BUDDHA DHARMA TETAP BERLANJUT DARI GENERASI KE GENERASI, BUDDHA DHARMA TIDAK LENYAP

35. BUDDHA DHARMA TETAP BERLANJUT DARI GENERASI KE GENERASI, BUDDHA DHARMA TIDAK LENYAP

Bila ada penganut Yi Kuan Tao yang bersikeras mengatakan bahwa Buddha Dharma telah lenyap, maka saya akan balik bertanya: “Bila Buddha Dharma dikatakan telah lenyap, tetapi mengapa setelah Sesepuh Keenam masih muncul banyak Maha Bhiksu? Hal ini bisa dibuktikan melalui buku ‘Li Tai Kao Sheng Cuan’ [Riwayat Beberapa Generasi Para Maha Bhiksu].”

Di sini saya akan menampilkan nama beberapa Maha Bhiksu yang saya ketahui, yakni: Shi Dou He Shang, Yong Ming Jan Shi, Han Shan Ta Shi, Yu Lin Kuo Shi, serta beberapa nama setelah Tiongkok menjadi Republik yaitu Si Yun, Dai Si, Dan Si, Cang Cia, Yuan Ying, Cin Shan, Ji Hang hingga ke masa terdekat saat ini yaitu Jing Yen, serta masih banyak lagi. Para Maha Bhiksu tersebut bahkan ada yang berlatih hingga mampu mengetahui kapan waktunya akan meninggal, setelah meninggal terkumpul banyak relik (sarira), bahkan ada yang mencapai tingkatan meninggal dengan posisi duduk atau berdiri, relik seluruh tubuh - tubuh Intan yang tak rusak [seperti halnya Sesepuh Keenam].

Beberapa dari fakta tersebut di atas, merupakan hal yang belum lama berselang yang masih membentang di depan mata kita. Apakah para Maha Bhiksu ini juga menerima Tao? Sejak didirikannya Pai Lien Ciao hingga saat ini, para penerima Tao dari Tien Juan Shi sedikitnya berjumlah jutaan orang, tetapi saya belum pernah melihat atau mendengar ada Tao- Jin yang pencapaian kesucian batinnya melampaui beberapa Maha Bhiksu yang saya sebutkan di atas? Jangankan umat biasa, bahkan mereka yang memalsu sebagai Sesepuh dan Tien Juan Shi yang mengaku menerima Firman Langit, juga takkan mampu mencapai tingkatan itu. Bagi para pimpinan ambisius yang bagaikan kesurupan layaknya dan setiap harinya hidup bermimpi sebagai kaisar, bila mereka meninggal dengan badan utuh, itu sudah tergolong sangat beruntung. Bila ada yang tidak percaya dengan perkataan ini, silakan membaca buku ‘An Lu Ming Teng’ [Pelita di Jalan Kegelapan], ‘Dien Tao Cen Juan’ [Ajaran Sejati Tao Langit], serta catatan sejarah tiga dinasti Yuen, Ming, Jing. Lihat, berapa banyak dari mereka yang memalsu sebagai Sesepuh Buddhis dapat bertahan hidup dengan tenang? Kalau tidak Beberapa dari fakta tersebut di atas, merupakan hal yang belum lama berselang yang masih membentang di depan mata kita. Apakah para Maha Bhiksu ini juga menerima Tao? Sejak didirikannya Pai Lien Ciao hingga saat ini, para penerima Tao dari Tien Juan Shi sedikitnya berjumlah jutaan orang, tetapi saya belum pernah melihat atau mendengar ada Tao- Jin yang pencapaian kesucian batinnya melampaui beberapa Maha Bhiksu yang saya sebutkan di atas? Jangankan umat biasa, bahkan mereka yang memalsu sebagai Sesepuh dan Tien Juan Shi yang mengaku menerima Firman Langit, juga takkan mampu mencapai tingkatan itu. Bagi para pimpinan ambisius yang bagaikan kesurupan layaknya dan setiap harinya hidup bermimpi sebagai kaisar, bila mereka meninggal dengan badan utuh, itu sudah tergolong sangat beruntung. Bila ada yang tidak percaya dengan perkataan ini, silakan membaca buku ‘An Lu Ming Teng’ [Pelita di Jalan Kegelapan], ‘Dien Tao Cen Juan’ [Ajaran Sejati Tao Langit], serta catatan sejarah tiga dinasti Yuen, Ming, Jing. Lihat, berapa banyak dari mereka yang memalsu sebagai Sesepuh Buddhis dapat bertahan hidup dengan tenang? Kalau tidak

Dalam kesempatan ini saya juga akan membuktikan bahwa Buddha Dharma sejak Sesepuh Keenam tidak pernah lenyap.

