Kapan Waktu Penyaliban Itu?

E. Kapan Waktu Penyaliban Itu?

1. Menurut Markus, Yesus disalibkan jam 9.00 (pukul sembilan pagi) (Markus 15:25), sampai jam tiga petang.

2. Matius dan Markus tidak menyebutkan kapan mulainya, tetapi pada jam dua belas tengah hari, gelaplah seluruh tanah itu hingga pukul tiga petang (Matius 27:45). Lukas: Adalah kirakira pukul dua belas tengah hari gelaplah seluruh tanah itu hingga pukul tiga petang (Lukas 23: 44). Markus: Setelah sampai pukul dua belas tengah hari (dari jam sembilan pagi), gelaplah seluruh tanah itu sampai pukul tiga petang (Markus 15: 33).

3. Pengarang Injil Yahya tidak membicarakan soal kapan waktunya. Akan tetapi, dijelaskan bahwa: Maka dekat kayu salib Yesus berdirilah ibunya dan saudara ibunya yang perempuan, Maryam istri Keleopas dan Maryam Mahdalena. Apabila Yesus melihat ibunya dan murid yang dikasihinya itu pun berdiri dekat, berkatalah ia kepada ibunya: Hai perempuan, tengok anakmu! Kemudian ia berkata kepada murid itu: Tengoklah ibumu. Maka daripada ketika itu juga murid itu menyambut Dia ke dalam rumahnya sendiri (Yahya 19:25, 27).

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Kalau pada jam dua belas sampai jam tiga petang seluruh tanah itu gelap, dan cahaya matahari pun hilang, dalam keadaan demikian itu, Yesus berseru dengan suara besar dan nyaring: Eli, Eli lama sabachtani, artinya: Ya Tuhanku, ya Tuhanku apakah sebabnya Engkau meninggalkan aku? (Matius 27:46, Markus 15:34). Tetapi orang-orang yang menjaga mendengarnya atau menganggapnya bahwa Yesus

memanggil-manggil Elias. Maka mereka menjadi ketakutan. Tapi ada di antara penjaga itu menganggap bahwa: Sungguhlah Orang ini (=Yesus) benar (Lukas 23: 47). Ini berarti, terjadi ikhtilaf (perbedaan) pendapat di antara mereka.

4. Setelah Yesus berseru dengan suara besar dan nyaring, maka sekonyong-konyong tirai di dalam Bait Allah cariklah terbelah dua, dari atas sampai ke bawah dan bumi pun gempa, dan batu-batu gunung terbelah-belah. Dan kubur-kubur pun terbuka, dan beberapa mayat orang suci yang sudah wafat bangkit pula, keluar dari kuburnya, maka kemudian daripada kebangkitan Yesus, masuklah mereka itu ke dalam negeri kudus (=Yerusalem?), lalu kelihatan kepada banyak orang.

Maka penghulu laskar dan orang-orang yang sertanya, menunggui Yesus, tampak gempa bumi dan segala perkara yang berlaku itu, takutlah mereka itu amat sangat, katanya:

Sungguhlah orang ini Anak Allah (Matius 27: 46-56).

5. Kalau terjadi gempa bumi yang besar, batu-batu gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka, orang-orang yang menyalibkan itu pun pasti lari berhamburan. Yesus tidak terpikirkan lagi oleh mereka. Dan, Yesus pun lari juga bersama murid-muridnya. Kalau kubur-kubur terbuka dan orang suci yang sudah wafat bangkit, dan berbarisan berjalan menuju ke kota kudus, ini berarti "sebelum Kristus dibangkitkan" sudah terjadi kebangkitan orang mati. Jadi, gagasan Paulus bahwa "wajib Kristus yang pertama-tama bangkit dari antara orang mati", tidak terpenuhi, demikian juga sabda nabi-nabi dan Musa, tidak terbukti (Kisah Para Rasul 26:22-23).

Soal penyaliban itu sendiri, terjadi perbedaan pendapat yang sulit dicari titik temunya, baik dari pengertian "waktu" maupun "yang membawa salib", dan lebih jauh lagi mengenai "terjadinya gempa bumi yang besar" serta "seluruh tanah itu gelap, sinar matahari pun lenyap".

