Pola tanam optimal

3.2. Pola tanam optimal

  Pola tanam agroforestry multistrata berbasis kopi yang ada di lahan HKm Desa Ngarip teridentifikasi sebanyak 16 jenis pola tanam (Tabel 2). Enam belas pola tanam dikelompokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan keragaman jenis. Pola tanam 1 terdiri dari 5 kombinasi jenis dan didominasi oleh tanaman kopi. Pola tanam 2 - 5 terdiri dari 7 kombinasi jenis dan didominasi oleh tanaman kopi dan pisang. Pola tanam 6 - 11 terdiri dari 8 kombinasi jenis dan didominasi oleh tanaman kopi, kakao dan pisang. Pola tanam 12 - 15 terdiri dari 9 kombinasi jenis dan didominasi oleh tanaman kopi, kakao, pisang dan pala. Pola tanam 16 terdiri dari 10 kombinasi jenis dan didominasi oleh tanaman kopi dan kakao. Enam belas jenis pola tanam ini dioptimalkan sehingga diperoleh komposisi jenis pola tanam optimal dengan jarak tanam yang ideal yaitu 2,5 m × 2,5 m (Najiyati dan Danarti, 1999). Jika dibandingkan dengan pola tanam optimal, pola tanam aktual memiliki jarak tanam cukup rapat. Jarak tanam tanaman kopi pada pola tanam aktual adalah 2 m × 2 m. Hanya pola tanam 1 yang mendekati kombinasi optimal dengan jarak tanam 2,75 m × 2 m. Tanaman tajuk tinggi ditanam diantara baris tanaman kopi sebagai tanaman sela secara acak sedangkan tanaman tajuk rendah ditanam di bawah tanaman kopi. Tanaman ini mampu tumbuh di bawah naungan sampai umur 2 tahun.

  Dari semua tipe pola tanam hasil optimalisasi, jumlah tanaman tajuk tinggi yang dapat tumbuh di lahan HKm pada umur ke-7 sebanyak 150 pohon per hektar dengan jarak tanam 8 m × 8 m. Pemangkasan tajuk yang rutin disarankan dalam penelitian ini agar tanaman kopi mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga produksi tanaman tetap baik. Tabel 3 menunjukkan rata-rata jumlah tanaman aktual dan hasil optimalisasi setiap strata.

  Tabel 1. Jenis tanaman pilihan masyarakat

  Frekuensi

  Rata-rata

  Usia panen rata-rata

  Harga(Rpkg)

  Produktivitas

  Harga

  panen (dalam

  Jenis tanaman

  (th) setahun)

  (bln) (dalam

  (tandanbtgth)

  sebulan)

  Kopi(X1)

  Lada (X2)

  Cengkeh (X3)

  Kakao (X4)

  Pala (X5)

  Alpukat (X6)

  Durian (X7) 3.000 20 60.000

  7 1x Pisang(X8) 2.000 4 8.000 6 4x

  Cabai (X9) 5.000 0,1 500 5 2x

  Kayu (X10)

  Sumber: diolah dari data primer tahun 2011 Keterangan: )

  Harga buah durian dihitung dalam satuan Rpbtg dan rata-rata produktivitas dihitung dalam satuan buahbtgth. Frekuensi panen rata-rata tanaman cabai dihitung dalam sebulan

  Harga buah pisang dinilai dalam satuan Rptandan dan rata-rata produktivitas dinilai dalam satuan tandanbtgth

  ) Produktivitas kopi,lada,cengkeh,dan kakao dinilai dalam kondisi buah kering, produktivitas pala

