Bal Rafa'ahullah Ilaihi

A. Bal Rafa'ahullah Ilaihi

Kata rafa'aha dipergunakan dalam Al-Qur'an sebanyak 28 kali. Kata rafa'a yang terkait dengan Nabi Isa a.s. hanya disebutkan dua kali, yaitu dalam QS 3:55 dan QS 4:158.

“ Ketika Allah berkata, hai Isa, sungguh Aku akan mewafatkan kamu dan rafi'uka ilayya (menyelamatkan kamu) dan membersihkan kamu dari (tuduhan) orang-orang kafir, dan Aku menjadikan pengikut-pengikutmu bisa mengatasi (aksi) orang-orang kafir sampai hari kiamat, kemudian kepada Akulah kembalimu semua. Dan akan Aku beri penyelesaian di antara kamu tentang hal-hal yang diperselisihkan. (QS Ali Imran: 55)

“Tetapi Allah telah me-rafa'a-nya kepada-Nya, dan Allah itu Perkasa dan Bijaksana” (QS An-Nisa':158)

“Dan sungguh ahli kitab itu tidak sungguh-sungguh beriman kepadanya (=Isa) sebelum kematiannya. Dan, pada hari kiamat (dia=Isa) menjadi saksi atas mereka”. (QS An-Nisa: 159)

Maksudnya, ahli kitab menyatakan beriman kepada Yesus (Isa ibnu Maryam) setelah kematiannya. Paham demikian itulah yang disebut "Kristologi" (Prof. Dr. C. Groemen OFM, 1988).

Apabila kata rafa’a dalam ayat tersebut diperhatikan hubungan pengertiannya di dalam ayat, jelaslah kiranya bahwa rafa'a di situ berarti menyelamatkan. Allah menyelamatkan Isa dari aksi yang dilancarkan orang-orang kafir, baik kepada Isa sendiri maupun kepada murid-muridnya. Kebenaran hal itu sekarang telah dibuktikan oleh penemuan ahli arkeologi, seperti Injil Tomas, naskah dari lembah Kamran, dan Injil Yudas.

Yudas ternyata bukan "pengkhianat terhadap Yesus", melainkan seorang murid yang setia mengikuti perintah dan rencana Yesus dalam menyelamatkan diri dari persekongkolan Kepala Imam, orang tua-tua, dan orang Parisi dengan penguasa Romawi.

Al-Qur'an dengan tegas mengingatkan bahwa Nabi Isa itu lahirnya selamat, matinya selamat, dan kebangkitannya pada hari kiamat juga selamat (QS 19:33). Persoalan yang perlu diperhatikan adalah apabila Isa diangkat atau dibawa ke tempat lain dari daerah Yerusalem, bagaimana dengan tugasnya sebagai rasul bagi Bani Israel? Karena menurut Al-Qur'an, Isa adalah rasul bagi Bani Israel (QS 3:49, 61: 6).

Hendaknya, janganlah setiap kata, baik dalam Al-Qur'an maupun hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam., diartikan lepas dengan hubungannya, baik dalam satu ayat atau hadis maupun dengan ayat atau hadis lain yang terkait dengan pokok bahasan yang sama. Dalam hubungannya dengan Isa, ayat yang muhkam adalah QS 19:33. Karena kelahiran dan kematiannya selamat maka rafa'a artinya diselamatkan.

Mengenai adanya usaha dari orang-orang kafir hendak membunuh Nabi Isa, baik dalam Al- Qur'an maupun Injil Perjanjian Baru, bisa kita dapatkan ayat-ayatnya. Al-Qur'an mengingatkan bahwa yang menyelamatkan Nabi Isa adalah murid-muridnya.

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

“Ketika Isa merasa (menyadari) adanya usaha dari orang-orang kafir, dia (Isa) berkata, "Siapakah yang akan menolong aku (untuk melaksankaan rencana) Allah?" Berkata para Al-Khawariyyun (murid-murid), "Kami adalah penolong-penolong (rencana) Allah. Kamilah orang-orang yang beriman kepada Allah. Saksikan (olehmu) bahwa kami adalah para muslimun. Rabb kami, kami adalah orang- orang yang beriman kepada apa yang Kamu turunkan dan kami adalah pengikut rasul-Mu, sebab itu catatlah kami beserta orang-orang yang mengakui (rasul-Mu). "

“Bahwa mereka (orang-orang kafir) membuat suatu makar (tipu daya), dan Allah pun membuat tipu daya dan Allah-lah yang paling baik tipu dayanya, (QS Ali Imran: 3:54)

Dalam Injil Perjanjian Baru, juga terdapat kisah yang serupa dengan apa yang diungkapkan Al- Qur'an. Ketika itu, Kepala Imam dan orang Parisi mengadakan persidangan besar. Imam Besar Kayafas juga hadir. Dan, dia (Kayafas) memberikan saran: KAMU INI TIADA MENGETAHUI BARANG APA PUN, TIADA JUGA KAMU MEMIKIRKAN BAHWA BERFAEDAH BAGI KAMU, JIKALAU SATU ORANG MATI MENGGANTIKAN KAUM, ASALKAN JANGAN SEGENAP BANGSA AKAN BINASA (Yahya 11:45-50).

