TATA CARA PENYAMBUTAN DEWA – ‘JING DAN LI’

6. TATA CARA PENYAMBUTAN DEWA – ‘JING DAN LI’

Setelah tata cara persembahan selesai, dilanjutkan dengan ‘tata cara mengundang dewa’. Biasanya diawali oleh Tien Juan Shi yang mewakili seluruh umat dengan menancapkan 5 batang ‘dupa mengundang dewa’, yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ‘Kitab Suci Mengundang Dewa’ oleh petugas pelaksana upacara dengan isi kitab sebagai berikut: “Semua diam dengan khusuk, berbaris dengan rapi, mengenakan pakaian dan mahkota, dengan rasa tulus dan hormat mendengarkan pembabaran, tempat pembakaran dupa Pa Kua memancarkan asap yang menyenangkan, Ibu Suci Lao Mu turun ke altar, Kuan Ti [Dewa Kuan Kong] bertempat di kiri matahari murni kanan, 28 kelahiran melindungi altar. Ibu Suci Lao Mu turun ke altar, semua dewa menghormat, yang di kiri bersorak sorai, yang di kanan bersorak sorai, dewa petir, dewa angin, dewa harimau, dewa naga, semuanya memancarkan keagungan, berdiri menghormat, mendengarkan ucapan kita dengan cermat. Saat ini selama tiga hari, Tao Besar tertampak jelas, semua dewa, melindungi altar suci, setan dan dewa mendengarkan perintah suci, jangan berbuat bodoh mengganggu. Membebaskan kemalangan, melenyapkan bencana, saling membantu dalam kebajikan, saling membantu dalam tugas, bencana besar mundur menjauh, bintang memancarkan sinar pada petugas suci, membawa perintah, segera melaksanakan kendali langit, urusan tiga tingkat [penyelamatan atas, menengah, bawah], satu demi satu ikut berpartisipasi, tidak boleh mundur, selalu demikian. Laksanakan kewajiban masing-masing, mengendalikan situasi selama tiga hari, Ibu Suci memerintahkan semua dewa, mewakili menyampaikan titah, melihat dan memperoleh Tao, mengendalikan surga dan bumi,

12 dewa, sesuai dengan kedewaannya, waktunya segera tiba, jangan melanggar titah ini.”

Setelah itu Tien Juan Shi membaca sambil berlutut : “Akhirnya satu hal yang belum diucapkan di masa lalu, orang mulia akan mengucapkannya di sini, orang bodoh mengenali jalan pulang ke desanya, kelahiran dan kematian bergantung pada saat ini. Sekarang XXX [nama Tien Juan Shi] memimpin para pengikut, setulus hati berlutut di bawah teratai Ming Ming Shang Ti, memohon dimulainya jaman ketiga, Buddha kuno Maitreya dengan tiga ribu murid, segala bintang kehidupan datang ke sini, bersama-sama membantu tiga Buddha, mengumpulkan dan menghitung, urusan besar pada akhirnya, mengerti dan melaporkan pada Ibu Suci.” Sampai di sini, petugas pelaksana upacara bawah mulai memanggil satu per satu Setelah itu Tien Juan Shi membaca sambil berlutut : “Akhirnya satu hal yang belum diucapkan di masa lalu, orang mulia akan mengucapkannya di sini, orang bodoh mengenali jalan pulang ke desanya, kelahiran dan kematian bergantung pada saat ini. Sekarang XXX [nama Tien Juan Shi] memimpin para pengikut, setulus hati berlutut di bawah teratai Ming Ming Shang Ti, memohon dimulainya jaman ketiga, Buddha kuno Maitreya dengan tiga ribu murid, segala bintang kehidupan datang ke sini, bersama-sama membantu tiga Buddha, mengumpulkan dan menghitung, urusan besar pada akhirnya, mengerti dan melaporkan pada Ibu Suci.” Sampai di sini, petugas pelaksana upacara bawah mulai memanggil satu per satu

Perlu saya tambahkan, Yi Kuan Tao menyebut umat pria sebagai ‘Jien Tao’, sedang umat wanita sebagai ‘Guen Tao’. Mereka memberlakukan peraturan bila Jien Tao belum selesai dalam melakukan upacara maka Guen Tao tidak diperkenankan masuk. Guen Tao tidak diperkenankan mengikuti upacara Jien Tao, inilah yang dinamakan ‘pria dan wanita berbeda’. Oleh karena itu, setiap kali pelaksanaan upacara penghormatan pada Buddha selalu terbagi menjadi dua gelombang. Waktu itu umat prialah yang lebih dulu menerima Tien Tao.

Selanjutnya petugas pelaksana upacara bawah berlutut di depan rupang Buddha membacakan isi Su Wen. Setelah pembacaan selesai, Su Wen tersebut dibakar di tempat pembakaran di atas altar Buddha. Sebelum berlutut membacakan Su Wen, petugas pelaksana upacara bawah sebelumnya telah berpesan pada setiap orang untuk mendengarkan dengan cermat nama masing-masing supaya tidak terjadi salah pembacaan nama. Mereka mengatakan (yang sudah tentu merupakan ucapan palsu): “Catatan formulir ini dibakar untuk dikirim pada dewa pengawas di surga, dewa ini kemudian akan membantu kita ‘mendaftarkan nama kita di surga dan mencabut nama kita dari neraka’. Sejak saat itu, nama kita tak tercantum lagi di neraka, setelah meninggal roh kita pasti takkan terperosok ke neraka jatuh di bawah kekuasaan dewa kematian Yen Luo Wang [yang kenal sebagai Giam Lo Ong dalam bahasa Hokkian]. Selain itu, kita bisa langsung naik ke Wu Ci Li Dien [surga Li - Wu Ci] dan membebaskan 9 generasi leluhur, inilah yang disebut sebagai ‘satu anak memperoleh Tao, sembilan generasi leluhur naik ke surga’.”