Amelz, Riwajat Singkat Atjeh…., hlm. 61. Dan juga lihat M Noer el-Ibrahimy, Peranan
18 Amelz, Riwajat Singkat Atjeh…., hlm. 61. Dan juga lihat M Noer el-Ibrahimy, Peranan
30 C. Van Dijk, op.cit., hlm. 198. Tgk. Daud Beureu`eh dalam Pergolakan Aceh, (Jakarta: Media Dakwah, 2001).
19. Kapten Ismail M.
bendera adalah Muhammad Saleh (Ayahwa Leh). Pada kesempatan itu 20. H. Abu Bakar
Perwira Staf T&T TII
Anggota Majelis Syura NBA NII
Teungku Umar Tiro selaku pewaris satu-satunya keluarga Tiro bersumpah setia atas nama keluarga Tiro terhadap Republik Indonesia.
21. Tgk. Harus B.E.
Anggota Majelis Syura
Keluarga Tiro, dengan menaikkan bendera Merah Putih ini, telah 22. Tgk. Daud Ali
mengesahkan ijab kabul terjualnya Aceh kepada Indonesia. 23. Tgk. M. Daud Bugeh
Anggota Majelis Syura
Dukungan kepada Republik dari para pemimpin keagamaan yang 24. Tgk. Raden
Anggota Majelis Syura
lebih tua datang pada tanggal 15 Oktober 1945 berupa “Pernyataan 25. Thamrin Amin
Anggota Majelis Syura
Anggota Majelis Syura
Ulama Seluruh Aceh” yang ditandatangani oleh empat ulama terkenal: Teungku Muhammad Daud Beureu`eh dan Teungku Ahmad Hasballah,
keduanya pemimpin PUSA, Teungku Ja’far Sidik, seorang ulama yang Langkah pertama Abdul Gani Usman dalam kedudukannya seba-
menguasai dayah yang sudah lama berdiri; dan Teungku Hasan Krueng gai ketua Dewan Revolusi adalah membuat pengumuman yang
Kale, ulama konservatif yang terkemuka. Pernyataan ini menyerukan menyatakan, jabatan kepala negara untuk sementara dilaksanakan
kepada rakyat agar bersatu di belakang “pemimpin besar kita Soekar- Dewan Pertimbangan Revolusi, yang diketuai Amir Husin al Mudjahid.
no” dalam melawan kembalinya Belanda ke “tanah air kita Indonesia”. Pada waktu yang bersamaan ia memerintahkan para pengikutnya
Karena Belanda sekali lagi akan “mencoba menghancurkan agama kita menghentikan pemungutan pajak di desa-desa, disertai ancaman
yang murni dan juga menindas serta merintangi keagungan dan ke- terhadap siapa saja yang masih terus melakukannya. Mengenai Tentara
makmuran rakyat Indonesia”, maka keempat ulama itu menyatakan Islam, Hasan Saleh membatasi gerak para prajurit Divisi Tengku Chik
bahwa perjuangan untuk kemerdekaan adalah suatu tujuan yang suci Ditiro dalam asrama mereka, dengan menarik mereka dari desa-desa
yang biasanya dikenal sebagai Prang Sabi.
