Ternyata Yesus Tidak Disalib

Ternyata

Yesus

Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Tiga Serangkai Solo

(dari sampul belakang)

Pada hari Raya Paskah, Menurut Injil Matius, Markus dan Yahya ada kebiasaan penguasa melepaskan seorang tawanan. Kesempatan ini digunakan oleh Pilatus untuk menawarkan

kepada orang Yahudi: Yesus atau Barabbas yang dilepaskan.

Maka jawab orang Yahudi: Barabbas yang dilepaskan. Ternyata “Barabbas” bukanlah nama diri dari seseorang. Barabbas adalah bahasa Aram, dari kata bar yang berarti “putra dari” dan

abbas yang berarti “ayah” Pada teks awal dalam al-Kitab tertulis: Yesus Barabbas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Yesus Putra Bapa.

Jika demikian, sebenarnya Yesus dan Barabbas itu satu orang. Oleh karena itu, jika Barabbas dibebaskan, sama artinya dengan Yesus juga bebas. Dengan demikian penyaliban atas Yesus

tidak terjadi. Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa, baik pembunuhan maupun penyaliban

tidak ada (Q.S. 4:157)

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Editor: Sukini Desain sampul: Annas Marzuki S Desain isi: Annas Marzuki S Penata letak isi: Tofa Cetakan pertama: April 2008 Penerbit Tiga Serangkai Jln. Dr.Supomo 23 Solo 57141 Tel. (0271) 714344, Faks. (0271) 713607 http://www.tigaserangkai.co.id e-mail:tspm@tigaserangkai.co.id

Anggota IKAPI Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Cahyana, Solihan Mahdum

Ternyata Yesus Tidak Disalib/Solihan Mahdum Cahyana-Cet. I-Solo Tiga Serangkai, 2008 xii, 140 him.; 21 em

ISBN 978-979-018-606-4 1. Agama I. Judul

©Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved

Dicetak oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

KATA P EN GAN TAR P EN ERB IT

Bagi sebagian besar umat beragama, Yesus sering kali dipandang sebagai sosok enigmatik. Sejarah hidupnya pun kerap dirasa sarat misteri. Tak urung, bera gam pertanyaan tentangnya pun bermunculan, salah satunya adalah benarkah Yesus disalib? Jika Yesus memang disalib, kapan itu terjadi? Jika Yesus tidak disalib, sebenarnya apa yang terjadi pada beliau?

Pertanyaan-pertanyaan ini senantiasa menggelitik banyak benak, menggedor-gedor meminta kepastian jawaban. Sayangnya, selalu saja jawaban itu dirasa kurang tuntas bagi sebagian orang, menyisakan segunung penasaran. Di samping itu, sumber-sumber yang membicarakan mengenai Yesus pun, baik "kitab suci", buku, makalah seminar, maupun cerita lisan, memberikan paparan yang berbeda-beda mengenai masalah ini. Belum lagi masing-masing sumber tersebut ditafsirkan dengan bermacam penafsiran pula. Alhasil, kebingungan pun tak dapat dihindari.

Meskipun demikian, Al-Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa penyaliban itu tidak pernah terjadi, sebagaimana firman Allah:

Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah," padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar- benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. (QS AnNisa': 157)

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

Apa sesungguhnya yang terjadi pada Yesus? Buku Ternyata Yesus Tidak Disalib, memberikan jawaban yang gamblang atas pertanyaan ini. Pembahasan dalam buku ini dilakukan dengan jernih, jujur, objektif, dan jauh dari prasangka maupun tendensi. Penulis memaparkan benar atau tidaknya Yesus disalib berdasarkan data-data yang valid dari berbagai sumber. Maka, buku yang tengah Anda pegang ini adalah buku yang sangat menarik dan kaya perspektif, baik religius, historis, sosiokultural,

maupun linguistik. Buku ini akan memberi Anda kepuasan, baik spiritual maupun intelektual.

Tiga Serangkai

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

KATA PENGANTAR PENULlS

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb sekalian alam. Shalawat dan salam bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta para sahabat dan pengikutnya yang setia. Atas hidayah, taufik, dan inayah-Nya serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka pokokpokok pikiran yang selama ini disampaikan dalam bentuk lisan, kini bisa sampai di tangan Anda dalam ben.tuk

tulisan.

Kami sadar dan nglenggono bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, baik dari segi teknis, sistem penyajian, maupun pembahasannya. Oleh karena itu, di sini perlu kami sampaikan dasar pertimbangan yang menjadi pangkal berpijak dalam pembahasan buku ini.

Dalam membahas suatu paham atau kepercayaan, apalagi yang terkait dengan agama, perlu diperhatikan adanya beberapa kata atau istilah yang sama, tetapi memiliki latar belakang serta pengertian yang jauh berbeda. Kadang-kadang, dalam satu paham dan kepercayaan yang sama, bisa muncul pemahaman yang berbeda. Apalagi, di antara paham dan kepercayaan yang berbeda. Belum lagi, bagaimana memandang masa depan kehidupan manusia. Secara umum, sumber yang menyebabkan timbulnya perbedaan paham dan pengertian, bertolak dari pengertian tentang wahyu Tuhan, kitab suci, dan iman.

Dr. T. Jacobs SJ menerangkan pengertian wahyu Ilahi, berdasarkan hasil Konsili Vatikan kedua (1962-1965) sebagai berikut: Kitab Suci sebenarnya tidak (Iangsung) menerangkan sabda Allah, tetapi (pertama-tama) kata-kata manusia. Wahyu Tuhan tidak berupa "dikte", di mana Tuhan menyebut satu per satu segala kata yang harus ditulis oleh pengarang suci. Tuhan menyatakan Diri secara hidup kepada seorang manusia. Dan, tanggapan manusia itu yang kebanyakan kalinya berupa refleksi atas kejadian sejarah ditulis menjadi Kitab Suci.

Prof. Dr. C. Groenen OFM memberikan keterangan sebagai berikut: Para nabi biasanya menyampaikan nubuat dan khotbahnya secara lisan. Nubuat-nubuat, khotbah-khotbah, dan wejangan nabi-nabi itu, kemudian disadur, ditambah, dan disesuaikan dengan keadaan baru, terutama sekitar nabi-nabi yang terdahulu muncul bermacam-macam cerita untuk meluhurkannya maka masuklah apa yang disebut legenda dan mitologi. Semua bahan tersebut, yang beredar pada umat Israel dan tumbuh sepanjang sejarah, akhirnya dibukukan dan menjadi Alkitab atau Kitab Suci.

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

Dr. D.C. Mulder menjelaskan mengenai apa yang disebut Kitab Suci sebagai berikut: Naskah- naskah yang asli (awal) dari Kitab Suci itu sudah tidak ada lagi. Yang ada pada kita sekarang ini hanya turunan atau salinan. Dim, salinan itu pun bukannya salinan langsung dari naskah asli (awal), melainkan salinan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu, terseliplah salah salin. Akibatnya, menurut Bart D. Ehrman dalam bukunya, Agama Israel Kuno, terjadilah "kesalahan penyalinan dalam Kitab Suci".

Th. C. Vriezen mengatakan bahwa "kesalahan dalam penyalinan tersebut" ada yang tidak disengaja, tetapi ada yang memang disengaja. Dengan kata lain, dalam proses sejarah, banyak sumber kuno itu yang diterbitkan ulang atau diredaksi, yaitu diolah kembali oleh penyadur (Agama Israel Kuno).

