Hasan Saleh, Mengapa Aceh Bergolak, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992), hlm.
33 Hasan Saleh, Mengapa Aceh Bergolak, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992), hlm.
14 Boyd R. Compton, op.cit., hlm. 147.
cucu kita di belakang hari akan menuduh kita sebagai pengkhianat dan Compton yang meskipun Amerika, atau mungkin Yahudi sekalipun, ia orang yang tidak bertanggung jawab!”. 27 adalah ilmuwan, warga sipil yang tak ada hubungannya dengan
Pertemuan yang berlangsung alot akhirnya mencapai kata sepakat
perang yang sedang direncanakan.
bahwa untuk dapat menjunjung tinggi kehormatan agama dan Boyd R. Compton selanjutnya mengatakan: “Daud Beureu`eh kepentingan rakyat dan daerah Aceh, sebagaimana yang diinginkan
dikenal luas sebagai guberneur militer Aceh selama tahun-tahun kedua pihak, maka perlu dilaksanakan genjatan senjata sebagai
revolusi, tapi sekarang ia hidup tenang-tenang di desanya –tampaknya landasan bagi perundingan lebih lanjut. Kesepakatan tersebut diberi
seperti pensiun. Setelah Aceh masuk ke dalam Republik Indonesia
kesatuan dua tahun silam, Daud Beureu`eh diberi jabatan gubernur Gaharu, Komisaris M. Isya (dan kemudian Gubernur Ali Hasjmy dan
nama Ikrar Lamteh 28 , yang ditandatangani oleh Letkol Syamaun
kehormatan dan diminta menetap di Jakarta sebagai penasehat di Mayor T. Hamzah) dari pihak Pemerintah, dan Hasan Ali, Hasan Saleh,
Kementerian Dalam Negeri. Ia tidak menerima ‘penghormatan’ ini.
Satu-satunya tindakan pentingnya yang diketahui umum dalam dua tercapai pula suatu persetujuan antara pihak pemberontak dengan
dan Ishak Amin dari pihak pemberontak. 29 Atas dasar Ikrar Lamteh ini
tahun ini adalah ketika ia mengetuai Musyawarah Ulama Medan, April KDMA untuk menghentikan tembak-menembak atau genjatan senjata
lalu. Setelah musyawarah itu, Daud Beureu`eh melakukan tur singkat yang waktu itu menurut M. Nur El Ibrahimy lebih dikenal dengan istilah
keliling Aceh, memberikan ceramah-ceramah provokatif bernada caese fire . Genjatan senjata ini berlangsung sampai tahun 1959. 30 mendukung ide Negara Islam. Ia kemudian kembali ke desanya, dan –
Dengan adanya genjatan senjata tersebut maka terbukalah jalan membikin takjub penduduk Medan yang sudah maju –membangun bagi sebagian pemberontak untuk pulang ke kampung untuk
sebuah tembok besar dan masjid sungguhan dengan tangannya menjenguk keluarga yang telah bertahun-tahun ditinggalkan dan 15 sendiri.” Tangan-tangan kekarnya yang sudah berumur itu kembali
turun ke kota untuk melihat-lihat keramaian setelah bertahun-tahun dilatih dengan kerja-kerja fisik, untuk sebuah persiapan, untuk hidup dalam hutan yang penuh kesepian. Dengan demikian
membiasakan dirinya kalau sudah berada dalam barisan jihad suci terbukalah kesempatan bagi Letkol Syamaun Gaharu untuk
nantinya. Ia menolak jabatan simbolis sebagai Gubernur di Jawa, bersilaturrahmi dengan para pemimpin pemberontak. Begitu juga
terlepas dari tanah kekuasaannya. Teungku Daud Beureu`eh adalah sebaliknya para pemimpin pemberontak yang sebagian beralasan
sebenar-benarnya pejuang suci, mujahidin tangguh yang sama juga ingin menghindari Aceh dari kehancuran dan sebagian lagi memang
SM Kartosoewirjo yang berani menolak jabatan sebagai Menteri Muda telah letih berjuang dan telah bosan hidup di dalam hutan yang telah
Pertahanan.
mencapai enam tahun lamanya, mempergunakan kesempatan itu Boyd R. Compton, melalui surat-surat rahasiannya itu ia menulis: “Selama kami bermobil ke Selatan Sigli, saya tanya Pak Bupati tentang status Daud Beureu`eh sekarang. Ia mengatakan, sang mantan
27 Hasan Saleh, op. cit. hlm. 310.
gubernur militer sebenarnya masih aktif. Karena wibawanya yang amat
28 Menurut Hasan Saleh nama Ikrar Lamteh diambil sebagai nama perundingan
besar di mata warga desa dan ulama Aceh, Daud Beureu`eh selalu
tesebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Lihat ibid. hlm. 310.
diminta untuk menengahi perselisihan-perselisihan dan memberi
29 Ibid. Lihat juga M. Isa Sulaiman, op. cit. hlm. 82. Lihat juga M. Nur El Ibrahimy, op. cit., hlm. 197. 30 M. Nur El Ibrahimy, ibid.