  dinilai dalam kondisi buah segar

  Tabel 2. Komposisi jenis pola tanam hasil optimalisasi

  Pola

  Komposisi jenis pola tanam hasil optimalisasi

  tanam

  1 1.300X1 + 9X6 + 96X7 + 300X8 + 2.500X9 + 45X10

  2 1.300X1 + 23X2+ 7X6+ 98X7 + 300X8 + 2.500X9 + 22X10

  3 1.300X1+ 2X3 + 9X6 + 94X7+ 300X8 + 2.500X9 + 45X10

  4 1.300X1 + 42X4 + 3X6 + 60X7 + 300X8 + 2.500X9 + 45X10

  5 1.300X1 + 97X5 + X6 + 7X7 + 300X8 + 2.500X9 + 45X10

  6 1.300X1 + 23X2 + 10X3 + 5X6 = 90X7+ 300X8 + 2.500X9 + 22X10

  7 1.300X1 + 23X2 + 296X4 + 5X6+ 100X7 + 4X8 + 2.500X9 + 22X10

  8 1.300X1 + 23X2 + 118X5 + 4X6+ 5X7 + 300X8 + 2.500X9 + 22X10

  9 1.300X1 + X3 + 54X4 + 41X6 + 9X7 + 300X8 + 2.500X9 + 45X10

  10 1.300X1 + 2X3 + 298X4 + 5X6 + 98X7 + 2X8 + 2.400X9 + 45X10

  11 1.300X1 + 297X4 + 94X5 + 8X6 + 3X7 + 3X8 + 2.400X9 + 45X10

  12 1.300X1 + 23X2 + 2X3 + 297X4 + 9X6 + 94X7 + 3X8 + 2.400X9 + 22X10

  13 1.300X1 + 23X2 + 3X3 + 82X5 + 11X6 + 9X7 + 300X8 + 2.500X9 + 22X10

  14 1.300X1 + 289X3 + 11X4 + 77X5 + 10X6 + 7X7 + 11X8 + 2.400X9 + 45X10

  15 1.300X1 + 23X2 + 298X4 + 102X5 + 2X6 + X7 + 2X8 + 2.400X9 + 23X10

  16 1.300X1 + 23X2 + 5X3 + 290X4 + 40X5 + 50X6 + 10X7 + 10X8 + 2.400X9 + 22X10

  Sumber: diolah dari data primer tahun 2011

  Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

  Tabel 3. Jumlah tanaman aktual dan hasil optimalisasi setiap strata

  Aktual (btgha)

  Hasil optimalisasi (btgha)

  Sedang Rendah

  Sumber: diolah dari data primer tahun 2011

  Pola Tanam

  keuntungan aktual (Rpha)

  keuntungan hasil optimalisasi (Rpha)

  Gambar 1. Perbandingan keuntungan aktual dan hasil optimalisasi

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  ekologi dan ekonomi pola tanam hasil

  keuntungan pola tanam hasil optimalisasi

  optimalisasi tetap lebih baik daripada pola

  berkisar antara Rp 6.000.000 - Rp 36.300.000

  tanam aktual. Meskipun keuntungan yang

  per hektar per tahun. Peningkatan tertinggi

  diterima pada tahun ke-7 lebih kecil, tetapi

  terdapat pada pola tanam 13 dengan peningkatan

  keuntungan ini akan terus meningkat sejalan

  sebesar 1.000. Sedangkan keuntungan

  dengan umur tanaman.

  tertinggi terdapat pada pola tanam 15 dengan keuntungan sebesar Rp 36.300.000 (Gambar 1).

  3.3. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

  Tidak semua pola tanam hasil optimalisasi

  Berdasarkan perhitungan KHL Sinukaban

  memberikan peningkatan keuntungan terhadap

  diperoleh KHL sebesar Rp 20.800.000 per

  pola tanam aktual. Pola tanam 3 dan 4

  kepala keluarga (KK) per tahun dengan jumlah

  mengalami penurunan keuntungan sebesar

  keluarga rata-rata sebanyak 4 orang. Hasil

  18 dan 9. Hal ini disebabkan produktivitas

  perhitungan keuntungan aktual menunjukkan

  tanaman per hektar lebih rendah jika

  bahwa semua keuntungan dari pola tanam

  dibandingkan dengan pola tanam aktual.

  aktual tidak dapat memenuhi KHL. Petani

  Produktivitas tanaman per hektar pada pola

  perlu menambah luas lahan untuk memenuhi

  tanam aktual lebih tinggi karena petani hanya

  KHL. Luas lahan yang dibutuhkan untuk

  mempertimbangkan aspek ekonomi, sedangkan

  memenuhi KHL pada pola tanam aktual adalah

  aspek ekologi belum direncanakan dengan

  1,9 - 4 hektar. Bila menerapkan pola tanam

  baik. Pada pola tanam hasil optimalisasi, kedua

  hasil optimalisasi maka luas lahan yang

  aspek sangat diperhatikan sehingga secara

  dibutuhkan berkisar antara 0,6 - 3 hektar. Dari

  Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

  Newnan, D.G. 1990. Engineering Ecocnomic

  pola tanam 8, 11, 14, dan 15 adalah pola tanam

  Analysis. Third Edition.Jakarta Barat:

  yang mampu memenuhi KHL dengan mengelola

  Binarupa Aksara.

  lahan dengan luas lahan paling minimal.

  Sinaga, M. 1992. Akuntansi Biaya: suatu

  pendekatan manajerial. Jakarta: Erlangga.