Untuk mengatasi sifat-sifat dogmatis, yaitu suatu paham atau kepercayaan yang didasarkan pada gagasan manusia, yang kemudian disahkan atau ditetapkan menjadi ajaran resmi -- hal demikian itu sering dijadikan sebagai batas pemisah untuk membela dan dijadikan sebagai benteng perlindungan -- maka dalam pembahasan ini, kami akan berusaha mendasarkan sikap serla pola pandang sebagai berikut.

1. Allah mengutus para nabi dan rasul kepada umatnya. Wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasulNya merupakan nukilan dari Ummul Kitab, yaitu Kitab Induk kepunyaan Allah (QS 13: 38-39, 43: 4).

2. Wahyu Allah yang dlturunKan Kepada para nabi dan rasul-Nya, diberikan menggunakan bahasa yang dipakai oleh rasul dan kaumnya, dengan maksud supaya rasul-Nya bisa memberikan keterangan secara jelas dan tepat (QS 14: 4).

3. Allah bukan hanya menurunkan wahyu-Nya, melainkan juga menjaga kesucian dan kemurniannya, sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya (QS 15: 9). Dan, para nabi dan rasul-Nya merupakan satu kesatuan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Oleh karena itu, di samping supaya mengajarkan petunjuk-Nya kepada umatnya, para nabi dan rasul-Nya juga mengemban amanat supaya melakukan mushaddiq, yaitu pembenaran atas wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul yang sebelumnya (QS 3: 81) sehingga dalam perkembangan wahyu Allah (QS 16: 101), terjadilah apa yang disebut nasikh dan

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

4. Wahyu Allah itu mempunyai "asas", yaitu dasar atau pangkal berpijak. Karena wahyu Allah diturunkan secara berangsur-angsur maka sebelum selesai, tidak dibenarkan mengeluarkan pendapat atau membuat kesimpulan. Setiap turun ayat, hendaknya dipahami pengertian atau nilai i1miahnya dahulu (QS 20: 114). Dan, apabila wahyu Allah sudah selesai diwahyukan, dilarang mempersoalkan apa yang tidak dinyatakan dalam ayat wahyu-Nya karena cara demikian akan menimbulkan kesulitan bagi manusia itu sendiri. Sekiranya hal itu ditanyakan ketika wahyu Allah masih dalam proses pewahyuan, tentu akan diberikan keterangan (QS 5: 101). Maka manusia hanya supaya mengikuti atau bertolak dari apa yang dinyatakan dalam ayat wahyu-Nya (QS 6: 50, 7: 203, 10: 15, 109). Oleh karena itu, ayat- ayat wahyu-Nya supaya di-tadabur, yaitu dibaca, dipahami artinya, serta dipahami hubungan pengertiannya sehingga bisa diperoleh kesimpulan yang tepat (QS 38: 29). Dengan demikian, akan diperoleh pengertian bahwa seluruh petunjuk wahyu-Nya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (QS 4: 82) sehingga manusia bisa memperoleh ra'yu atau "pendapat" yang diajarkan Allah dalam ayat-ayat wahyu-Nya. Ra'yu atau pendapat yang diajarkan Allah itulah yang hendaknya dijadikan pegangan dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam kehidupan manusia (QS 4: 105).

5. Akal manusia hanya supaya dipakai atau digunakan dengan sebaik-baiknya untuk memahami wahyu Allah (QS 53: 1-5). Oleh karena itu, dalam Al-Our'an tidak ada kata aql. Yang digunakan adalah kat a kerjanya (fi'i!), yaitu ya 'qilun atau ta 'qilun.

Dengan demikian, menempatkan atau mendudukkan "akal sebagai da~il" kiranya perlu direnungkan kembali secara jernih karena manusia hanya supaya mengikuti petunjuk wahyu-Nya. Jika akal didudukkan sebagai "dalil", berarti kedudukan akal disamakan dengan kedudukan wahyu Allah dan sunnah rasul-Nya. Dalam upaya yang demikian itu, kami sadar bahwa banyak persoalan yang masih memerlukan kemampuan, keberanian, serta kedewasaan. Oleh karena itu, tegur sapa, saran, dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari para sahabat dan handai taulan yang budiman. Tak luput, kami berdoa semoga langkah kita mendapat rida Allah serta memberikan

Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana Ternyata Yesus Tidak Disalib Solihan Mahdum Cahyana

Penulis

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

DAFTAR ISl

KATA PENGANTAR PENERBIT KATA PENGANTAR PENULlS

DAFTAR ISI KISAH KELAHIRAN YESUS

A. Silsilah Yesus dalam Injil Perjanjian Baru

B. Anak Allah

C. Kisah Kelahiran Yesus Mel'lurut Matius

D. Nama Yesus

KEADAAN BANI ISRAEL PADA ZAMAN NABI ISA AS.

A. Firman Allah

B. Maryam dan Isa Ibnu Maryam

C. Janji Allah kepada Bani Israel

D. Israel Melanggar Janji Allah

E. Keadaan Bani Israel pada Zaman Nabi Isa a.s

F. Peringatan Keras Nabi Isa terhadap Ahli Taurat dan Orang Parisi

RENCANA PEMBUNUHAN TERHADAP YESUS

A. Sidang Majelis Besar

B. Rencana Pembunuhan terhadap Yesus

PERBEDAAN KISAH PENANGKAPAN YESUS

A. Drama Penangkapan Yesus

B. Penangkapan di Taman Getsemani

C. Kisah di Taman Getsemani

D. Perbedaan Kisah di Taman Getsemani

E. Catatan dari Injil Kanonik

F. Kisah Injil Sinoptik

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

TUDUHAN TERHADAP SIMON PETRUS

A. Jawaban Petrus Atas Tuduhan terhadap Dirinya

B. Laporan Matius

C. Laporan Lukas

D. Laporan Markus

E. Laporan Yahya

F. Orang-Orang Galilea

G. Orang Nazarea

GAGASAN PAULUS TENTANG PENYALIBAN DAN PENEBUSAN DOSA

A. Drama Pertobatan Paulus

B. Predikat atau Jabatan Kristus

C. Gagasan Paulus tentang Penyaliban

D. Gagasan Paulus tentang Penebusan Dosa

E. Mengapa Paulus Bisa Sehebat Itu?

KISAH PENYALIBAN YESUS

A. Pilatus

B. Pertanyaan Pilatus kepada Yesus

C. Barabbas

D. Perjalanan Menuju Goigota

E. Kapan Waktu Penyaliban Itu?

PANDANGAN AL-QU’R'AN TERHADAP PENYALIBAN ISA IBNU MARYAM

A. Bal Rafa'ahullah Ilaihi

B. Penyaliban Isa Ibnu Maryam

KESIMPULAN DAFTAR PUS TAKA TENTANG PENULIS

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

KISAH KELAHIRAN YESUS

A. Silsilah Yesus dalam Injil Perjanjian Baru

Matius 1: 1-17

4. Yehuda (dengan Tamar)

30. Ze Rubail

16. Re Habiam

Lukas 3: 23-37

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

11

68. Anak Adam

35. Yahuda

69. Anak Allah

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Dalam hubungannya dengan silsilah Yesus, terkait dengan pembahasan selanjutnya, ada sesuatu yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

1. Maka pada sangka orang, ia itu anak Yusuf .... (Lukas 3: 23).

2. Maka sekalian orang menyungguhkan Dia, serta haram akan perkataan yang elok keluar dari mulutnya, sambil katanya: Bukankah la ini anak Yusuf? .... (Lukas 4: 22).

