PENGUCAPAN SUMPAH MENGERIKAN
7. PENGUCAPAN SUMPAH MENGERIKAN
Dari dimulainya persembahan dupa di depan rupang Buddha yang diwakili oleh Tien Juan Shi hingga pembakaran formulir, ini dinamakan ‘tata cara mengundang dewa’. Selanjutnya adalah ‘tata cara Tien Tao’. Sebelum menerima Tien Tao harus mengucapkan sumpah. Ini adalah proses yang penting dan harus dilakukan oleh Yin Pao Shi dan pengikut yang baru bergabung. Mereka menamakan isi sumpah itu sebagai ‘tekad Yin Pao Shi’ dan ‘tekad pemohon Jiu Tao’, nama yang sangat indah. Pada awalnya saya juga tidak tahu kalau ini adalah sumpah, saya baru tahu setelah selesai mengikuti pembacaan yang dilakukan oleh petugas pelaksana upacara.
Setelah Yin Pao Shi selesai mengucapkan sumpah (tekad Yin Pao Shi akan kita bahas di belakang), Tien Juan Shi mulai melaksanakan tata cara Penganugerahan Tao [Juan Tao]. Pertama kali yang dianugerahkan adalah salah satu dari San Pao [Tiga Mustika atau Tri Ratna, Yi Kuan Tao mengambil nama sama seperti Agama Buddha, tetapi berbeda baik dalam arti ataupun segalanya] yaitu ‘He Dong Yin’ atau ‘He Dong Li’. Ini adalah tata cara penyembahan pada Buddha yang diciptakan sendiri oleh Yi Kuan Tao, mirip seperti penghormatan merapatkan kedua telapak tangan di depan dada [anjali] dalam Agama Buddha. He Dong Yin ini bermakna: pertemuan Ci dan Hai [urutan pertama dan terakhir dari 12 Ranting Bumi, setiap ranting bumi menunjukkan periode waktu dua jam], yaitu fenomena pertemuan antara siswa ranking satu yang lama dan yang baru di dunia. Ada juga penjelasan dari seorang Ciang Tao Shi sebagai berikut: “Dalam patung Buddhis ada diwujudkan seorang Bodhisattva yang memeluk seorang anak, disebut ‘Kuan Yin yang memberi anak’. Huruf Mandarin ‘anak’ merupakan gabungan dari huruf ‘Ci’ [menunjukkan waktu pukul 23 – 01] dan ‘Hai’ [menunjukkan waktu pukul 21 – 23], secara implisit hal ini menunjukkan bahwa He Dong Yin yang kita gunakan memiliki arti pertemuan antara Ci [hari ini – baru] dan Hai [kemarin - lama].”
Setelah penganugerahan He Dong Yin berakhir, setiap orang yang akan Jiu Tao diinstruksikan untuk berlutut di depan patung Buddha mengucapkan sumpah: XXX (nama yang akan Jiu Tao) dengan setulus hati bersimpuh di bawah teratai Ming Ming Shang Ti, hari Setelah penganugerahan He Dong Yin berakhir, setiap orang yang akan Jiu Tao diinstruksikan untuk berlutut di depan patung Buddha mengucapkan sumpah: XXX (nama yang akan Jiu Tao) dengan setulus hati bersimpuh di bawah teratai Ming Ming Shang Ti, hari
Pembaca jangan memandang rendah sumpah ini, kata-katanya tak banyak tetapi artinya sangat beracun. Bila ada orang yang tidak tulus, berpura-pura Jiu Tao, menyusup ke dalam aliran ajaran sesat dan mengorek rahasia, berarti ‘ada maksud tidak jujur’. Bila kelak suatu ketika pimpinan ajaran sesat ini dengan dalih ‘Firman Langit’ memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kegiatan yang melanggar hukum, tetapi pengikut menolak, apakah bukan ini yang dimaksud dengan ‘mundur tidak berusaha untuk maju’? Membeberkan ambisi jahat mereka pada pihak berwajib atau menceritakan keadaan mereka pada orang luar, maka tergolong melanggar kesalahan berat ‘tidak mematuhi peraturan Buddha, membocorkan Rahasia Langit’. Bila pengikut melapor pada pihak berwajib dan menangkap pimpinan ajaran sesat, ini melanggar ‘menipu guru menghancurkan leluhur, memandang rendah para senior’. Pengikut yang sehari-harinya tak antusias menyebarkan ajaran sesat pada orang luar, maka tergolong pelanggaran ‘menyembunyikan Tao’.
Cukup melakukan salah satu dari pelanggaran yang disebutkan di atas, maka harus menerima hukuman petir dari langit. Dari sini dapat diketahui betapa kejamnya hati pimpinan ajaran sesat ini dan betapa dalamnya kelicikan rencana mereka. Oleh karena sumpah inilah, saya sempat cemas juga saat akan keluar dari Yi Kuan Tao. Dapat dilihat bahwa metode pengucapan sumpah mengerikan saat memasuki Tao adalah sangat efektif untuk mengendalikan pengikut yang berhati bajik dan polos.