Permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusinya
3. Permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusinya
Istilah agroforestri sebagai salah satu pola usaha tani sudah lama dikenal (lebih dari tiga dasa warsa) dan berkembang pesat hingga saat ini. Tetapi informasi tentang berbagai aspek terkait
terdokumentasikan secara baik (data terukur tentang berbagai aspek), misalnya : (1) aspek biofisik, (2) potensi fisik, ekonomi, (3) distribusi lokasi dengan karakteristik pola usahatani dan keragaman tanaman yang diusahakan, (4) kelembagaan usaha dan regulasi penunjang, (5) peran dan kontribusi baik di tingkat regional maupun nasional dilihat dari beberapa aspek : misalnya aspek sosial (penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan) ekonomi (finansial, kelayakan usaha, resiliensi diukur dari besarnya kontribusi pendapatan, perekonomian regionalPDRB, perekonomian nasionalGDP), dan lingkunganekosistem, (6) potensi produk hulu, intermediate dan hilir, (7) kelembagaan tata niaga dan distribusi komoditi, (8) tujuan dan karakteristik pengusahaan, (9) kendala yang dihadapi, dan (10) institusi yang paling berkompeten untuk menangani. Disamping beberapa data di atas, terdokumentasikan secara baik (data terukur tentang berbagai aspek), misalnya : (1) aspek biofisik, (2) potensi fisik, ekonomi, (3) distribusi lokasi dengan karakteristik pola usahatani dan keragaman tanaman yang diusahakan, (4) kelembagaan usaha dan regulasi penunjang, (5) peran dan kontribusi baik di tingkat regional maupun nasional dilihat dari beberapa aspek : misalnya aspek sosial (penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan) ekonomi (finansial, kelayakan usaha, resiliensi diukur dari besarnya kontribusi pendapatan, perekonomian regionalPDRB, perekonomian nasionalGDP), dan lingkunganekosistem, (6) potensi produk hulu, intermediate dan hilir, (7) kelembagaan tata niaga dan distribusi komoditi, (8) tujuan dan karakteristik pengusahaan, (9) kendala yang dihadapi, dan (10) institusi yang paling berkompeten untuk menangani. Disamping beberapa data di atas,
rata 500 pohonha (Sukadaryati, 2006).
langsung maupun yang tidak langsung yang
Dengan potensi yang tidak kecil tersebut
melingkupi pola agroforestri di Indonesia yang
sebenarnya ada beberapa kendala yang
tidak mungkin dapat disajikan semuanya
ditemukan secara nasional yaitu, potensi
dalam makalah ini. Dengan demikian sangat
tinggi, unit pengelolaan masih bersifat
tidak mudah untuk membuat model program
individual (juga terjadi pada pola agroforestri
pengembangannya meskipun dalam makalah
di lahan milik), konsep kelestarian hasil dan
ini hanya dibatasi pada aspek ekonominya saja.
usaha masih labil, eksploitasi belum
Merujuk pada tema yang disiapkan panitia
memperhatikan kaidah kelestarian ekosistem-
yaitu: ‖Pembaharuan Agroforestri Indonesia:
teknis-usaha, organisasi pemilik belum tertata
Benteng Terakhir Kelestarian, Ketahanan
(belum ada), posisi tawar rendah dalam berbagai
Pangan, Kesehatan dan Kemakmuran‖, maka
aspek seperti penentuan input fisik (pola tanam),
sungguh tidak mudah untuk membuat konsep
teknologi, harga produk, pengolahan, pemasaran,
yang komprehensif sehingga pola agroforestri
kepastian regulasi yang diacu dan masih
mampu menjawab permintaan sesuai tema
banyak lagi aspek lain terkait (Andayani, 2002,
tersebut. Salah satu alasan adalah, dalam
2005). Oleh karena ciri pengelolaan yang pada
implementasinya sering terjadi konflik
umumnya bersifat individual maka strategi
kepentingan karena institusi terkait sering tidak
pengembangannya tidak mudah dilakukan,
sinergi (sulit koordinasi), dan sangat berpeluang
meskipun sudah mulai banyak instansi terkait
trade-off (misalnya antara kepentingan ekonomi
yang terlibat untuk ikut intervensi.
dan konservasi). Meskipun secara kasat mata
Beberapa hasil penelitian yang sudah
sudah dapat diramalkan bahwa timbulnya
dilaksanakan antara lain di beberapa wilayah
potensi konflik kepentingan cukup tinggi,
Kabupaten di Jawa memberikan informasi
sehingga harus dibuat model alternatif solusi
bahwa respon masyarakat (petani) pemilik
yang melibatkan berbagai disiplin ilmu terkait.