3. Maka kata mereka itu: Bukankah orang ini Yesus, anak Yusuf yang ibu bapaknya kami kenai? (Yahya 6: 42).

Injil karangan Markus dan Yahya tidak menyebutkan mengenai silsilah Yesus. Matius menyusun silsilah dari Ibrahim, Yehuda (dengan Tamar) sampai kepada Yesus, empat puluh satu keturunan. Sedangkan, Lukas menyusun silsilah dari Yesus sampai kepada Adam dan "Anak Allah", enam puluh sembilan keturunan. Jadi, selisih jumlah keturunan antara silsilah yang dibuat Matius dan Lukas adalah dua puluh delapan keturunan. Dalam kedua silsilah, terdapat nama-nama yang sama, yaitu Erzam, Aram, (Lukas: Arni), Aminadab, Nahsyun, Salmun, (Lukas, Sala), Boaz, Obed, Jisai, Daud (dalam Lukas, Sulaeman tidak ada), Zerubabel,' Yusuf, dan Yesus. Yang ada persamaan sebanyak tujuh belas nama. Perbedaan yang sangat jauh ini menunjukkan bahwa keakuratan kisah tersebut menjadi masalah yang krusial untuk dicermati.

B. Anak Allah

Lukas membuat silsilah Yesus sampai kepada "Anak Allah". Dalam Perjanjian Lama, juga kita dapatkan kata "Anak" dalam hubungannya dengan "Tuhan". Misalnya, Israel ialah anak-Ku yang sulung (Keluaran 4:22). Bahwa kamulah anak-anak Tuhan Allahmu, sebab itu janganlah kamu menorah tubuhmu atau mencukur bulu di antara kedua belah matamu, karena sebab seseorang yang sudah mati. Karena kamulah suatu bangsa yang suci bagi Tuhan Allahmu, maka telah dipilih Tuhan akan kamu, supaya daripada segala bangsa yang ada di atas bumi kamulah menjadi bangsa milik-Nya (Ulangan 14: 1-2). Bahwa pada bangsa Israel lagi budak kecil, maka Ku-kasihi akan dia dan Ku-panggil anak-Ku dari Mesir (Hosea 11: 1).

Dalam Injil Perjanjian Baru, juga terdapat sebutan "Anak Allah".

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

1. Maka kata malaikat kepada Maryam: Jangan takut hai Maryam, karena engkau sudah beroleh anugerah Allah. Engkau beranak laki-Iaki, hendaklah engkau namakan Yesus.

la (Yesus) akan dikatakan Anak Allah Yang Maha Tinggi, maka Tuhan akan mengaruniakan kepadanya TAHTA DAUD.

Ia akan menjadi Raja atas Benih Yakub.

Lalu kata Maryam kepada malaikat: Bagaimana perkara ini boleh jadi, karena hamba belum mengetahui laki- laki?

Jawab malaikat: Rohul Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Maha Tinggi akan menaungi engkau.

Sebab itu yang Kudus yang aakan diperanakkan itu , kelak dikatakan Anak Allah. (Lukas 1: 30-35)

Dalam Matius 1:23, anak Maryam dikatakan bernama Emanuel -- yang artinya "Allah bersama kita". Nama ini hanya sekali disebut, sedangkan dalam Injil lain tidak ada.

2. Kata Natanael kepada Yesus: Ya Rabbi, Rabbilah Anak Allah, Rabilah Raja Bani Israel (Yahya 1: 49).

Inilah permulaan Injil dari hal Yesus Kristus Anak Allah (Markus 1: 1). Maka sahut Simon Petrus, katanya: Tuhanlah Kristus, Anak Allah yang Hidup (Matius 16: 16).

Apabila diperhatikan secara cermat, sebenarnya penggunaan predikat "Anak Allah" dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ada keterkaitan dan kesinambungan. Meskipun demikian, perlu disadari adanya arah dan maksud lain yang lebih jauh dalam Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, "Anak Allah" mengarah bahwa Israel adalah umat pilihan Allah dan umat kekasih Allah. Sedangkan, dalam Perjanjian Baru, lebih jauh diarahkan pada "Tuhan akan mengaruniakan takhta Daud". Jadi, mengangkat soal "kekuasaan dan kerajaan", secara fisik mengacu pada Bani Israel, dan akan dikatakan: akan menjadi Raja atas "Benih Yakub".

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Mengapa disebut Benih Yakub? Karena Yakub itulah yang disebut "Israel" (Kejadian 35:10, Yesaya 48:1). Dan, Israel artinya adalah "orang yang berlaku seperti seorang raja di hadapan Al,lah dan manusia" (Kejadian 32: 28).

Dalam Injil Perjanjian Baru disebutkan: Tetapi kata Yesus kepada mereka itu: Wajiblah juga kepada negeri lain pun Aku memberitakan khabar kesukaan dari hal KERAJAAN ALLAH, maka hal itulah sebabnya Aku disuruhkan. (Lukas 4: 43). Kemudian, istilah Kerajaan Allah berubah menjadi dan disamakan dengan "Kerajaan Surga" dalam Injil Perjanjian Baru.

C. Kisah Kelahiran Yesus Menurut Matius

Matius mendasarkan kisah kelahiran Yesus, anak Maryam itu, dari "ramalan" atau nubuat yang difirmankan Tuhan dengan lidah nabi-nabi.

Maka sekaliannya itu berlaku supaya sampailah barang yang difirmankan Tuhan dengan lidah nabi-nabi, bunyinya: Sesungguhnya anak dara itu akan mengandvng dan beranakkan seorang anak laki-laki, dan disebut orang namanya: Immanuel, yang diterjemahkan artinya "Allah beserta kita". (Matius 1: 22-23)

Yang dimaksud, Maka sekaliannya itu berlaku supaya sampailah yang difirmankan Tvhan dengan lidah nabi .... adalah Yesaya 7: 14 yang berbunyi, Maka sebab itu diberikan Tuhan sendiri svatu tanda alamat kepadamu kelak: Bahwasanya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-Iaki seorang dan dinamainya akan dia Immanuel. (Yesaya 7: 14)

Dr. Jerald F. Dirk, mantan diaken di Gereja Metodis Bersatu, menjelaskan bahwa Matius bukan seorang murid Yesus yang berbahasa Aram dan berkebangsaan Palestina. Penyusun Injil Matius merupakan seorang yang sepenuhnya telah ter-Helenisasi dan menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa wacana keagamaan, bukan bahasa Ibrani (Salib di Bulan Sabit, hlm. 185).

Tulisan Matius, "anak dara", ini akibat kesalahan dalam menerjemahkan Perjanjian Lama, yaitu Yesaya 7: 14 bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, menjadi "Septuaginta". Dalam bahasa Ibrani, almah artinya "perempuan muda", diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, partenos, yang berarti "perawan". Dalam bahasa Ibrani, "perawan" adalah bethulah (Cleyton Sullivan).

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Ada lagi yang perlu diperhatikan dari Yesaya 7: 14, yaitu: Bahwasanya anak-dara itu akan mengandvng dan beranakkan laki-Iaki seorang .... Menurut lnjil karangan Markus 6:3, anak Maryam itu enam orang, yang lima laki-Iaki dan yang seorang perempuan (Alkitab, LAI. 1960).