tempat mereka ditempatkan. Selanjutnya ia mengumumkan, Dewan Pada tanggal 30 Oktober 1945, pukul 8:00 pagi, Mr. Teuku
Revolusi akan mengirimkan delegasi ke Jakarta untuk membicarakan Muhammad Hasan mengeluarkan ketetapan tentang pengangkatan
berakhirnya jihad suci menegakkan Negara Islam dengan para pen- residen se-Sumatera. 31 Adapun susunan residen se-Sumatera itu an-
guasa Republik. Pada bulan-bulan berikutnya Dewan Revolusi diikuti tara lain: untuk daerah Aceh, Teuku Nyak Arief; untuk daerah Sumatera
pasukan dari Aceh Barat yang dipimpin T.R. Idris dan Komandan Timur, Mr. Muhammad Yusuf; untuk daerah Tapanuli, Dr. Ferdiman
Resimen VII Sumatera Timur, Haji Hasanuddin. 16 Pada Agustus, Abdul
Lumban Tobing; untuk daerah Sumatera Barat, Muhammad Syafie; Gani Mutiara menyatakan Dewan Revolusi didukung 25.000 anggota
untuk daerah Bengkulu, Ir. Idra Tjahya; daerah Jambi, Dr. A. Syaqaf; Namun, kemudian banyak anggota Dewan Revolusi yang
Darul Islam . 17
daerah Lampung, Mr. Abbas; daerah Sumatera Selatan, Dr. A.K. Gani; dan untuk daerah Bangka Belitung, Muhammad A. Syarif. 32
16 Kedudukan Haji Hasanuddin sebagai komandan Resimen Sumatera Timur diambil
Namun amat disayangkan perjuangan rakyat Aceh mempertahan-
alih Teuku Saat; tetapi kebanyakan prajurit mengikuti Haji Hasanuddin Siregar. Adanya
kan kemerdekaan dari penjajahan Belanda kembali dicemari oleh
tokoh ini sekaligus menegaskan bahwa ini bukanlah pergerakan dari Aceh untuk Aceh, melainkan lebih sebagai dari Aceh untuk Indonesia, untuk umat Islam.
C. van Dijk, Darul Islam, Sebuah Pemberontakan, (terj.), (Jakarta: Grafiti Pers, 1991), 31 SK No.I–X tanggal 3-10-1945. hlm. 265.
32 C. van Dijk, op.cit., hlm. 43.
segolongan dari bangsa Aceh yang haus akan kekuasan dan rakus menyumbang bagi hancurnya gerakan Darul Islam di Aceh. terhadap kehidupan dunia. Ketika sedang bergejolaknya api revolusi
kemerdekaan di Aceh, sebagian dari golongan uleebalang benar-benar Nama-Nama Anggota Delegasi Dewan Revolusi DI/TII Aceh mengharapkan kembalinya kekuasaan Belanda sebagai bagian dari
Peserta Musyawarah Dengan Missi Pemerintah Pusat pendudukan Sekutu di Indonesia, dan untuk itu mereka enggan
Untuk Penyelesaian Pemberontakan DI/TII Aceh Tanggal 23-26 Me1 1959 mengambil prakarsa apa pun. 15
Mengapa ada kejadian yang demikian? Golongan bangsawan di
No. Nama
Jabatan
Aceh yang diwakili oleh para uleebalang. Mereka itu semacam “raja-raja
Wali Negara NBA-NII kecil” di daerah kekuasaannya, yang dahulunya tunduk pada
1. Tgk. A. Husin Al Mujahi
Ketua Dewan Revolusi kekuasaan Sultan Aceh. Akan tetapi lambat laun ikatan antara
2. A. Gani Usman
uleebalang
dan sultan semakin lemah. Hingga akhirnya mereka Wakil Ketua Dewan Revolusi memisahkan diri dari sultan dan menjadi merdeka. Mereka menjadi
3. Hasan Saleh
Sekjen Dewan Revolusi “raja-raja kecil” di daerahnya. Dengan demikian, dengan gampang
4. A.G. Mutyara
Anggota Dewan Revolusi mereka memihak kepada musuh dan mengadakan perjanjian setia
5. T.M. Amin
Anggota Dewan Revolusi kepada Belanda secara sendiri-sendiri. Sehingga hubungan batin
6. T.A. Hasan
dalam tempo yang tidak lama setelah bahu membahu dengan pihak Wakil Sekjen Dewan Revolusi golongan ulama dalam melawan Belanda mulai agak renggang.
