripik, padahal masih banyak lagi bagian dari iles-iles yang dapat dijual seperti bulbil. Upaya petani untuk menjual iles-iles dalam bentuk lain sangat jarang dilakukan karena pengetahuanya yang terbatas serta rasa malas mengumpulkan bulbil ditanah, padahal harga bulbil ini jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan menjual dalam bentuk umbi saja.

  Pemasaran iles-iles masih sangat terbatas, tertutup dan terkesan monopoli. Persaingan antara pedagang setempat dengan pedagang bandar dari luar daerah belum memperlihatkan persaingan usaha yang sehat. Kondisi ini berpengaruh terhadap masih rendahnya harga yang diterima oleh petani pengumpul, dan belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkannya. Pemasaran iles-iles yang tertutup ini merupakan masalah penting yang menjadikan budidaya iles-iles di Kabupaten Kuningan mengalami kemandegan.

  berdasarkan AHP

  Berdasarkan permasalahan dalam pengelolaan iles-iles yang telah diuraikan, maka dapat dikelompokkan tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan iles- iles, yaitu: faktor budidaya, pengolahan pasca panen, dan faktor kondisi pemasaran. Sementara itu aktor yang berperan terdiri dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kuningan, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, PengusahaBandar, LSM dan petani itu sendiri. Tujuan pengembangan iles-iles itu sendiri dibagi lima yaitu: peningkatan pendapatan masyarakatpetani, peningkatan lapangan kerja, pemberdayaan masyarakat, perbaikan lingkungan, dan keberlanjutan usaha (ketersediaan bahan baku). Strategi yang mungkin dilakukan untuk mengembangkan usahatani iles-iles itu sendiri, yaitu: pola kemitraan, pembentukan koperasi bagi petani iles-iles, bantuan modal, dan sosialisasi penyuluhan mengenai iles-iles, seperti terlihat pada Gambar 1.

  menunjukkan bahwa faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan iles-iles adalah faktor pemasaran (0,72). Pemasaran iles-iles yang masih belum jelas menyebabkan petani belum tertarik untuk mengembangkannya secara sengaja di lahan yang dimiliki atau yang dikelolanya. Terlebih harga yang ada saat ini sangat rendah, sehingga bila iles-iles dibudidayakan dinilai petani belum tentu akan memberikan keuntungan bagi petani. Oleh karena itu untuk memperbaiki kondisi ini perlu adanya keterlibatan semua stakeholder yang terkait, baik petani itu sendiri, bandar, pemerintah dan termasuk juga LSM. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa untuk saat ini aktor utama yang seharusnya berperan dalam pengembangan iles-iles ini adalah bandar besarpengusaha (0,34). Hal tersebut sangat logis karena kondisi pasar iles-iles saat ini masih samar dan cenderung tertutup karena bandarpengusaha di kecamatan juga sangat tertutup dalam memberikan informasi kepada petani mengenai pasar iles-iles ini. Alasannya memang wajar karena bandar tidak ingin ada pengusaha lain yang datang ke desa dan menyebabkan sumber bahan baku untuk usahanya menjadi berkurang. Namun apabila kondisi ini dibiarkan saja tentu akan menyebabkan perkembangan usahatani iles-iles terhambat.

  FOKUS

  Pengembangan Usahatani Iles-iles di Kabupaten Kuningan

  Pengolahan pasca panen

  Bandar desa

  Bandar

  Pemerintah LSM

  Peningkatan lapangan

  Pemberdayaan

  Perbaikan Ketersediaan

  lingkungan bahan baku

  Gambar 1. Strategi Pengembangan Iles-iles di Kabupaten Kuningan

  Oleh karena itu kedepan pengusaha harus

  membutuhkan bahan baku tersebut. Wacana

  merubah pola pikirnya untuk berbisnis secara

  ini pernah ditawarkan oleh bandar besar

  sehat dan terbuka. Namun tentu ini harus juga

  kepada petani di kedua lokasi penelitian,

  didukung oleh pihak lain yakni pemerintah dan

  namun sampai saat ini belum ada realisasinya.

  juga LSM untuk membantu petani dalam

  Selama ini menurut informasi yang diperoleh,

  membuka jaringan dan informasi bagi

  bandar besar kadangkala memberikan modal

  pemasaran iles-iles.

