KITAB SUCI AGAMA BUDDHA ADALAH CERMIN PENAMPAK SILUMAN YANG PALING UNGGUL

22. KITAB SUCI AGAMA BUDDHA ADALAH CERMIN PENAMPAK SILUMAN YANG PALING UNGGUL

Setelah berlindung pada Tri Ratna, saya menggunakan waktu di luar pelajaran sekolah dengan giat mempelajari Sutra Agama Buddha. Inti Ajaran Buddha sangat dalam. Meskipun saya tidak memahami arti sebenarnya, tetapi setidaknya secara garis besar saya cukup mengerti. Saat itu, famili saya selalu mendesak mengajak mendengarkan Tao, saya terpaksa mengikuti kehendaknya dengan pertimbangan tidak ingin merusak rasa kekeluargaan. Saya terpaksa ikut pergi ke suatu Fo Dang untuk mendengarkan Tao dari Dang Cu Fo Dang tersebut. Dang Cu tersebut membabarkan Tao dengan menggunakan landasan Sutra Buddhis dan para Tao-Jin mendengarkan dengan mengangguk-anggukkan kepala, tampaknya mereka mendengarkan dengan penuh perhatian. Bagaimana dengan saya sendiri? Saya merasa kurang tepat bila bermaksud mengoreksi ketidakbenaran ucapan Dang Cu itu, sehingga terpaksa ikut- ikutan seperti pendengar yang lain tetapi dengan diiringi senyuman sedih. Cuplikan pendukung yang diambil dari Sutra oleh Dang Cu itu, benar-benar asal comot dan tidak tepat. Para pendengar adalah petani yang jujur dan bajik, serta selama ini mungkin mereka belum pernah mendengar nama ‘Cin Kang Cing’ [Sutra Intan], sehingga boleh dibilang mereka tidak pernah tahu inti ajaran Sutra tersebut. Asal ucapan yang didengar tampaknya cukup beralasan maka mereka akan menganggap ucapan tersebut adalah benar.

Memang benar, bila orang yang tak pernah mempelajari Ajaran Buddha mendengarkan ajaran Yi Kuan Tao, maka saya yakin orang tersebut takkan dapat membedakan antara ajaran yang benar dengan yang salah. Yi Kuan Tao berkedok sebagai Agama Buddha, setiap kali menggunakan Sutra Buddhis sebagai pendukung ajaran mereka, menggunakan ajaran benar untuk menutupi ajaran yang salah. Dengan demikian menipu umat agar mempercayai mereka sebagai Ajaran Buddha sejati. Tetapi bila tiba saat anda benar-benar mempelajari Sutra Buddhis, maka akan paham bahwa ajaran sesat Yi Kuan Tao adalah ‘biasa saja tanpa aroma dan ngawur tidak berdasar’. Sejak itulah saya tak tertarik lagi dengan ajaran mereka meskipun diucapkan dengan cara apapun. Ini adalah pengalaman nyata yang saya alami sendiri. Pantas saja Yi Kuan Tao tidak menganjurkan pengikutnya untuk mempelajari Sutra Buddhis, karena Sutra Buddhis itu ibaratnya sebuah ‘Cermin Penampak Siluman’. Bila ajaran sesat Yi Kuan

Tao berjumpa dengan cermin ini, maka wujud sesat sebenarnya akan segera terlihat. Selain itu, dengan mempelajari Sutra Buddhis, seperti yang saya katakan, maka kita akan memahami bahwa ajaran sesat Yi Kuan Tao adalah ‘biasa saja tanpa aroma dan ngawur tidak berdasar’. Lebih jauh lagi, kita akan dapat membongkar kebohongan kedok mereka serta kebohongan itu sendiri akan hancur dan terpatahkan satu persatu.

Oleh sebab itulah, Yi Kuan Tao mencatut nama Ci Kong Huo Fo [Buddha Hidup Ci Kong] digunakan dalam Fu Ci. Serta dalam kitab mereka dikarang suatu ucapan indah guna menutupi kebohongan itu. Mereka mengatakan: “Membaca Sutra adalah bertujuan untuk memperoleh Dharma, bila sudah memperoleh Dharma maka boleh saja tidak membaca Sutra; Asal kita bisa menjaga batin yang suci, itu adalah Sutra Sejati tanpa huruf. Apalagi Sutra Buddhis total berjumlah 5.480 jilid, setiap hari membaca 1 jilid pun memerlukan waktu 15 tahun untuk membaca habis, kita mana ada waktu sebanyak itu…”. Ucapan ini, di samping menunjukkan betapa besarnya Tao yang mereka sebarkan sehingga membangkitkan keyakinan para pengikut, juga dengan alasan ini mereka menghancurkan keinginan pengikut untuk mempelajari Sutra Buddhis. Bukankah ini ibaratnya sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui? Maka tak heran bila hanya dalam rumah beberapa pimpinan Yi Kuan Tao saja terlihat adanya Kitab ‘Cin Kang Cing’ [Sutra Intan], ‘Lio Cu Dan Cing’ [Sutra Sesepuh Keenam], ‘Mi Le Bu Sha Shang Sia Sheng Cing’ [Kitab Buddha Maitreya Terlahir di Alam Tusita dan Turun ke Alam Manusia] dan lain sebagainya. Sedang di rumah pengikut awam sulit ditemukan adanya Sutra Buddhis. Sutra-Sutra tersebut mereka manfaatkan untuk dicuri ajarannya, diubah inti ajarannya, dipakai untuk menyelewengkan kebenaran dan sebagai acuan ajaran sesat mereka.

Saya pernah melihat kitab gadungan ‘Kitab Turunnya Buddha Maitreya ke Alam Manusia’ di ruangan mereka, ini adalah kitab gadungan yang khusus ditulis oleh pimpinan mereka. Dikatakan bahwa dua orang sesepuh mereka, Sesepuh Ke-13 (Si Huan Wu) dan Sesepuh Ke-17 (Lu Cong Yi), merupakan dua orang sesepuh Buddhis jelmaan dari Buddha Kuno Maitreya (Bodhisattva Maitreya).

Isi kitab gadungan ini sangat kasar dan dangkal. Bagi mereka yang paham dengan Agama Buddha, dengan sekali lihat saja akan tahu bahwa itu adalah kitab gadungan.

Para Tao-Jin Yi Kuan Tao, bila kalian memiliki kitab gadungan ini, maka saran saya bawalah ke vihara dan bandingkan dengan Kitab Maitreya yang sebenarnya, maka akan terbukti bahwa ucapan saya ini bukan dusta. Sutra adalah Kitab Suci yang berisikan Dharma yang diucapkan oleh Buddha Sakyamuni demi kebahagiaan makhluk hidup, sedang kitab gadungan adalah kitab dusta karangan pimpinan ajaran sesat yang bertujuan demi terpenuhinya nafsu akan nama dan keuntungan. Isi dan inti ajaran antara Sutra asli dan kitab gadungan, berbeda bagaikan langit dan bumi.