7. Nya' Umar
Anggota Dewan Revolusi Ketika Belanda menancapkan kuku kekuasaannya di Aceh, posisi
8. M. Saleh Kapa
Anggota Dewan Revolusi uleebalang sangat diharapkan untuk membantu usaha-usahanya
9. M.K. Arsjad
Anggota Dewan Revolusi membasmi perlawanan kaum muslimin dan orang-orang Aceh yang
10. Tgk. Ishak Amin
Anggota Dewan Revolusi dijangkiti “penyakit” Atjeh-moorden. Belanda memberikan
11. Tgk. Ibrahim Saleh
kewenangan kepada uleebalang atas daerahnya untuk mengatur
Anggota Dewan Revolusi rakyat, memungut pajak, menentukan hukuman dan bahkan diantara
12. Kol. Husin Jusuf
Anggota Dewan Revolusi mereka ada yang diangkat menjadi perwakilan pemerintah Belanda di
13. Tgk. Hasballah
Komandan Resimen VI TII Kutaraja. Itulah jalinan kerjasama antara Belanda dengan para kaum
14. Mayor Abdul Wahab Ibrahim
Kepala Staf Resimen I/ ulee-balang sampai Belanda hengkang dari bumi Aceh. Sementara para Gajah Putih TII ulama melihat tingkah laku para uleebalang yang demikian telah
15. Mayor M.A. Hanafiah
menyulut emosi mereka, sebab utama dari proses ini adalah akibat
Komandan Batalyon 315 TII daripada pertentangan prinsip antara raja-raja yang memerintah
16. Mayor Ben Husin
Perwira Staf Resimen VI dengan bermacam-macam tindakan yang dijalankannya di satu pihak
17. Kapten Abdullah Husin
Komandan Resimen II TII dan kalangan rakyat yang hidup dalam suasana tertekan di pihak
18. Mayor Dja'far Abdullah
lainnya. Uleebalang sesuai dengan kedudukannya, telah mendapat dan menjalankan hak-hak kekuasaan yang luas dan keras, sehingga di
15 Hardi, Daerah Istimewa Aceh: Latarbelakang Politik dan Masa Depannya, (Jakarta: Ci- tra Panca Serangkai, 1993), bagian lampiran.
Pang Bajak, sekarang Hasan Saleh sendiri telah menjadi Pang Baroen. dalam prakteknya kerapkali dirasakan sebagai suatu tindakan
sewenang-wenang oleh penduduk yang bersangkutan. Perlakuan- nal gerakan DI Aceh selanjutnya pada bulan Maret 1959 sudah banyak
Telah membuka celana Teungku Di Beureu-eh.” 14 Perkembangan inter-
perlakuan yang dialami oleh sementara rakyat Aceh dari “raja”nya ini, yang terpengaruh dengan Dewan Revolutieneer. Hal ini menyebabkan
misalnya mengenai harta-benda mereka yang diambil, dirasakan 14 Hasan Saleh ke Geumpang bersama dengan Wedana Ali Gade dan
sebagai hal-hal yang menyakiti hati.
Gam Manjak. Bahkan Njak Ma’oen nampaknya sudah terpengaruh Begitu pula kekuasaan di dalam hukum-adat yang dipegang oleh dengan Dewan Revolusi.
