YI KUAN TAO MENIPU MENGAKU SEBAGAI AGAMA BUDDHA

20. YI KUAN TAO MENIPU MENGAKU SEBAGAI AGAMA BUDDHA

Sejak pengikut Pai Lien Ciao berganti nama menyebut diri sebagai Yi Kuan Tao, mereka beberapa kali menghasut umat untuk melakukan pemberontakan. Hal inilah yang membuat Pemerintah Nasionalis [pemerintahan Tiongkok di bawah Partai Nasionalis] mengeluarkan larangan bagi kegiatan Yi Kuan Tao serta menyebut mereka sebagai ‘Ajaran Sesat’. Untuk menghindari penangkapan dari pemerintah, maka Yi Kuan Tao juga beberapa kali berganti nama menjadi ‘Sien Dien Ta Tao [Tao Besar Yang Mula], Gong Meng Ta Tao [Tao Besar Konfusius – Mencius]’. Para pimpinan ajaran sesat di Taiwan menggunakan 18 nama seperti: ‘Sekte Ci Ju, Sekte Fa Yi, Sekte Pao Kuang, Sekte Wen Hua, Sekte Ceng Yi’, dan sebagainya. Pimpinan tertinggi menugaskan 18 pimpinan yang berbeda untuk setiap sekte. Pimpinan tertinggi ini disebut sebagai ‘Ling Tao Jien Ren’ [Pemimpin Senior].

Sejak terbongkarnya kegiatan sekte Pao Kuang pada awal Februari tahun ini, saya dengar mereka berganti nama lagi. Tetapi tak jelas kebenaran berita ini, saya juga tak tahu mereka berganti nama apa. Saya masih menunggu kejelasan informasi dari dalam organisasi mereka. Saya bisa memahami bahwa tindakan Yi Kuan Tao ini adalah untuk melindungi pergerakan penyebaran ajaran mereka.

Meskipun beberapa kali berganti nama, isi dan sifat ajaran mereka tetap sama seperti halnya Pai Lien Ciao di masa dinasti Yuen serta Yi Kuan Tao di masa peralihan dinasti Jing dan Republik. Tetapi mereka tak pernah sekalipun mengakui hal ini, tetap bersikeras menyebut diri sebagai ‘Agama Buddha’. Pernah ada seorang Ciang Tao Shi yang berkata kepada kami para pengikut Yi Kuan Tao sebagai berikut: “Ajaran yang kita yakini bukanlah ajaran masa lalu seperti Pai Lien Ciao, juga bukan Yi Kuan Tao, ajaran kita adalah Buddha. Tetapi Ajaran Buddha kita ini berbeda dengan Ajaran Buddha yang di luaran, kita lebih tinggi setingkat dibanding mereka.” Ada pula seorang putri Dang Cu yang berkata kepada para pengikut: “Oleh karena Buddha dan Dewa yang kita yakini lebih tinggi tingkatnya dibanding Buddha dan Dewa di vihara atau klenteng, maka patung Buddha dan Dewa harus kita tempatkan di lantai atas. Ini menunjukkan tingkatan yang lebih tinggi dibanding para Buddha Meskipun beberapa kali berganti nama, isi dan sifat ajaran mereka tetap sama seperti halnya Pai Lien Ciao di masa dinasti Yuen serta Yi Kuan Tao di masa peralihan dinasti Jing dan Republik. Tetapi mereka tak pernah sekalipun mengakui hal ini, tetap bersikeras menyebut diri sebagai ‘Agama Buddha’. Pernah ada seorang Ciang Tao Shi yang berkata kepada kami para pengikut Yi Kuan Tao sebagai berikut: “Ajaran yang kita yakini bukanlah ajaran masa lalu seperti Pai Lien Ciao, juga bukan Yi Kuan Tao, ajaran kita adalah Buddha. Tetapi Ajaran Buddha kita ini berbeda dengan Ajaran Buddha yang di luaran, kita lebih tinggi setingkat dibanding mereka.” Ada pula seorang putri Dang Cu yang berkata kepada para pengikut: “Oleh karena Buddha dan Dewa yang kita yakini lebih tinggi tingkatnya dibanding Buddha dan Dewa di vihara atau klenteng, maka patung Buddha dan Dewa harus kita tempatkan di lantai atas. Ini menunjukkan tingkatan yang lebih tinggi dibanding para Buddha

Para Tao-Jin Yi Kuan Tao, Ajaran Sang Buddha didasarkan pada pengertian bahwa alam semesta ini ‘Semua Hanyalah Kesadaran’, ‘Ketergantungan Kondisi serta Tiada Inti’, dan menekankan ‘Hukum Sebab Akibat, Penderitaan Tumimbal Lahir Enam Alam’. Segala sesuatu di dunia ini adalah penderitaan, meskipun ada kebahagiaan itupun hanya sekejap. Oleh sebab itu, kita harus segera berlatih agar dapat kembali pada sifat KeBuddhaan yang dimiliki setiap makhluk hidup, agar kesadaran kita memperoleh pembebasan sejati, ini baru yang dinamakan kebahagiaan sejati. Bila sekarang Yi Kuan Tao menyebut diri sebagai ‘Agama Buddha’, maka saya yakin bahwa para Tao-Jin pasti memiliki pandangan hidup yang sama dengan pandangan dalam Agama Buddha. Dengan adanya pandangan yang sama terhadap kehidupan dan alam semesta ini, maka sudah seharusnya kita mencari jalan yang sejati, berlatih seperti yang diajarkan dalam Sutra Buddhis. Bila tidak, maka kita akan menyia-nyiakan kehidupan ini, ibaratnya orang yang masuk ke dalam gunung yang menyimpan banyak harta tetapi pulang dengan tangan kosong.