Perlu disadari bahwa kata "Emmanuel" dalam Injil Perjanjian Baru hanya dipakai sekali, yaitu Matius 1: 23. Sedangkan, dalam Injil Perjanjian Lama, dipergunakan "dua kali", yaitu dalam Yesaya 7:

14 dan 8:8.

Apabila Matius menganggap nubuat Yesaya 7:14 terpenuhi pada kelahiran anak Maryam yang disebut Emmanuel, yang diartikan "Allah beserta kita", Emmanuel berarti nama diri (orang). Oleh karena itu, apabila Matius 1:23 dianggap sebagai pemenuhan nubuat Yesaya 7:14 maka Emmanuel adalah nama anak Maryam. Namun, dalam Matius 1:25, Maryam memberi nama anaknya "Yesus". Yesus sebenarnya merupakan bentuk Yunani dari kata Ibrani, Yeshua, Joshua, atau Yehoshua, yang berarti "Tuhan akan menyelamatkan". Kata Tuhan merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani, Yahweh.

Apabila Matius menghubungkan Yesaya 7:14 sebagai ramalan untuk Yesus, hal ini terlalu jauh keterkaitannya karena Yesaya 7:14 itu hubungannya dengan Raja Ahaz, sebagaimana dibicarakan dalam Yesaya 7:1 dan seterusnya. Hal yang sama diungkapkan juga dalam 2 Raja-raja 16:2 dan 2 Tawarih 28:1-5. Jadi, janji tersebut terkait dengan Bani Israel yang dikhianati oleh rajanya, yang merusak jalan Tuhan (Yesaya 3:12).

D. Nama Yesus

Menurut pengarang Injil Matius, nama "Yesus" diberikan oleh Yusuf, suami Maryam. Yusuf disebut sebagai "anak Daud". Dalam mimpi, malaikat yang memperlihatkan diri kepada Yusuf mengatakan, "Jangan engkau (Yusuf) khawatir menerima Maryam menjadi "istrimu" karena kandungannya itu terbitnya dari Rohul Kudus (Matius 1: 19-21).

Dalam silsilah karangan Matius, Yesus adalah keturunan yang "ketiga puluh tujuh" dari Daud (Matius 1:17). Jadi, dengan alasan atau dalih apa pun, pengarang Injil Matius mengakui bahwa Yusuf dengan Maryam sudah menikah. Oleh karena itu, disebut "istrimu".

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Menurut pengarang Injil Lukas, ketika mengandung, Maryam bermimpi bertemu dengan malaikat yang mengatakan agar anaknya kelak diberi nama Yesus (Lukas 1:30-31), bukan Emanuel (Matius 1:22-23). Dalam pelaksanaannya, nama Yesus bagi anak Yusuf dan Maryam itu diberikan ketika memasuki hari kedelapan kelahiran anak tersebut. Anak itu disunatkan, kemudian diberi nama Yesus, sesuai dengan pesan malaikat kepada Maryam tatkala anaknya itu masih dalam kandungannya (Lukas 2:21).

Dalam silsilah yang dikarang oleh Lukas, Yesus adalah keturunan keempat puluh tiga dari Daud (Lukas 2: 23-27). Jadi, selisihnya sangat jauh dengan Matius 1: 17.

Oalam buku Piwulang' Katolik, cetakan kedua, 1936, Kanisius Jogyakarta, jilid I, dijelaskan bahwa nama Yesus itu berasal dari bahasa Ibrani, Jechoschua. Kemudian, masuk ke dalam bahasa Yunani, Jesous. Karena pengaruh bahasa Latin, kemudian diucapkan menjadi Jesus. Dalam The Encyclopedia of The Bible, dijelaskan bahwa Yesus (Latin), Yesous (Yunani), karena pengaruh bahasa Ibrani, diucapkan Jeshua, Jehoshua, atau Joshua, yang artinya "Jehava sebagai Penebus" atau "Jehava sebagai Juru Selamat".

Maka la (Maryam) akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan Dia Yes us, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya dari segala dcosanya. (Matius 1:21) (LAI 1960)

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

KEADAAN BANI ISRAEL PADA ZAMAN NABI ISA A.S.

A. Firman Allah

Pengarang Surat kepada Orang Ibrani menjelaskan mengenai firman Allah sebagai berikut.

Setelah sudah Allah berfirman pada zaman dahulu kala kepada segala nenek moyang kita dengan lidah nabi-nabi beberapa kali dan atas berbagai-bagai peri, maka berfirmanlah Ia pada akhirnya kepada kita di dalam Anaknya, yang ditetapkannya menjadi waris segala sesuatu. Olehnya juga dijadikannya sekalian alam. ( Ibrani 1: 1-2)

Mengapa harus demikian? Jawabnya ada dalam Surat kepada Orang Ibrani itu juga.

Karena jikalau sungguh perjanjian yang pertama itu tiada bercela, perjanjian dengan Bani Israel niscaya tiada akan dicari sebab yang kedua (Perjanjian Baru dengan Paulus). Karena ia menyalahkan mereka dengan firmanNya: Ingatlah, harinya akan datang kelak, firman Tuhan: Aku akan mengadakan Perjanjian Baru kepada segala isi rumah Israel dan segala isi rumah Yahuda, bukannya menurut seperti perjanjian yang sudah aku buat dengan segala nenek moyang mereka itu, pada hari tatkala Aku memegang tangannya memimpin mereka keluar dari negeri Mesir. Karena tiada mereka itu tetap kepada perjanjianku itu. Dan tiadalah Aku mengindahkan mereka itu firman Tuhan.

Karena inilah Perjanjian (Baru) yang hendak Ku-janjikan kepada segala isi rumah Israel kemudian daripada masa itu, Firman Tuhan: Maka aku akan memasukkan hukum-hukumku ke dalam ingatan mereka itu, dan di dalam hati mereka itu juga akan Ku-suratkan itu. Dan aku akan menjadi Tuhan mereka itu, dan mereka itu akan menjadi kaum kepadaKu. (lbrani 8: 7-10)

Perjanjian yang pertama bahwa Allah berfirman dengan lidah nabi-nabi (Yeremia 7:25, Ibrani 1:1). Dalam Perjanjian Baru, Allah berfirman "dalam anaknya" sebagai penjelmaan Kalam (logos) (Yahya 1:1-3,14) yang terakhir, yaitu Paulus. Allah berfirman dengan Rohnya, dalam "hati manusia".

Dalam surat kirimannya, Paulus memberikan keterangan sebagai berikut.

Kamulah surat kiriman kami, yang tertulis di dalam hati' kami. Dan yang dikenal dan dibaca oleh orang sekalian.

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Maka nyatalah kamu menjadi surat Kristus yang ditulis oleh kami (Paulus), tertulis bukannya dengan dawat, melainkan dengan ROH ALLAH yang hidup, bukannya di atas loh batu, melainkan pada Loh yaitu hati manusia.