hutan rakyat (sebagian besar pola agroforestri)
Dalam makalah ini, alternatif solusi yang akan
cukup responsif dan antusias jika pengusahaan
dijelaskan dibatasi hanya dari aspek ekonomi
hutan rakyatnya diarahkan menjadi unit
saja sesuai dengan bidang ilmu yang penulias
pengelolaan yang lebih terstruktur , mantap
tekuni selama ini. Oleh karena itu perlunya
dan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa
pemikiran untuk membuat model pengelolaan
menurut
informasi
Lembaga Ekolabel
agroforestri dalam satu bingkai
unit
Indonesia (LEI, 2008) sudah ada beberapa
manajemen yang mampu mewadahi semua
lokasi yang unit usahanya tersebut mampu
bidang keilmuan yang terkandung dalam pola
mendapatkan sertifikasi legal yang memenuhi
agroforestri (keterangan : saat ini model
criteria parameter yang disyaratkan (oleh
pengelolaan baik di lahan milik maupun lahan
berbagai lembaga sertifikasi yang ada di
negara masih bersifat individual, tidak
Indonesia). Namun antara luas hutan rakyat
terstruktur dan tidak terpola dan belum
yang ada (meliputi Jawa dan Luar Pulau Jawa)
memiliki perencanaan yang baik dalam
dengan pemegang sertifikasi sebagai tanda
dimensi waktu).
telah terbentuknya lembagaunit pengelolaan manajemen hutan rakyat lestari (UMHRL
4. Profil hutan rakyat dan agroforestri
UPHRL) belum sepadan, sehingga masih
Seperti sudah dijelaskan dalam uraian
sangat banyak yang segera memerlukan
terdahulu bahwa data fisik dan non fisik terkait
penanganan yang serius untuk pembentukannya
(Sukadaryanti, 2006). Sebagaimana diketahui
ketersediaannya, maka uraian berikut penulis
bahwa pola pengelolaan hutan rakyat oleh
menyajikan profil hutan rakyat yang sering
masyarakat (petani) yang dilakukan hingga
penafsirannya rancu dengan agroforestri
saat ini masih menggunakan konsep yang
(dalam forum ini diharapkan ada diskusi serius
sangat sederhana sesuai dengan tingkat
tentang dua hal dimaksud supaya tidak ada
pengetahuan yang dimiliki (Lengyel, 2007).
salah tafsir dan multi tafsir di kalangan para
Sebagai dampak pengelolaan yang tidak
pakar). Potensi hutan rakyat sampai dengan
professional tersebut mengakibatkan potensi
tahun 2006, tercatat sebanyak 262.929.193
usaha yang besar tersebut menjadi tidak efisien
batang, ekuivalen dengan 65.732.298 m 3 (jika
(in-efficient), tidak lestari (baik hasil maupun
diasumsikan rata-rata per batang memiliki
tingkat usaha), high risk, dan rentan dalam
volume 0,25 m 3 , dengan jumlah pohon rata-
pengelolaan dan kemandirian. Ciri-ciri
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
(3) collecting data land-use yang masuk dalam
agroforestri) yang umum dijumpai pada
criteria sasaran dan status tenurialnya, (4)
berbagai lokasi di Jawa adalah : (1) diusahakan
lakukan koordinasi dengan instansi terkait baik
pada lahan marjinal dengan topografi sulit,
secara horizontal maupun vertical, (5)
aksesibilitas dan infrastruktur yang masih
pembentukanunit-unit manajemen dengan
minimal, (2) lokasinya terpencar dengan luas
menggunakan stratifikasi tertentu seperti :
kepemilikan yang relatif kecil sehingga tidak
kepemilikan lahan, pola hutan rakyat yang ada,
efisien teknis, ekonomis, dan kelembagaan, (3)
social-ekonomi petani, dan aspek lain terkait,
pola tanam yang tidak terstruktur, jenis-jenis
dan (6) susun rencana pengelolaan hutan
yang bervariasi sesuai dengan kemampuan
rakyat lestari partisiptif oleh berbagai
stakeholders terkait, yaitu
masyarakat,
menggunakan manajemen sederhana, (5)
akademisi, institusi teknis terkait, dan lembaga
strategi penanaman, pemeliharaan, pemungutan
keuangan, untuk perioda waktu jangka pendek-
hasil yang belum menggunakan kaidah-kaidah
menengah-panjang dengan mengacu kaidah
kelestarian hasil dan usaha, (6) pengolahan
ekosistem, sosial dan ekonomi.