uleebalang, kelihatan benar tidak selalu bisa berjalan paralel dengan Hal ini terjadi pada Maret 1959, ketika, dengan menuduh Daud
hukum agama yang telah berurat berakar menjadi sendi hidup masya- Beureu`eh bertindak sewenang-wenang, Hasan Saleh dan pendukung-
rakat Aceh. Kebijakan-kebijakan uleebalang yang seperti ini yang ke- pendukungnya mengambil jalan pintas yang lain dan meninggalkan
mudian menjadi penyebab bagi suburnya rasa pertentangan-perten- Teungku Muhammad Daud Beureu`eh tinggal bersama tokoh DI
tangan antara pihak ulama dan uleebalang. Kesempatan meledaknya lainnya yang sudah terisolir. Mereka membentuk pemerintah mereka
pertentangan yang telah lama akhirnya tiba juga yaitu ketika menye- sendiri pada suatu pertemuan di Pidie yang dihadiri kira-kira seribu
rahnya tentara Jepang kepada Sekutu dan ketika berkumandangnya orang pada 15 Maret, mereka yang berlainan pendapat ini menamakan
proklamasi kemerdekaan. Atas nama Pemerintah Daerah Aceh, Teuku dirinya Gerakan Revolusioner Islam Indonesia, kemudian membentuk
Panglima Polem Muhammad Ali dan atas nama Markas Umum Daerah Dewan Revolusi (Negara Bagian Aceh). Ketuanya adalah Abdul Gani
Aceh, Sjamaun Gaharu terjadilah penyerangan secara sistematis terha- Usman, dan wakil ketuanya adalah Hasan Saleh, dengan Abdul Gani
dap pasukan uleebalang yang diketuai Teuku Muhammad Daud Mutiara sebagai sekretaris umum dan kepala Bagian Penerangan.
Cumbok, begitu juga dari golongan ulama yang turut berpartisipasi Sebagai anggota termasuk pemimpin-pemimpin Darul Islam
dalam peristiwa tersebut. Peristiwa yang merupakan suatu perta- terkemuka seperti Amir Husin al Mudjahid, T.A. Hasan, Ibrahim Salehs
rungan hidup-mati, senjata lawan senjata dan jiwa bertarung dengan T.M. Amin, dan Husin Jusuf.
jiwa yang kemudian terkenal dengan “Peristiwa Cumbok”. Perang Tabel di bawah ini memperlihat nama-nama anggota Dewan
Cumbok inilah yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan feodal yang Revolusi yang menjalin hubungan damai untuk perundingan bagi
telah berabad-abad berurat berakar di persada bumi Aceh. penyelesaian kasus Darul Islam Aceh. Para anggota Dewan Revolusi ini
Setelah padamnya api revolusi sosial di Aceh, roda pemerintahan dengan berbagai motif dan niat pada akhirnya bukan hanya berhasil
Keresidenan Aceh berjalan lancar, tinggal mengurus penyempurnaan menekan pemerintah Pusat, melainkan membuka lubang dalam
alat-alat kekuasaan negara di berbagai lapangan, menyelenggarakan pergerakan sehingga, ibarat kapal yang dibocorkan sengaja dari dalam,
soal keamanan serta menempuh jalan-jalan yang mungkin untuk akan mengakibatkan perpecahan dan karamnya kapal tersebut.
memperbaiki penghidupan rakyat yang belum sembuh dari Namun, kapal Darul Islam tidaklah karam di lautan leaps yang jauh
penderitaan akibat perang. Di samping itu perhatian ditujukan kepada dengan pantai, melainkan di pinggiran pantai. Artinya, perpecahan
soal-soal pertahanan bersama-sama dengan angkatan perang dan yang diakibatkan oleh munculnya Dewan Revolusi ini tidak semuanya
barisan perjuangan rakyat yang ketika itu banyak terbentuk badan- badan perjuangan dan kelaskaran di Aceh. Setiap waktu Aceh
menghadapi serangan-serangan Belanda dari perbatasan dengan
14 Ibid.
Sumatera Timur. Para pemimpin di Aceh memikirkan pula persoalan yang berusaha mencari keuntungan dari cara damai yang ditempuh sekitar pengiriman balabantuan untuk Sumatera Timur, di mana setiap
secara sepihak. Menyerah dengan mendapatkan keuntungan dan hasil waktu terjadi kegiatan militer Belanda yang ingin menancapkan
konsesi politik memperlihatkan bahwa memberontak adalah jalan lain kukunya kembali di bumi Aceh.
untuk meraih kekayaan.