Maka pengharapan yang demikian itu kepada Allah, kami peroleh dengan berkat Kristus. Bukan pula kami ini sendiri pandai akan mengira barang sesuatu dengan kepandaian sendiri, melainkan kepandaian kami itu datang dari Allah. Ialah (Allah) juga menjadikan kami pandai menjadi pesuruh Perjanjian Baru, bukan pula menurut seperti huruf, melainkan menurut Roh karena huruf itu mematikan, tetapi Roh itu menghidupkan. (2 Korintus 3:2-6). Karena Allah telah memberkati Paulus dengan segala berkat rohani dari surga di dalam Kristus, sebelum dunia ini dijadikan, supaya Paulus suci dan tiada bercela di hadapan Tuhan. (Epesus 1:3-4). Maka Aku (=Paulus) sudah dijadikan pelayan sidang itu, karena kamu (Paulus) akan menyampaikan Firman Allah, yaitu rahasia yang sudah tersembunyi berzaman-zaman dan turun- temurun, tetapi sekarang sudah dinyatakan kepada orang sucinya. Maka kepada mereka itulah Allah dengan kehendaknya sudah menyatakan bagaimana kayanya kemuliaan rahasia itu kepada orang kafir, yaitu Kristus di dalam kamu (=Paulus) itulah pengharapan akan beroleh kemuliaan, yang kami ini (=Paulus) beritakan, sambil menasihatkan tiap-tiap orang dan mengajar tiap-tiap orang, dengan segala hikmat (Gnosis dan Stoa?) supaya dapat kami (=Paulus) mendirikan tiap-tiap orang menjadi sempurna di dalam Kristus, Maka itulah maksud aku (=Paulus) berlelah juga dan berusaha dengan sungguh sekadar kuasanya yang bekerja di dalam aku dengan kuat. ( Kolose 1: 25-29 )

Keterangan Paulus tersebut kiranya tidak terpisahkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Surat Ibrani berikut ini.

Setelah sudah Allah berfirman pada zaman dahulu kala kepada . segala nenek moyang kita dengan lidah nabi-nabi beberapa kali dan atas berbagai-bagai peri, maka berfirmanlah ia pula pada akhirnya kepada kita di dalam Anaknya, yang ditetapkannya menjadi waris segala sesuatu, Olehnya juga dijadikannya sekalian alam. (Ibrani 1:1-2)

Jadi, menurut Injil Perjanjian Baru atau Paulusisme, firman Tuhan itu ada beberapa model. Pertama, dengan lidah nabi-nabi. Kedua, dalam hati manusia. Ketiga, tertulis dalam hati Paulus, ditulis bukan dengan dawat/tinta, melainkan dengan Roh Allah. Keempat, menjelma (inkarnasi) dalam daging, yaitu Yesus Kristus yang mendatangkan kebenaran dan anugerah (Yahya 1:14 17).

Oleh karena itu, di dalam Injil Perjanjian Baru, banyak kita jumpai kata atau ungkapan: "Kristus di dalam aku", "aku di dalam Kristus", atau "kamu di dalam Kristus". Kata atau ungkapan tersebut digunakan

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Adapun hidupku ini bukannya aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku, tetapi hidup yang sekarang aku hidup di dalam tubuh ini, aku hidup di dalam iman kepada anak Allah, yang mengasihi aku dan yang menyerahkan Dirinya karena aku. (Galatia 2:20)

Jadi, dalam pengertian Injil Perjanjian Baru, yang dimaksud "wahyu Allah" ialah "Yesus itu sendiri", sebagaimana dijelaskan dalam Injil karangan Yahya berikut ini.

Maka pada awal pertama adalah Kalam (Logos), dan· Kalam (Logos) itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam (Logos) itu juga Allah. Adalah Ia pada mulanya beserta dengan Allah. Segala sesuatu dljadikan olehnya, maka jikalau tidak ada Ia, tiadalah juga barang sesuatu yang sudah terjadi. (Yahya 1:14)

Maka kalam (Logos) itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara kita, penuh dengan kebenaran dan anugerah. (Yahya 1:14)

Prof. Dr. Jan Romein mengatakan bahwa Injil Perjanjian Baru awal, yang ditulis dalam bahasa Yunani, sangat dipengaruhi paham mistik (kebatinan) Stoa dan filsafat Neo-Platonisme (Aera Eropa). Dalam filsafat Neo-Platonisme, diungkapkan bahwa Logos awal sangat sempurna. Dia merenungkan Dirinya, maka terjadilah "Emanasi", yaitu melimpah (dalam bahasa Jawa meleleh), melahirkan adanya Logos kedua. Ini pun masih sempurna. Dialah yang disebut sebagai jiwa alam, yang menjadikan adanya alam raya ini. Dalam Sejarah Konsili, disebutkan bahwa pada akhir abad kedua, segala ketajaman pemikiran teologis diarahkan pada misteri tentang "Anak Allah". Alam pikiran Yunani dengan pengertiannya akan seorang Logos sebagai "pencipta dunia" (Demiurgos), yaitu makhluk utama yang paling tinggi pada tangga makhluk-makhluk penghubung antara Tuhan dan manusia, rupanya menunjukkan jalan yang dapat membebaskan pikiran para tokoh awal Gereja dari dilema yang tak teruraikan itu (Sejarah Konsili). Oleh karena itu, dalam Injil Perjanjian Baru, Paulus mengajarkan .sebagai berikut.

Karena Allah itu hanya satu, dan pengantara pun satu di antara Allah dengan manusia, maka ia pun manusia juga, yaitu Kristus. (1 Timotius 2:5)

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Dalam surat-surat karangan Paulus, banyak pendapatnya yang sangat dipengaruhi filsafat antik. Dalam khotbahnya yang termasyhur di Aeropagos, Athena, Paulus mengutip kata demi kata dari penyair Stoa, "Aratos": Karena kita dalam Tuhan, gerakan-gerakan kita terjadi dalam Tuhan serta seluruh eksistensi kita.

Karena dasar Stoa itulah, Paulus mengembangkan ajaran "hukum kesusilaan alam dan terjadinya hukum itu di dalam hati kecil manusia". Isi hati kecil itu tidak bergantung pada wahyu. Sebelum wahyu itu diturunkan, "hukum hati kecil" sudah memengaruhi kerohanian orang dalam dunia kafir (Hasbullah Bakrie).

Paulus menyebutkan: Dan ialah, yang terlebih dahulu daripada sekaliannya, dan segala sesuatu wujudnya ada di dalam Dia (Kolose 1:17). Di dalam Kristus terhimpun segala kelimpahan wujud Tuhan berlembaga (Kolose 2:9). Rahasia Allah yaitu Kristus (Kolose 2:2). Kristus itulah semua dan di dalam semuanya (Kolose 3:11). Allah itu hanya satu dan pengantara pun satu di antara Tuhan dan manusia, maka Ia pun manusia juga, yaitu Kristus Yesus (1 Timotius 2:5).

Dalam The Holy Bible (King James Version) berkaitan dengan Injil Yahya 1:1-3, dijelaskan demikian, Logos (Greek for Word) Joh 1:1, Roma 19:13. Dalam The Pocket Oxford Dictionary, dijelaskan: Logos-noun. The Word or Second Person of the Trinity (Greek, reason).

Henney Sumali menjelaskan bahwa Logos merupakan "emanasi" dari Allah. Dalam filsafat Neo-Platonisme diungkapkan bahwa "emanasi" atau pelimpahan dari Allah itu melahirkan "Logos pertama" yang menjadikan alam semesta ini (Dr. D.C. Mulder).