  kepada bandar kecil sebagai ―DP‖ atas iles-iles

  Melalui peran pemerintah dan LSM

  yang akan dijual kepadanya. Ini merupakan

  diharapkan dapat memperbaiki kondisi

  salah satu cara pihak bandarpedagang untuk

  usahatani iles-iles saat ini, agar bisa mencapai

  mengamankan bahan bakunya. Lebih lanjut ke

  tujuan yang diinginkan. Tujuan utama yang

  depan pedagang dan petani ingin membangun

  ingin dicapai dalam pengembangan iles-iles

  kerjasama untuk membudidayakan iles-iles

  adalah ketersediaan bahan baku (0,31).

  melalui pola kemitraan (0,29), karena disadari

  Pengembangan iles-iles juga harus bisa

  bila hanya mengandalkan iles-iles dari alam,

  meningkatkan pendapatan petani, agar petani

  maka kebutuhan bahan baku tidak akan dapat

  mau membudidayakan iles-iles yang pada

  dipenuhi.

  akhirnya pemenuhan bahan baku bagi industri

  Melalui

  pola kemitraan ini akan

  akan tercapai. Tujuan tersebut dapat dicapai

  memudahkan petani untuk memasarkan iles-

  melalui strategi yang utama yaitu bantuan

  ilesnya. Diharapkan pola kemitraan ini dapat

  modal (0,33). Strategi berikutnya adalah

  saling menguntungkan kedua belah pihak,

  tidak hanya menguntungkan pedagang saja

  sosialisasipenyuluhanpendampingan (0,24),

  tetapi juga petani. Berkaitan dengan hal di atas

  dan pembentukan koperasi penampung (0,19).

  peran pihak pemerintah dan juga LSM sangat

  Bantuan modal dapat diberikan oleh

  diperlukan

  yakni

  untuk memberikan

  pemerintah atau oleh bandarpengusaha yang

  sosialisasi penyuluhan pendampingan (0,24),

  Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

  Suara Merdeka. 2001. Tanaman Iles-iles

  berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan

  Bernilai Ekspor Tinggi.

  http:www .

  semua pihak.

  suaramerdeka.comharian011122eko6.ht m. Diakses pada tanggal 22 Nopember

  4. Kesimpulan dan saran

  4.1. Kesimpulan

  Sufiani, 1993. Iles-iles, Jenis, Syarat Tumbuh,

  Dalam upaya mengembangkan iles-iles maka

  Budidaya, dan Standar Mutu Ekspornya.

  faktor utama yang harus diperhatikan adalah

  Laporan Bulan Maret 1993. Balai

  kondisi pemasaran (0,72) dengan aktor utama

  Penelitian Rempah dan Tanaman Obat.

  besarkecamatan (0,34), tujuan utama yang ingin dicapai adalah ketersediaan bahan baku

  Tambunan, T. 2008. Ketahanan Pangan di

  untuk keberlanjutan usaha (0,31). Untuk

  Indonesia:

  Inti

  Permasalahan dan

  mencapai tujuan tersebut alternatif strategi

  Alternatif

  Solusinya. Website:

  yang perlu dilakukan adalah bantuan modal

  http:www.kadin-indonesia.or.id .

  Diakses pada tanggal 26 Juni 2008.

  sosialisasipenyuluhanpendampingan (0,24),

  Yuhono, JT. dan P. Rosmeilisa. 1996. Analisis

  dan pembentukan koperasi penampung (0,19).

  Kelayakan Usahatani Iles-iles pada Lahan Hutan Produksi di Kabupaten Madiun.

  4.2. Saran

  Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol II

  1) Dalam pengembangan iles-iles perlu

  (1) hal 21-26. Bogor.

  melibatkan semua stakeholder yang terkait agar jaringan pemasaran yang sulit ditembus informasinya bisa terbuka, karena kepastian pasar merupakan bagian penting yang menjadi berkembang atau tidaknya sebuah komoditi.

  2) Selain di lahan milik (hutan rakyat), iles- iles juga banyak ditemukan di lahan hutan negara (PHBM). Oleh karena itu sangat tepat bila iles-iles juga dikembangkan di lahan hutan negara, agar pada saat tanaman kayu sudah tinggi petani masih bisa memperoleh tambahan pendapatan.