Setelah persidangan tersebut, Kepala Imam dan orang Parisi memberikan pengumuman: Kepala-kepala Imam dan orang Parisi sudah memberi perintah: jikalau barang seorang mengetahui akan tempat tinggal Yesus, hendaklah menyatakan supaya mereka itu dapat menangkap dia. (Yahya 11:57)

Apa yang dikatakan Imam Besar Kayafas adalah suatu adat atau tradisi di kalangan Bani Israel, sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Yesaya 53:11-12 dan Yeremia 26:15 bahwa apabila orang yang tidak bersalah dibunuh, hal itu berarti sama dengan membunuh seluruh kaum. Dan, apabila menyelamatkan orang yang tidak bersalah, berarti sama dengan menyelamatkan seluruh kaum. Hal itu dalam Al-Qur'an juga ditanggapi sebagai berikut.

Sebab itu, Aku tetapkan bagi Bani Israel bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena orang itu telah membunuh seseorang atau berbuat kerusakan di dalam negeri maka seolah-olah (berarti) dia telah membunuh seluruh kaum, Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh telah datang rasul-rasul-Ku kepada mereka itu (Bani Israel) setelah ditinggalkan rasulnya di bumi (meninggal dunia) benar-benar perbuatan mereka itu melampaui batas. (QS 5:32, Yeremia 7:25, Ulangan 31:27)

Dalam Injil Perjanjian Baru, lebih jauh dikisahkan, setelah mendengar pengumuman dari Kepala Imam dan orang Parisi bahwa barangsiapa mengetahui tempat tinggal Yesus supaya melaporkan agar bisa dilakukan penangkapan atas Yesus maka Yesus dan murid-muridnya pergi meninggalkan Yerusalem ke suatu tempat di dekat padang belantara.

Maka daripada hari itu juga mereka itu bermufakat hendak membunuh Yesus. Sebab itu tiada lagi Yesus berjalan dengan nyatanya di antara orang Yahudi melainkan undurlah ia dari sana ke daerah jajahan yang dekat padang belantara, ke sebuah negeri yang bernama Efraim, di situlah ia tinggal bersama-sama dengan murid-muridnya. (Yahya 11: 53-54)

Keadaan Yesus dan murid-muridnya sangat gawat dan sulit. Hal itu dilukiskan oleh Matius sebagai berikut.

Maka datanglah seorang ahli Taurat mengatakan kepadanya: Ya Guru, sahaya hendak mengikut barang ke mana pun

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Guru pergi. Maka kata Yesus kepadanya: Bagi serigala ada lubangnya dan bagi segala burung pun ada sarangnya, tetapi Anak-manusia tiada bertempat hendak membaringkan kepalanya.

Adalah pula seorang muridnya berkata kepadanya: Ya Tuhan izinkanlah kepada hamba pergi dahulu menguburkan bapa hamba. Tetapi kata Yesus kepadanya: Ikutlah Aku, biarlah orang mati menguburkan orangnya yang mati. (Matius 8:19- 22)

Meskipun keadaan sulit, Yesus tidak membiarkan dirinya diperlakukan semena-mena oleh persekongkolan Kepala Imam, orang tua-tua, dan orang Parisi. Maka Yesus pun menyuruh murid- muridnya "membeli pedang dan membawa pedang".

Maka kata Yesus kepada murid-muridnya itu: Tatkala Aku menyuruhkan kamu keluar dengan tiada membawa pundi- pundi atau tempat bekal atau kasut, adakah kamu kekurangan barang sesuatu? Maka kata mereka itu: Tiada.

Lalu katanya kepada mereka itu: Tetapi sekarang siapa yang ada pundi-pundi, biarlah ia bawa dia dan yang ada tempat bekal begitu juga, tetapi siapa yang tiada menaruh sesuatu, hendaklah ia menjual bajunya akan membeli pedang . Karena Aku berkata kepadamu, barang yang tersurat tentang Aku ini pun, tak dapat tiada akan disampaikan lagi, yaitu: Bahwa ia dihisabkan kepada pihak orang durhaka (=dituduh sebagai melawan penguasa). Karena barang yang ditentukan atasku itu pun ada kesudahannya.

Maka kata mereka itu: Ya Tuhan, tengoklah, di sini ada pedang dua bilah. Maka kata Yesus kepada mereka itu: Sudahlah. (Lukas 22:35-38)

Simon Petrus, murid yang mendapat amanat langsung dari Yesus supaya menggembalakan murid-muridnya, tidak pernah lepas membawa pedang, ke mana pun pergi. Setiap saat, Petrus siap melindungi Yesus dengan pedangnya dari siapa pun yang hendak bertindak tidak baik kepada Gurunya. Maka di taman Getsemani terjadilah perlawanan hebat dari murid-murid Yesus terhadap pasukan Kepala Imam dan orang Parisi sehingga telinga hamba Imam Besar terkena pedang (Yahya 18: 10).