Dalam surat Paulus kepada orang Kolose disebutkan: Karena di dalam Dialah terhimpun segala kelimpahan wujud Allah berlembaga (Kolose 2:9). Ialah yang menjadi "kepala tubuh" yaitu sidang Jum 'at. Ialah yang meniadi awal dan menjadi sulung. dari antara orang mati, suoaya di dalam sesuatu Ialah yang terutama karena adalah kegemaran Allah, bahwa segala kesemournaan itu terhimpun di dalam Dia. (Kolose 1:18-19)

Pengertian "emanasi" dalam filsafat Yunani Neo-Platonisme, oleh pengarang Injil Perjanjian Baru dan tokoh Kristen awal diganti menjadi "inkarnasi" atau "penjelmaan". Hal ini bisa dilihat di dalam Injil karangan Yahya berikut ini.

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Maka Kalam (=logos) itu telah menjadi manusia (logos awal atau anak Sulung Allah) serta tinggal di antara kita (dan kami sudah memandang kemuliaannya, seperti kemuliaan anak yang tunggal yang daripada bapa) penuh dengan anugerah dan kebenaran. (Yahya, 1:14). Sebab daripada kelimpahannya kita sekalian sudah menerima anugerah dan karunia. Karena Taurat sudah diberi oleh Musa, tetapi anugerah dan kebenaran sudah didatangkan oleh Yesus Kristus. Maka Allah belum pernah dilihat oleh seorang jua pun, tetapi Anak yang tunggal, yang di atas pangkuan Bapa, Ialah yang sudah menyatakan Dia (bisa dilihat dan dipegang). (Yahya 1:16-18) (Keilahian dan Ketuhanan Isa Almasih dalam Tradisi Yahudi dan Kristen).

Dalam Dei Verbum-Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi-Dr. T. Jacobs SJ menjelaskan bahwa kitab suci sebenarnya tidak (langsung) menerangkan Sabda Allah, tetapi (pertama-tama) kata-kata manusia. Wahyu Tuhan tidak berupa "dikte", di mana Tuhan menyebut satu per satu segala kata yang harus ditulis oleh pengarang suci. Tuhan menyatakan Diri secara hidup kepada seorang manusia. Dan, tanggapan manusia itu yang kebanyakan kalinya berupa refleksi atas kejadian sejarah, ditulis dan menjadi Kitab Suci (Penerbitan Yayasan Kanisius 1969).

Yang dimaksud dengan "refleksi atas kejadian sejarah" dijelaskan sebagai berikut. Pada suatu saat, Yahya melihat ada seekor burung merpati terbang. Kemudian, turun dan hinggap di atas Yesus. Keadaan semacam itu direfleksikan oleh pengarang Injil Yahya, diartikan bahwa "turunlah malaikat Tuhan dari langit," seperti seekor burung merpati, dan hinggap di atasnya (Yesus), maka Dialah Anak Allah. Dalam Injil Yahya secara lengkap ditulis: Maka Yahya pun menyaksikan serta berkata: Aku sudah

nampak Roh Allah turun dari langit, seperti seekor burung merpati lalu hinggap di atasnya.

Maka aku pun belum kenal Dia, tetapi yang menyuruhkan aku membaptiskan (Dia) dengan air itu, sudah mengatakan kepadaku; Ke atas siapa kelak engkau nampak Roh itu turun dan tinggal di atasnya,

Itulah Dia yang membaptiskan dengan Rohul Kudus. Sesungguhya aku sudah nampak, lalu menyaksikan bahwa Ia inilah Anak Allah. (Yahya 1:32-34)

Jadi, pengertian firman Allah atau wahyu Tuhan dalam pandangan pengarang Injil dan Gereja sangat jauh berbeda dengan pengertian yang ada di kalangan muslim. Inilah yang perlu disadari oleh semua pihak ketika berbicara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sikap dan pola pandang kaum

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Nasrani serta sikap dan pola pandang kaum muslim in. Sebagai gambaran yang jelas, perhatikan keterangan Dr. C. Groenen OFM berikut ini.

Menurut keyakinan Kristen, Alkitab -- baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru -- boleh dan harus dikatakan sebuah kitab IIahi. Namun, bukan karena diturunkan dari surga atau didiktekan oleh Allah serta direkam manusia. Alkitab diciptakan oleh umat Allah (Gereja), tetapi dalam hal ini umat dipimpin dan didorong oleh Allah, oleh Roh Kudusnya. Begitulah, Alkitab serentak suatu kitab karangan manusia dan kitab Allah. Melalui pikiran, perasaan, dan perkataan manusia, Allah menyatakan rencana, karya, dan kehendak-Nya kepada kita, kepada umat pilihan-Nya (Pengantar ke dalam Perjanjian Lama).

Di samping itu, Bart D. Ehrman mengingatkan mengenai "penulisan kitab suci" yang perlu mendapat perhatian, sebagai berikut. Salah satu masalah yang ditimbulkan oleh naskah-naskah bahasa Yunani Kuno (yang mencakup semua tulisan Kristen masa awal, termasuk buku-buku Perjanjian Baru) adalah sewaktu naskah-naskah itu disalin, tidak ada tanda baca yang digunakan. tidak ada perbedaan antara huruf besar dan huruf kecil, dan yang lebih aneh lagi bagi pembaca zaman sekarang. tidak ada spasi yang digunakan untuk memisahkan kata. Tulisan jenis bersambung ini disebut seriptuo continuo. Hal itu menyebabkan naskah sulit dibaca, apalagi dipahami. Kalimat Godisnowhere bisa berarti hal yang sangat berbeda. Bagi orang yang percaya dengan adanya Tuhan, akan membaca dan mengartikan God is now here sebagai "Tuhan sekarang ada di sini", dan bagi orang yang tidak percaya adanya Tuhan, God is nowhere berarti "Tuhan 1idak ada di mana pun" (Kesalahan Penyalinan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, 2006).

Menurut Dr. D.C. Mulder, naskah-naskah asli dari kitab suci itu sudah tidak ada lagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan, dan salinan itu pun bukannya salinan langsung dari naskah asli, dalam arti yang ditulis oleh pengarang, melainkan dari salinan - dari salinan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin kitab suci, terseliplah salah salin (Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama).

B. Maryam dan Isa Ibnu Maryam

Al-Our'an menceritakan tentang Bani Israel, mengenai banyaknya perselisihan yang terjadi di

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Dan ketika (Allah) menjadikan anak Maryam untuk memberikan gambaran keadaan, ketika itu kaummu bersorak tentang hal itu. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, ilah kami atau dia?" Mereka memunculkan hal itu hanya untuk membantah, sebenarnya

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Soal Maryam dan Isa ibnu Maryam adalah gambaran keadaan bagi Bani Israel. Maksudnya, persoalan Maryam dan Isa ibnu Maryam hendaknya dilihat dari latar belakang keadaan Bani Israel.

Allah mengingatkan dengan menyebut, "Hai Maryam saudara perempuan Harun .... " (QS Maryam: 28). Di sini, arti saudara bukan hubungan keturunan secara biologis karena Harun hidup pada abad ke-14 Sebelum Masehi. Sedangkan, Maryam hidup pada awal abad pertama Masehi. Namun, saudara di sini berarti keturunan dalam "alur keimanan", bahwa Harun adalah imam yang dihormati karena "dinobatkan dengan diberi minyak yang mahal harganya". Dengan kata lain, imam yang disalap (Keluaran 28:1). Kedudukan imamat bagi Harun dan anak turunnya supaya dijaga (Keluaran 40:12- 16). Imamat itu dari turun anak sulung laki-laki (Bilangan 3:1-4). Jadi, hal ini sama halnya mengapa "muslim" memanggil Ibrahim, "bapamu atau ayahmu" (QS 22:78) karena muslim adalah orang yang menganut dan mengikuti "millah Ibrahim" (QS16:123, 3:68). Dan, Maryam adalah keturunan orang yang terhormat dan mulia akhlaknya (QS19:28), bukan pelacur seperti tuduhan kaumnya.