Belanda selalu menganggap kehadirannya kembali ke Indonesia Haroen Ali menyebutkan bahwa ketika diadakan pertemuan de- merupakan kelanjutan dari “romantisme” masa lalu yang panjang.
ngan Nasution hadir Hoesin Joesoef, Hasan Saleh, Ayah Gani. Dan me- Setelah mereka berhasil membangun rezim kolonialismenya selama
reka sudah menanda tangani suatu perjanjian dengan memberikan 350 tahun yang kemudian diakhiri ketika Perang Dunia ke dua, ambisi
pangkat kepada Hasan Saleh Letnan Kolonel berarti telah kembali kebinatangannya untuk menguasai daerah-daerah di Indonesia
kepada TNI. Tak ada bantahan apa-apa dari Ayah Gani. Namun Ayah termasuk juga Aceh mulai muncul kembali seiring dengan takluknya
Gani kembali menyatakan bahwa ia tidak tahu tentang hal tersebut. Jepang kepada pihak sekutu.
Artinya, Hasan Saleh sangat cerdik dalam memainkan disinformasi Berkat tekad yang membaja dan pantang menyerah yang
Dewan Revolusi dan segala sepakterjangnya. Bahkan Ayah Gani, didukung oleh persenjataan yang rapi dan koordinasi yang lancar telah
menyatakan bahwa ”Gerakan ini boleh jadi sudah diboncengi oleh di-perlihatkan rakyat Aceh, sehingga mereka dapat menghadapi
golongan ke III.” 10
Belanda pada dua kali aksi militernya. Aceh, kemudian menjadi daerah Lebih terkejut lagi Ayah Gani ketika dikatakan oleh Haroen Ali satu-satunya di Indonesia yang bersih dari injakan militer Belanda.
bahwa sudah terdapat banyak pamflet-pamflet itu sesudah disusun Belanda pada akhirnya tidak berani lagi datang ke Aceh, setelah aksi di
dirumah Zaini Bakri, oleh A. G. Moetiara dan lain-lain, dibawa oleh Medan Area mengalami gempuran yang sangat hebat dari rakyat Aceh,
Hoesin Joesoef dan Hamidy kepada percetakan untuk dicetak. Dan m-ereka sangat trauma dengan kejadian masa silamnya di Aceh,
sesudah dicetak disuruh siarkan dengan kapal terbang. T.N.I. ketika kenge-rian inilah yang membawa dirinya untuk menarik pasukan dari
menempelkan pamflet itu dengan riang gembira. 11 Husin Ali mencoba Aceh.
menyatakan kepada Ayah Gani bahwa ”Bukankah penerimaan rakyat Pada tanggal 16 Juni 1948, Soekarno datang ke Aceh. Sehari ke-
umum dalam hal ini sangat buruk akibatnya? Bermaksud hendak mudian, dalam sebuah rapat akbar yang diselenggarakan di Lapangan
menghindarkan Aceh dari keruntuhan, tetapi sekarang nampaknya bukan runtuh lagi sudah hancur seluruhnya.” Blang Padang, Soekarno menyampaikan pidato. Dalam sambutan 12
pidatonya itu Soekarno menjelaskan tentang kedatangannya ke Aceh, Sesudah diadakan pertemuan dengan Nasution, ia kembali ke “Kedatangan saya ke Aceh ini spesial untuk bertemu dengan rakyat Aceh,
Djakarta, entah dengan jalan bagaimana Pemerintah Asing (Inggeris) dan saya mengharapkan partisipasi yang sangat besar dari rakyat Aceh
telah mengetahui dan menyiar-nyiarkan di surat kabar. 13 Toeanku untuk menyelamatkan Republik Indonesia ini . Daerah Aceh adalah
Hoesin mengatakan pada Badaroeddin Tjoet ”Dahulu saya dituduh menjadi Daerah Modal bagi Republik Indonesia, dan melalui perjuangan rakyat Aceh seluruh Wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali ”.
10 Ibid.
33 Di sisi lain, dalam suatu acara jamuan makan malam dengan Teung-
11 Ibid.