32 sebagai pengasuh anak termasuk dalam stratifikasi tingkat bawah. Sehingga
measyarakat streotipe terhadap pekerjaan sebagai pengasuh anak tersebut. Dimana masyarakat mengkategorikan pekerjaan sebagai pengasuh anak sebagai pekerjaan
masyarakat kelas bawah dengan status sosial yang rendah. Dalam masyarakat, semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaannya,
semakin tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat. Serta semakin rendah jabatan seseorang dalam masyarakat semakin rendah pula status sosialnya dalam
masyarakat. Antara status sosial dan pekerjaan memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Semakin tinggi pekerjaan dan jabatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula status sosial orang tersebut dalam masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pekerjaan dan jabatan seseorang, semakin rendah pula status
sosialnya.
2.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Masyarakat Etnis Batak Toba
Batak Toba adalah sebuah suku di Pulau Sumatera yang terdapat di Negara Indonesia. Suku ini bermukim di Tapanuli, di sekitar Danau Toba. Seiring
dengan perkembangan zaman, suku batak toba sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Suku batak toba merupakan salah
satu sub suku dari suku batak yang berada di Sumatera Utara yang terdiri dari batak toba, batak karo, batak mandailing, batak pakpak, dan batak simalungun.
Masyarakat batak toba memiliki sebuah sistem kekerabatan yang disebut dengan istilah dalihan na tolu, yang memiliki arti tungku yang tiga. Dimana hal tersebut
melambangkan aturan dan sikap masyarakat batak toba dalam kehidupan sehari- hari.
Universitas Sumatera Utara
33 Adapun isi dari falsafah tersebut yaitu somba marhula-hula, manat
mardongan tubu, eIek marboru. Adapun penjelasannya masing-masing yaitu sebagai berikut :
1. Somba Marhula-hula hormat kepada Hula-hula. Hula-hula
adalah kelompok keluarga pihak marga istri, pihak pemberi istri. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai
sumber hagabeonketurunan.
2. Elek Marborulemah lembut tehadap boruperempuan. Boru
adalah keluarga marga laki-laki, pihak penerima wanita. Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, dimana tanpa boru
mengadakan pesta adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.
3. Manat mardongan tubusabutuha, teman semarga, kaum
kelompok yang satu marga dongan=teman, sabutuha=satu perut. Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk
mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat. dikutip dari : http:digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED
Underg -raduate-24317-30832205220Bab20I.pdf, diakses 11 Februari 2014 pukul 11.16 Wib
Falsafah inilah yang menjadi landasan bagi masyarakat batak toba dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru.
Dimana untuk menjaga keseimbangan tersebut harus disadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan
tubu. Mengutip dari Irianto 2005 dijelaskan bahwa orang batak toba menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga mereka
dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara sesamanya. Kebudayaan suku batak toba menganut sistem kekerabatan secara
patrilinear dan mengikat para anggotanya. Dimana penerus garis keturunan adalah mengikuti pihak laki-laki. Keturunan laki-laki tersebutlah yang menjadi penerus
marga. Marga merupakan kelompok kekerabatan menurut garis keturunan, dimana hal tersebut akan menentukan posisi seseorang dalam lingkungan
masyarakat batak toba.
Universitas Sumatera Utara
34 Mengutip dari Irianto 2005 dijelaskan bahwa dalam sejarah orang batak
toba dapat ditelusuri melalui garis laki-laki, akan tetapi anak perempuan dan istri tidak tercatat di dalamnya. Dalam sistem patrilineal, laki-laki dan perempuan
menyandang hak dan kewajiban yang berbeda terhadap marga mereka. Sepanjang hidupnya laki-laki hanya bertanggung jawab atas marga ayahnya. Untuk
perempuan sendiri, mereka bertanggung jawab atas dua marga yaitu marga ayahnya dan suaminya. Walaupun demikian, posisi perempuan dalam kekerabatan
tersebut tidak jelas, karena meskipun berhubungan dengan keduanya tetapi tidak pernah menjadi anggota penuh dari keduanya.
Perempuan menunjuk kepada salah satu dari dua jenis kelamin. Perempuan batak toba diartikan sebagai perempuan yang merupakan keturunan
dari keluarga batak toba, dimana hal ini perempuan tersebut memiliki marga dari suku batak toba. Dalam suku batak toba, dikenal istilah “boru ni raja” yang
merupakan konsep priyayi masyarakat batak toba. Istilah ini diberikan kepada perempuan-perempuan keturunan batak toba untuk mengajarkan dan menanamkan
nilai-nilai kepada perempuan batak toba agar berperilaku layaknya seorang putri raja, baik dalam hal tutur kata, berpakaian, dan lain sebagainya.
Orang batak mendidik anak perempuan mereka supaya menjadi istri-istri yang pantas dengan tujuan untuk dapat menjalin hubungan kekerabatan di antara
orang-orang dengan pangkat tinggi Irianto, 2005 : 95. Walaupun perempuan batak toba memiliki pendidikan yang tinggi, mereka akan tetap pada konsep dan
nilai mengenai perempuan, yang terikat pada ruang domestik dan lingkungan adat. Sekalipun perempuan batak toba menjalani posisi terhormat, mereka tidak akan
bisa melepaskan kewajibannya menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
35 Perempuan batak toba adalah perempuan yang dikenal pekerja keras dan
tangguh. Peran perempuan batak toba dalam hal ekonomi keluarga yaitu dimana perempuan batak toba terjun ke dalam ruang publik untuk bekerja memenuhi
kebutuhan keluarganya. Mulai dari pekerjaan masyarakat kelas atas seperti dokter, pengacara, dosen, dan sebagainya hingga pekerjaan masyarakat kelas bawah yaitu
pembantu rumah tangga, buruh pabrik, hingga pengasuh anak. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, perempuan batak toba banyak yang berperan ganda
dengan bekerja di ruang publik dan ruang domestik. Perempuan batak toba juga berperan sebagai perempuan yang menjadi
penjaga dan penjamin terwujudnya nilai-nilai hamoraon, hagabeon, dan hasangapon melalui cara apapun Irianto, 2005 : 96. Dimana hamoraon
merupakan nilai untuk memiliki kekayaan, hagabeon merupakan nilai untuk diberkati karena keturunan, serta hasangapon merupakan nilai untuk prestise
ataupun penghargaan.
2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam Interaksi Sosialnya