Bodhidharma dari Tanah Barat datang ke Tanah Timur [Tiongkok] pada jaman Kaisar Liang Wu Ti, yang di kemudian hari Bodhidharma disebut sebagai Sesepuh Pertama Tanah Timur. Dari Sesepuh Pertama hingga Sesepuh Keenam Maha Guru Hui Neng, para Sesepuh tersebut selalu mewariskan jubah dan mangkok. Tetapi demi meredakan perebutan jubah dan mangkok di antara para generasi penerus, maka sejak Sesepuh Keenam hanya mewariskan Dharma, tanpa jubah dan mangkok. Sebenarnya jubah dan mangkok ini hanya berfungsi menunjukkan identitas Sesepuh, sehingga bukan berarti tidak mewariskan jubah dan mangkok menandakan lenyapnya Buddha Dharma. Ini adalah peristiwa sejarah yang sepenuhnya tercantum di dalam Sutra Altar Sesepuh Keenam. Di sini saya tampilkan beberapa alinea dalam Sutra tersebut sebagai pembuktian.

Sutra Sesepuh Keenam bagian Sing You Bin tertulis, Sesepuh Kelima Hong Ren berkata kepada Sesepuh Keenam: “Dahulu saat pertama kali Maha Guru Bodhidharma datang ke Tanah ini, akar keyakinan umat masih belum terlalu teguh. Sebab itulah jubah diwariskan dari generasi ke generasi sebagai perlambang agar orang menjadi percaya. Dharma adalah diwariskan dari hati ke hati yang bertujuan agar diri kita sendirilah yang mengalami dan memahami pencerahan. Sejak dari Buddha Kuno hanya mewariskan Dharma dan tersimpan di dalam hati setiap Sesepuh. Jubah menimbulkan perselisihan, sebab itu hanya berhenti di kamu, jangan diwariskan lagi. Bila masih saja mewariskan jubah ini, maka kehidupan bagaikan seutas benang…”

Serta dalam bagian Fu Cu Bin, murid Sesepuh Keenam yaitu Fa Hai Jan Shi bertanya kepada Maha Guru Hui Neng: “Setelah Guru meninggal, jubah dan Dharma harus diwariskan kepada siapa?” Hui Neng menjawab: “Saya membabarkan Dharma sejak dari Vihara Ta Fan hingga saat ini, semuanya tercatat di dalam Sutra Altar Permata Dharma (sekarang kita kenal Serta dalam bagian Fu Cu Bin, murid Sesepuh Keenam yaitu Fa Hai Jan Shi bertanya kepada Maha Guru Hui Neng: “Setelah Guru meninggal, jubah dan Dharma harus diwariskan kepada siapa?” Hui Neng menjawab: “Saya membabarkan Dharma sejak dari Vihara Ta Fan hingga saat ini, semuanya tercatat di dalam Sutra Altar Permata Dharma (sekarang kita kenal

Dari sini dapat diketahui bahwa sejak Sesepuh Keenam hingga saat ini, hanya mewariskan Dharma, tidak mewariskan jubah dan mangkok, sebab itulah tidak ditunjuk secara pasti siapa Sesepuh dalam setiap generasi. Pimpinan Yi Kuan Tao melihat adanya lubang dalam Sutra Altar Sesepuh Keenam yang kemudian dengan mengatakan menerima Firman Langit menyebut diri sendiri sebagai Sesepuh Kedelapan Tanah Timur. Perbuatan ini ternyata ditiru oleh generasi penerus mereka yang mengeluarkan banyak jurus-jurus baru. Saudara-saudara sekalian, bila kita membaca catatan tentang Sutra Altar Sesepuh Keenam maka takkan sulit untuk mengetahui kepalsuan ucapan sesat Yi Kuan Tao. Ini adalah bukti yang tak bisa dibantah yang dapat menjadi penunjuk arah bagi pengikut Yi Kuan Tao agar meninggalkan jalan sesat dan kembali ke jalan yang benar.