pasca panen yang sederhana, (7) orientasi masih subsisten meskipun mampu berperan
5. Strategi pengembangan potensi ekonomi
sebagai kemandirian dalam kebutuhan pangan
agroforestri
keluarga, (8) jika memiliki tujuan komersial
Merujuk uraian terdahulu, strategi pengembangan
belum mampu untuk dapat dilakukan sendiri
potensi agroforestri dalam makalah ini akan
kecuali ada intervensi intensif dari institusi
fokus pada karakteristik pola usahatani yang
terkait dan ditunjang oleh regulasi yang
bersifat kompetisi, diversifikasi, prifitabilitas,
berpihak kepada pemilik, (9) posisi tawar
dan kelestarian. Dari karakteristik tersebut
penjualan produknya masih sangat rendah
secara ekonomi agroforestri dapat dikaji dari
karena kemampuan permodalan yang rendah
beberapa aspek yaitu : (1) Kelayakan Usaha,
juga, sehingga pemilik sangat bergantung
dengan menggunakan parameter NPV,BCR,
perekonomian keluarganya kepada pedagang,
IRR, ERR, Payback Period, AEVEAI, pada
(10) belum terorganisasi dengan baik, sehingga
tingkat suku bunga riil, (2) Optimalisasi
masing-masing individual rentan tingkat
pemanfaatan lahan, (3) Analisis resiliensi
kemandiriannya terutama dalam aspek
ekonomi,
dengan parameter kontribusi
kelestarian usahanya, dan (10) masih belum
ekonomi, (4) tata niaga dan agribisnis, dan (5)
adanya regulasi yang berpihak kepada pemilik
kelembagaan dan regulasi. Parameter masing-
hutan rakyat, baik yang mengatur tentang
masing butir kajian dimaksud merupakan
organisasi, status pengelolaan, harga input-
masukan bagi penentu kebijakan untuk
output, maupun kelembagaan pemasaran yang
mengembangkan potensi ekonomi agroforestri
menjamin harga komoditinya tidak under-
pada berbagai wilayah setelah informasi awal
price. Dengan masih banyaknya persoalan
(data terukur) dikumpulkan. Sebagai tindak
yang terkait dengan pengusahaan hutan rakyat,
lanjut (dari aspek teori ekonomi) diharapkan
maka pembentukan Unit Manajemen Hutan
studi tentang agroforestri dapat lebih fokus,
Rakyat Lestari (UMHRL) atau
Unit
terarah, dan mampu mensinergikan semua
Manajemen Pengelolaan Agroforestri Lestari
disiplinilmu terkait, sehingga potensinya
(UMPAL) perlu segera diwujutkan, dan studi
maksimal tanpa mengabaikan aspek kelestarian.
ini merupakan upaya konkritnya yang sekaligus membantu pemerintah
untuk
6. Kesimpulan
mengatasi problem bangsa dihadapi Negara.
Potensi ekonomi pola usaha tani agroforestri
Beberapa tahapan yang disarankan untuk
dinyatakan cukup signifikan dibandingkan
segera dibentuk unit manajemen dimaksud
dengan pola usaha monokultur. Kajian
menurut pemerintah dan konsep dari Lengyel,
menggunakan teori optimalisasi sangat sesuai
2007 adalah : (1) menyusun strategi
untuk menentukan alternatif terbaik (dari aspek
pembentukan unit manajemen yang sesuai
teknis, ekonomi, sosial, ekosistem) penggunaan
dengan kondisi wilayah (membumi), kemudian
lahan (lahan milik, lahan negara) pola
agroforestri. Diperlukan pembahasan berbagai
masyarakat sasaran, (2) Inventarisasi potensi
keilmuan terkait sehingga menghasilkan
hutan rakyat secara komprehensif dengan
sinergisme pengelolaan untuk memperoleh
metode terbaru untuk seluruh kawasan sasaran,
output dan outcome yang lebih baik.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Pembentukan unit manajemen pengelolaan
Sanchez, P.A. 1995. Science in agroforestry.
agroforestri lestari mendesak untuk dilakukan
P.O. Box 3067, Nairobi, Kenya.
agroforestri yang komprehensif. Disisi lain
Systems 30 : 5-55. www.planta.cnforum
diperlukan intervensi pemerintah terkait dalam
filesplanta fulltext_463.pdf . diakses
hal pembentukan kelembagaan, regulasi dan
tanggal 1 Mei 2012.
aspek lain yang bersifat insentif. Dengan demikian agroforestri di Indonesia layak
Sukadaryati.2006. Potensi Hutan Rakyat Di
menjadi solusi model pengelolaan lahan yang
tepat, sehingga mampu merespon problem
Proseding Seminar Hasil Litbang Hasil