TATA CARA PENGANUGERAHAN TAO

5. TATA CARA PENGANUGERAHAN TAO

Sepanjang pengetahuan saya, tata cara upacara penghormatan pada Buddha dalam Yi Kuan Tao sangatlah banyak. Baik tata cara ataupun rasa khusuk dalam upacara mereka tak kalah dengan suasana Fa Hui dalam Agama Buddha [Fa Hui adalah event pembabaran Buddha Dharma oleh Bhiksu / Fa Shi]. Tata cara dan kekhusukan upacara inilah salah satu hal yang membuat umat awam tertipu. Demikian juga tak heran jika banyak di antara pengikut Yi Kuan Tao yang tak tergoyahkan keyakinannya akibat pengaruh hal satu ini. Tata cara upacara Yi Kuan Tao yang saya ketahui saat ini adalah ‘tata cara persembahan, tata cara pembakaran dupa, tata cara mengundang dewa, tata cara penitikan Tao, tata cara pembukaan dan penutupan’, ada lagi ‘tata cara penyelamatan arwah, tata cara terima kasih, tata cara sembahyang tahun baru’ dan sebagainya. Kecuali tiga tata cara terakhir, semua tata cara tersebut pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri.

Selang tak lama setelah acara penyambutan selesai, semua orang yang akan Jiu Tao (yakni pengikut baru yang ingin masuk menjadi anggota), Yin Shi [guru pemandu] yakni anggota lama yang membawa masuk anggota baru dan Pao Shi [guru penjamin] yakni anggota lama yang menjamin kelakuan baik anggota baru, satu demi satu melaporkan golongan suku, nama dan alamat masing-masing. Yin Shi dan Pao Shi digabung menjadi Yin Pao Shi [guru pemandu dan penjamin]. Seorang anggota petugas administrasi akan memasukkan data-data pribadi tersebut ke dalam formulir yang telah dipersiapkan sebelumnya. Formulir ini disebut Su Wen yang akan dibakar untuk diserahkan pada ‘dewa pengawas’ yang diutus oleh Shang Dien Lao Mu Niang [Ibu Suci Langit] saat proses Tien Tao [penitikan Tao, membuka Pintu Suci]. Keseluruhan proses ini disebut sebagai ‘Kua Hao’ [registrasi].

Baik dalam kondisi sehari-hari ataupun saat upacara Tien Tao, ‘Tien Juan Shi’ [guru pembuka Pintu Suci] sebagai penerima Firman Langit yang bertugas melakukan ‘Tien Sien Kuan’ [membuka titik Pintu Suci di antara kedua mata] memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari ‘Dang Cu’ [pemimpin tempat sembahyang] atau ‘Dan Cu’ [pemimpin altar] yang merupakan pendiri Fo Dang dan Ciang Tao Shi [guru pembabar Tao] yang bertugas membabarkan Tao. Oleh sebab itu pengikut Yi Kuan Tao sangat menghormati Tien Juan Shi.

Waktu datang dalam upacara harus ‘disambut’, demikian juga waktu pergi harus ‘diantar’ [layaknya kaisar atau pembesar]. Oleh karena tingginya kedudukan dan keistimewaan tugas yang diemban, maka setiap proses upacara Penganugerahan Tao selalu ‘dibuka’ oleh Tien Juan Shi.

Tuen Juan Shi berada di posisi utama, setelah itu baru Dang Cu, Ciang Tao Shi, petugas pelaksana upacara atas & bawah dan para Tao-Jin senior berderet sesuai dengan tinggi rendahnya tugas yang diemban beserta tingkat senioritas. Tao-Jin senior ini umumnya berperan sebagai Yin Pao Shi. Kami sekelompok pengikut baru yang akan Jiu Tao berdiri berbaris di kedua sisi meja altar Buddha memperhatikan mereka melakukan upacara.

Setelah menempati posisi masing-masing, Tien Juan Shi memulai dengan penghormatan ‘Cie Yuen Siang’ [dupa pengikatan jodoh] di depan patung Buddha (bisa juga diwakili oleh Dan Cu atau petugas pelaksana upacara), setelah itu dilanjutkan dengan tata cara persembahan buah. Tien Juan Shi menunjuk beberapa Tao-Jin senior yang telah dilatih sebelumnya untuk berdiri berjajar di sisi kiri dan kanan dengan setiap orang membawa satu nampan buah-buahan yang akan dipersembahkan pada Buddha. Di saat itulah setiap petugas pelaksana upacara atas & bawah meneriakkan ucapan: “Dua sisi berdiri dengan khusuk, berhadapan saling menghormat, menempati posisi menyembah, menghormat, bersimpuh, kepala menyembah tiga kali”, “menyembah satu kali, menyembah dua kali, menyembah tiga kali”, “…”, “persiapan persembahan, bersimpuh, angkat sejajar alis, terima, angkat sejajar alis, menghormat, terima, angkat sejajar alis, kepala menyembah satu kali”, … , “berdiri, menghormat, berjajar dua sisi, berhadapan saling menghormat, tata cara persembahan berakhir, membungkuk”, “mundur”. Para Tao-Jin senior yang bertugas melakukan persembahan buah dengan tertibnya mengikuti setiap perintah yang diucapkan. Kekhusukan upacara dapat dirasakan oleh setiap orang, dan bau harum dupa kayu cendana semakin menambah rasa khusuk itu. Kekhusukan upacara, rasukan ajaran sesat dan pengucapan sumpah mengerikan, ini semua membuat kita sulit meyakinkan pengikut Yi Kuan Tao agar bersedia keluar dari organisasi mereka.

Upacara persembahan buah yang dijelaskan di depan, dalam Yi Kuan Tao disebut sebagai ‘tata cara persembahan’, prosesnya sekitar 5 menit, sangat semarak dan khusuk.

Menurut ucapan seorang Ciang Tao Shi : “Ini adalah tata cara upacara yang paling semarak yang ditetapkan oleh Chou Kong, tak sesuai untuk vihara atau klenteng, hanya kita yang menggunakannya untuk menyembah ‘Wu Ci Lao Mu’ [Ibu Suci Wu Ci]. Karena itu, di luar Yi Kuan Tao takkan diketemukan upacara macam ini.” [Chou Kong adalah adik kandung kaisar Wu Wang pendiri dinasti Chou sekitar 10 tahun Sebelum Masehi, seorang politikus pembuat hukum dan tata cara kerajaan]. Benar tidaknya ucapan ini masih perlu dibuktikan. Menurut saya, itu adalah upacara yang mereka ciptakan sendiri dan mencomot nama leluhur yang bijaksana agar supaya para pengikut percaya rekayasa ini.