Adanya perselisihan paham bisa dilihat juga dari keterangan yang diberikan oleh Paulus: Bahwa Paulus memberitakan Kristus yang tersalib, yaitu suatu syak kepada orang Yahudi, dan suatu kebodohan kepada orang kafir (1 Korintus 1:23). Jelas hal itu menunjukkan adanya tiga pendapat. Jadi, ada perbedaan paham. Dan, murid-muridnya yang sebelas orang itu juga mengakui adanya "orang yang menaruh syak": Maka kesebelas murid itu pun pergilah ke Galilea, ke sebuah gunung yang ditentukan oleh Yesus kepada mereka itu. Apabila dilihatnya Yesus, lalu mereka itu sujud menyembah Dia, tetapi ada juga orang yang menaruh syak (Matius 28:16-17). Dan, Yesus sendiri mengakui adanya keraguan dari murid-muridnya (Lukas 24:38)

Peristiwa gempa bumi besar terjadi dua kali. Pertama, ketika hari Jumat petang sekitar jam tiga menjelang Sabat (hari Sabtu), setelah Yesus berseru dengan suara nyaring: Eli, Eli lama sabachtani, artinya: Ya Tuhanku, ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan aku? Sekonyong-konyong tirai di dalam Bait Allah cariklah terbelah dua, dari atas sampai ke bawah, dan bumi pun gempa, dan batu-batu gunung terbelah-belah, kubur orang suci terbuka dan yang mati bangkit dari kubur ....

(Matius 27:46-51).

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Kedua, gempa bumi besar terjadi: Tatkala hari Sabat sudah berlalu, yaitu waktu dini hari yang pertama di dalam minggu itu, datanglah Maryam Mahdalena dan Maryam yang lain itu hendak melihat kubur itu. Maka sekonyong-konyong JADILAH GEMPA BUMI YANG BESAR karena seorang malaikat Tuhan turun dari surga, serta datang menggolekkan batu itu dari kubur, lalu duduk di atas (batu itu?) (Matius 28:1-2).

Gempa bumi begitu besar, tetapi hanya untuk menggolekkan batu yang menutupi pintu kubur disebabkan ada malaikat turun. Keadaan lain di sekitarnya tetap utuh, tidak ada yang berubah atau rusak. Kalau demikian, "apakah ada gempa yang sifatnya khusus dan terlokalisasi"? Oleh karena itu, "orang penjaga kubur Yesus" itu menggeletar sebab takut pada malaikat, bukan karena adanya gempa yang terlokalisasi, hanya untuk menggolekkan batu penutup kubur Yesus. Para penjaga itu segera memberi tahu kepada Kepala Imam segala sesuatu yang sudah berlaku itu. Maka berhimpunlah mereka itu dengan orang tua-tua serta bersepakat memberi uang perak kepada beberapa laskar, dengan tugas menyebarkan berita untuk membuat opini bagi masyarakat dan pemerintah bahwa: murid-murid Yesus datang pada malam hari. tengah kami tidur. serta mencuri Dia (Matius 28:11-13).

Perbuatan Kepala Imam dan orang tua-tua, menyuruh laskar menyebarkan kabar bahwa Yesus pada malam hari dicuri oleh murid-muridnya, ketika penjaga tidur, hal itu berarti mereka juga tidak mempercayai adanya kisah "Kebangkitan Yesus dari kubur". Oleh karena itu, mereka menyebarkan cerita "lain, mengalihkan perhatian (opini) orang banyak.

Dari seluruh keterangan di atas, bagaimanapun yang jelas dan pasti adalah sejak munculnya kisah penyaliban dan kebangkitan, telah terjadi perbedaan pendapat atau aliran paham yang bermacam-macam. Inilah yang perlu disadari, dan hal itulah yang disikapi dengan cermat serta bijak oleh Allah dalan wahyu-Nya yang diturunkan kepada rasul dan nabi-Nya yang terakhir, yakni Al- Qur'an bahwa tidak ada pembunuhan maupun penyaliban, yang terjadi hanya anggapan.