71
9. D. S
Pria berusia 62 tahun ini memiliki suku batak toba. D.S saat ini bertempat tinggal di Jalan Danau Ranau. Pensiunan POLRI yang tamatan SMA ini cukup
memahami mengenai makna dari “anak ni raja” dan “boru ni raja”. D.S “anak ni raja” atau anak seorang raja adalah anak dari keturunan raja atau biasa disebut
pangeran dalam kerajaan. Tetapi dalam arti “anak ni raja” dalam tradisi adat batak adalah anak batak pada dasarnya adalah keturunan para raja, oleh karena itulah
sampai sekarang anak batak atau putra batak disebut sebagai “anak ni raja” untuk
mengikuti dan menghargai tradisi masyarakat batak terdahulu. 4.4 Pandangan Informan Yang Bukan Pengasuh Anak Terhadap Status
Sosial Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba
Setiap anggota masyarakat memiliki status sosialnya sendiri dalam masyarakat, dimana status sosial adalah hal yang menandakan perbedaan
kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan mereka di tengah- tengah masyarakat. Hal tersebut juga berlaku pada perempuan pekerja pengasuh anak
atau yang dikenal dengan istilah baby sitter, dimana para pengasuh anak tersebut memiliki tempat atau status tersendiri di dalam masyarakat.
Perempuan batak toba sejak lahir bahkan sejak di dalam kandungan telah memiliki status sosial sebagai “boru ni raja”. Status sosial sebagai “boru ni raja”
merupakan ascribed status karena diperoleh atas dasar kelahiran. Seiring dengan berjalannya waktu, status sosial dari masing-masing perempuan batak toba akan
bertambah. Dimana status sosial yang baru tersebut diperoleh perempuan batak toba tersebut melalui pekerjaan yang dilakoninya guna memenuhi kebutuhan
ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
72 Perempuan batak toba yang telah memilih bekerja sebagai pengasuh anak
mendapatkan status sosial yang baru, yaitu status sosial sebagai pengasuh anak. Status sosial sebagai pengasuh anak merupakan status sosial yang bersifat objektif
sekaligus merupakan achieved status karena status sosial sebagai pengasuh anak tersebut diperoleh oleh perempuan batak toba pekerja pengasuh anak atas
usahanya sendiri dan bukan atas dasar paksaan. Dalam masyarakat, selain status yang bersifat objektif juga terdapat status yang bersifat subjektif. Status sosial
subjektif diartikan sebagai status yang merupakan sebagai hasil penilaian orang lain dan bersifat tidak konsisten.
Status sosial subjektif yang melekat dalam diri perempuan batak toba pekerja pengasuh anak yaitu seperti yang dikemukakan oleh M.S pr, 40 tahun
berikut ini : “Perempuan batak itu orangnya pekerja keras. Jadi kalau
perempuan batak itu mau jadi pengasuh itu hebat, karena dia mau melakukan pekerjaan apapun untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarganya.”
Sama halnya juga dengan yang diungkapkan oleh A.T pr, 28 tahun berikut ini : “Perempuan batak yang bekerja sebagai pengasuh anak itu
hebat karena dia mau melakukan pekerjaan ini untuk memperjuangkan hidupnya.”
Masyarakat memberikan penilainnya masing-masing kepada para
perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut. Dimana penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap perempuan batak toba yang bekerja sebagai
pengasuh anak yaitu dimana masyarakat beranggapan bahwa perempuan batak tersebut pekerja keras dan hebat, karena mau melakukan pekerjaan apapun untuk
memperjuangkan hidupnya dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
73 Selain status sosial subjektif yang bersifat positif, juga terdapat status
sosial subjektif yang negatif. Dimana ada masyarakat yang beranggapan bahwa pekerjaan sebagai pengasuh anak adalah pekerjaan pembantu dan memandang
rendah perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh H.L lk, 52 tahun :
“Kecil kali orang yang bekerja sebagai baby sitter. Itu sama saja dengan pembantu.”
Status sosial subjektif negatif yang terdapat pada perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak juga dianggap berpikiran tidak maju. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh D.S lk, 62 tahun berikut : “saya rasa perempuan batak toba yang bekerja sebagai
pengasuh anak berpikir gak maju”
Terdapat pro dan kontra mengenai status sosial subjektif terhadap perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak. Dimana perempuan
batak toba, yang bekerja sebagai pengasuh anak dianggap sebagai pembantu dan menurunkan status sosialnya. Akan tetapi disisi lain, terdapat dukungan terhadap
perempuan pengasuh anak etnis batak toba dimana mereka mengatakan bahwa perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak itu hebat dan luar
biasa karena mau melakukan pekerjaan tersebut untuk memperjungkan hidup serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
4.5 Pandangan Informan yang Bekerja Sebagai Pengasuh Anak Terhadap Pekerjaan dan Status Sosialnya
Untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh individu, tentu saja mereka memiliki pandangan yang berbeda terhadap pekerjaan mereka, sama halnya
dengan perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak. Perempuan
Universitas Sumatera Utara