Persoalannya, Maryam itu "anak sulung, tetapi perempuan" sehingga tidak ada hak untuk menjadi "imam" dalam adat mereka. Namun, ibunya sudah bernazar bahwa anaknya

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Doa ibunya tersebut diterima Allah dengan baik (QS 3: 37). Jadi, pada suatu saat nanti, Maryam akan mempunyai anak. Ini adalah janji Allah. Namun, yang jelas dalam Al- Qur'an tidak ada cerita atau tidak "dijelaskan" kapan dan dengan siapa Maryam menikah. Hanya dikatakan bahwa malaikat datang kepada Maryam memberi kabar gembira "sesuai dengan janji Allah" (bikalimatin minhu) bahwa ia akan punya anak, namanya Isa ibnu Maryam. Anak itu wajihan, bebas atau bersih dari tuduhan (fitnah), baik di dunia maupun akhirat, dan termasuk orang yang didekatkan kepada Allah (QS 3:45).

Arti wajihan sejalan dengan petunjuk-Nya bahwa Isa itu selamat ketika lahir, ketika kematiannya, dan ketika menghadapi kebangkitan pada hari kiamat (QS 19:33). Perlu

diketahui bahwa kata wajihan hanya dipergunakan dua kali dalam Al-Qur'an. Yang pertama untuk Nabi Musa (QS 33: 69) dan yang kedua untuk Nabi Isa (QS 3:45). Dan, yang dimaksud dengan wajihan, diberi keterangan oleh Allah, yaitu orang yang dibersihkan atau dibebaskan dari tuduhan, fitnah, atau penghinaan.

Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu menjadi seperti orang-orang yang "adza Musa" (menuduh, merendahkan, menghina) Musa karena Allah telah membebaskan (membersihkan) Musa dari tuduhan atau pelecehan mereka itu. Maka Musa bagi Allah adalah wajihan (orang yang bebas atau bersih) dari tuduhan itu. (QS Al-Ahzab: 69)

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Di kalangan Bani Israel, kedudukan "anak sulung" sangat strategis. Hal itu dijelaskan sebagai berikut.

1. Kuduskanlah bagiKu semua anak sulung (Keluaran 13:2).

2. Yang sebagai anak sulung menjadi hak Tuhan (Imamat 27:26).

3. Akulah yang empunya semua anak sulung (Bilangan 3:13).

4. Semua anak sulung orang Israel kepunyaan-Ku (Bilangan 8:17).

5. Segala anak sulung haruslah kau kuduskan (Ulangan 15:19).

6. Aku mengkuduskan bagi-Ku semua anak sulung (Bilangan 3:13).

7. Anak sulung di antara anak-Ku laki-Iaki Kutebus (Keluaran 13:15).

Nabi Isa a.s. dihinakan oleh kaumnya dengan tuduhan bahwa dia adalah "anak dalam buaian" (QS 3:46). Padahal, Isa sudah ditetapkan Allah sebagai nabi, sudah diajarkan Alkitab (QS 19: 29-30). Kehadirannya membawa berkah, yaitu kebaikan di mana pun dia hadir (QS 19:31-32). Jadi, "punya bapa atau tidak", bukan itu yang harus dikaji dan dipelajari oleh muslimin.

Apa yang dikatakan oleh Isa ketika dalam mahdi wa kahlan? Ternyata jawaban Isa kepada orang tua-tua, "Yang mengatakan pada Maryam bagaimana kami supaya berbicara kepada man kana fil mahdi shabiyya (anak dalam buaian)." Tetapi, jawab anak itu (yaitu Isa a.s.), "Aku hamba Allah, telah diberikan-Nya kepadaku Alkitab dan aku dijadikan-Nya seorang nabi." (QS 19: 29-30. Jadi, kata-kata orang tua-tua, "anak kecil dalam buaian", adalah suatu kiasan yang

sifatnya penghinaan (meremehkan Nabi Isa a.s.).

Sesuai dengan petunjuk Allah bahwa Allah menjadikan sikap dan tingkah laku Bani Israel sebagai pelajaran bagi masyarakat yang sezaman dan yang sesudahnya, adapun bagi orang yang bertakwa mengandung pelajaran (QS 2:66). Lalu, pelajaran apa yang bisa diambil dari sikap dan tingkah laku Bani Israel terhadap Allah serta petunjuk-Nya yang diturunkan kepada mereka, yaitu Taurat Musa dan Injil Isa? Hal tersebut supaya dipahami oleh para muslim ini agar jangan sampai bertindak dan berbuat yang sama sehingga akan mengalami nasib seperti yang pernah menimpa Bani Israel itu, yaitu terjadinya ikhtilaf-perbedaan pendapat dan perselisihan yang berkepanjangan (QS 27: 76).

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam., diungkapkan penyebab Bani Israel pecah menjadi "tujuh puluh dua aliran" (HR Turmudzi). Kaum Yahudi dan Nasrani pecah menjadi tujuh puluh dua aliran (HR Ahmad dan Abu Daud). Umatku (nabi/muslim) pecah menjadi tujuh puluh tiga aliran. Nabi Muhammad bukan "meramalkan bahwa umatnya akan pecah", melainkan mengingatkan, jika sikap dan tingkah laku kaum muslimin menjadi seperti kaum Yahudi dan Nasrani maka akan berpecah belah, berbuat golongan-golongan, seperti kaum Yahudi dan Nasrani. Allah mengingatkan dengan petunjuk wahyu-Nya,

Dan janganlah kamu menjadi seperti mereka yang berpecah belah dan berselisih setelah datang (sampai) kepada mereka keterangan yang jelas (dari Allah). Mereka akan terkena azab yang besar. (QS Ali Imran: 105)

Dalam membahas mengenai Maryam dan Isa ibnu Maryam, perlu diperhatikan "hubungan dan kedudukan" pengertian Bani Israel dan lahirnya paham Yahudi. Al-Qur'an menunjukkan bahwa Yahudi sebagai aliran paham, muncul dari kalangan Bani Israel yang melanggar janji Allah (QS 5:12- 13). Akibat pelanggaran tersebut, mereka dilaknat (dikutuk) oleh Allah. Hati mereka menjadi degil, mengubah pengertian dari arti dan kedudukan yang semestinya, dan mereka mengabaikan peringatan Allah (QS 5:13). Petunjuk ayat tersebut memberi pengertian bahwa Bani Israel tidak selamanya fadhaltukum 'alal'alamin (Allah melebihkan mereka dari bangsa-bangsa lain) (QS 2: 47, 122). Setiap umat yang didatangi rasul-Nya, bisa memperoleh kelebihan apabila mereka bisa menjaga, menaati, dan mengamalkan petunjuk-Nya (QS 7: 159, 181).

C. Janji Allah kepada Bani Israel

1. Janji Allah kepada Ibrahim

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Nenek Moyang Israel. Perjanjian yang kekal. Aku menjadi Allah bagimu dan segala anak cucumu yang kemudian daripada kamu itu. Aku akan mengaruniakan tanah kepadamu yang kamu menjadi orang dagang sekarang ini (tanah Kanaan).

Hendaklah kamu dan anak-cucumu yang kemudian dari padamu memelihara perjanjianku yaitu segala anak laki-Iaki dalam rumahmu dikhitankan daging kulupnya. (Kejadian 17: 7-13)

Bahwa Allah akan menjadikan Ibrahim suatu bangsa yang besar. Dan barangsiapa menghormati Ibrahim akan dihormati Allah, dan barangsiapa menghinakan Ibrahim akan dihinakan Allah. Dan dari turun Ibrahim, bangsa-bangsa dunia akan diberkati (Kejadian 12:1-3).

2. Janji Allah kepada Israel

Aku akan membuat perjanjian yang kekal dengan Israel.. Aku akan menjadi Allah bagi mereka, dan mereka menjadi umat bagi-Ku. Bahwa Aku Tuhan kesucian orang Israel. (Yehezkiel 37: 26-28)

D. Israel Melanggar Janji Allah

1. Mereka berbuat bakti kepada dewa-dewa. Bahwa isi rumah Israel dan Yehuda, sudah merombak. perjanjianku, yang sudah Kuteguhkan dengan nenek moyangnya.

2. Sejak keluar dari Mesir Aku sudah mengutus nabi-nabi-Ku, tetapi kamu lebih durhaka dari nenek moyangmu (Yeremia 7:25). Israel mencemarkan nama Allah (Yehezkeil 36:22). Israel meninggalkan Allahnya (Yeremia 3:12-13,31). Yehuda akan dihukum karena kejahatannya (Yeremia 1:16). Israel ditawan karena kejahatannya (Yehezkiel 39:23)

Al-Qur'an mengingatkan bahwa kaum Yahudi itu kerjanya adalah yuharifunal kalima 'an mawadhi'ihi, yaitu mengubah pengertian dari arti dan kedudukan yang semestinya. Misalnya, nama kitab mereka, Pentateuch (Taurat Musa) bahasa Ibrani diganti menjadi Septuaginta (bahasa Yunani), diganti lagi menjadi Vulgata (kitab yang menerima atau menampung tradisi, bahasa Latin), diganti The Holy Bible (bahasa Inggris), diganti Alkitab (bahasa Indonesia). Dalam hal ini, termasuk perubahan-baik yang disengaja maupun yang tidak - dalam menyalin atau menyadur ke dalam bahasa lain (Bart. D.

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Ehrmann, Prof. Dr. C. Groenen OFM, Th. C. Vriezen, Prof. Dr. D.C. Mulder). Al-Our'an menjelaskan,

Dan kaum Yahudi itu kerjanya mengubah kalimat dari arti dan kedudukan yang semestinya, dan mereka mengatakan, "Kami telah mendengar (petunjuk wahyu Allah), tetapi kami tidak memerhatikan (kami abaikan) karena memperdengarkan (mengajarkan) apa yang bukan kami telah dengar itu, kami adalah orang-orang yang terpelihara (menganggap benar)." Mereka memutarbalikan (petunjuk) dengan lidah mereka, dan mereka mencela agama (yang diajarkan oleh nabi-nabi-Nya). Sekiranya mereka mau berkata (mengakui), "Kami telah mendengar (petunjuk Allah) dan kami menaatinya dan (mengajak orang) mendengarkan serta memerhatikan (ajaran nabi-nabi-Nya)." Yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan tepat, tetapi Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka itu, dan mereka tidak beriman kecuali sedikit. (OS An-Nisa': 46)

Apa yang diungkapkan oleh Al-Qur'an adalah suatu kenyataan apabila kita memerhatikan kisah yang mereka ungkapkan sendiri dalam kitab mereka (perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Dari paham Yahudi itulah, kemudian muncul dan lahir paham yang disebut Mazhab Nasrani di Antioshia, tokohnya Paulus (Kisah Para Rasul 24:5). Dan, munculnya setelah Nabi Isa wafat. Murid- murid Paulus itulah yang mula-mula disebut orang "Kristen" (Kisah Para Rasul 11: 25-26). Al-Qur'an mengungkapkan bahwa munculnya paham Nasrani adalah ketika paham Yahudi bercampur baur dengan paham Yunani-Romawi. Dalam istilah AI-Our'an, disebut latif, artinya bercampur atau sinkretis (QS 17: 4-7, 104).

Prof. Dr. C. Groenen OFM menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi di Palestina tidak hanya mengajarkan paham Nasrani kepada bangsanya, tetapi juga kepada orang kafir, yaitu orang-orang

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana

Setelah Yesus hilang dari panggung sejarah, Paulus yang sedang meluap-luap kemarahannya kepada murid-murid Yesus di Damsyik, secara dramatis menyatakan bertobat karena menerima panggilan Yesus dari surga. Bahwa Yesus kini menetapkan Paulus menjadi alat yang berguna bagi Yesus untuk memasyhurkan namanya (bukan ajarannya). Dan, Paulus ditetapkan menjadi rasul bagi orang kafir (Kisah Para Rasul9:15). Karena mendapat perlawanan keras dari pihak Yahudi maka Paulus mendapat "pesan dari Tuhan" dengan firman-Nya: Aku jadikan engkau suatu terang bagi segala orang kafir supaya engkau mendatangkan selamat sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 13: 45-47). Maka Paulus mengajarkan bahwa Tuhannya telah menetapkan Paulus menjadi rasul bagi orang-orang yang tidak bersunat (Galatia 2: 8, Roma 11:13).

Mengenai pekerjaan kaum Yahudi mengubah kalimat dari arti dan kedudukan yang semestinya, lebih tegas ikuti penjelasan Wali Gereja Indonesia berikut ini, terkait dengan sikap dan pola pandang pendiri Mazhab Nasrani, yaitu Paulus.

Paulus sama sekali tidak memberitakan, melainkan membicarakan pernyataan-pernyataan Injil. Paulus mendalaminya sampai pada dasarnya, membuka rahasia-rahasia Ilahi yang terpendam di dalamnya, lagi jalan bagaimana memenuhi dan mewujudkannya dalam praktik hidup sehari-hari. Bahasa karangan-karangan Injil tenang dan terang, bahasa Paulus jarang tenang, biasanya hidup dan bersemangat, tetapi dengan itu sering berbelit dan kabur. Pemikiran Paulus terlalu teliti dan mendalam untuk menulis lancar. Sedangkan, menulis untuk menyatakan rahasia-rahasia dunia Ilahi yang "tidak mungkin dan tidak halal diungkapkan dengan bahasa manusia" (2 Korintus 12:4), Paulus terpaksa mencari-cari istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan yang serasi dengan misteri-misteri itu, yang tidak segera muncul. Malah perkataan dari bahasa yang lazim harus diisinya dengan pengertian yang baru atau diberi corak baru sehingga terasa aneh dan asing oleh pembaca (Injil him. 527)

Lain kali, Paulus menafsirkan peristiwa-peristiwa atau tokohtokoh Perjanjian Lama sebagai lambang peristiwa-peristiwa Perjanjian Baru, atau ucapan Kitab Kudus Perjanjian Lama sebagai perbandingan atau penjelasan pengertian-pengertian Perjanjian Baru. Tafsiran Paulus yang demikian itu harus diterima sebagai diilhamkan oleh Roh Kudus (Injil him. 528).

Ternyata Yesus Tidak Disalib

Solihan Mahdum Cahyana