15 Ibid.
saran. Kesi-bukan hidupnya terutama dicurahkan untuk mengunjungi menemui rekan sekolah dan sedaerahnya yang telah penjadi pimpinan desa-desa tetangga dan menerima delegasi dan tamu-tamu di desanya
pemberontak di Aceh Besar yaitu A. Jalil Amin, M. Ali Piyeung dan Ishak sendiri. Rupanya, kehidupan semacam ini lebih bermakna bagi Daud
Amin. Kontak dalam bentuk surat juga dikirim Ali Hasjmy kepada Beureu`eh daripada menduduki jabatan kehormatan nun jauh di
Hasan Muhammad Tiro dari Singapura saat dia singgah di kota Jakarta. Saya sudah mendengar bahwa di Jakarta Daud Beureu`eh
tersebut untuk bertemu beberapa tokoh Aceh di sana. 25 menjadi gundah dan “malas”, ketika ia tak diperbolehkan berhubun-
Seiring dengan itu, kontak antara Syamaun Gaharu dengan para gan dengan masyarakat Aceh. Seperti banyak pemimpin rakyat lainn-
tokoh pemberontak semakin intensif. Buktinya, hingga tanggal 5 maret ya, ia dibesarkan dan didorong oleh kontak pribadinya dengan para
1957 paling tidak sudah 5 pucuk surat-menyurat berlangsung antara pengikutnya; sebaliknya mereka bergantung pada personalitasnya
dia dengan Ishak Amin, Pawang Leman, dan Hasan Saleh. Keinginan yang kuat untuk mengungkapkan harapan-harapan terdalam mereka
Syamaun Gaharu untuk bertemu Hasan Saleh secara pribadi mendapat
respon yang sama dari Hasan Saleh. Dalam suratnya tanggal 4 April Aceh ini benar-benar menyadari dirinya harus berada di tengah-tengah
demi perbaikan nasib mereka.” 16 Mujahid agung yang pernah dimiliki
1957 Hasan Saleh menatakan bahwa pertemuan mereka berdua rakyatnya, bangsa Aceh, bangsa yang telah mengorbankan nyawanya
sangat penting demi masa depan Aceh. Dia juga memuji sikap dewasa demi kecintaannya kepada Allah, rasul dan kaum muslimin serta tanah
Syamaun Gaharu yang bersedia melupakan peristiwa masa lalunya. suci Serambi Mekkah.
Persoalan tempat dan waktu pertemuan dia serahkan kepada Ishak Selanjutnya Boyd R. Compton melanjutkan ceritanya: “Mobil kami
Amin dan Pawang Leman untuk mengaturnya. 26
baru saja melewati pasar riuh desa Daud Beureu`eh, ketika kami Setelah mendapat pesetujuan dan petunjuk dari masing-masing melihat masjid setengah jadi itu. Kalaulah Daud Beureu`eh adalah
atasan mulailah mereka melangkah ke negosiasi formal mulai tanggal kunci untuk memahami Aceh, saya kira bangunan ini –yang sangat
8 April 1957 bertempat di rumah Pawang Leman di desa Lamteh, penting tapi tak utuh– merupakan simbol dari watak dan sikap Daud
sekitar 6 Km barat laut Kutaraja. Dalam pertemuan itu Letkol Syamaun
Gaharu ditemani oleh stafnya Kapten Abdullah Sani, Letnan Usman Teungku Daud Beureu`eh yang sangat tegar, sangat sederhana, apa
Beureu`eh sekarang ini.” 17 Boyd benar, bangunan itu adalah refleksi diri
Nyak Gade, dan Kepala Kepolisian Sumatera Utara dan Aceh Komisaris adanya, parut-parutnya mewakili kondisi Aceh yang serba miskin dan
Polisi M. Isya. Sementara itu pihak pemberontak dipimpin oleh PM. compang-camping setelah ditinggal dan dilupakan oleh Republik.
Hasan Ali dan didamping oleh stafnya Hasan Saleh, Ishak Amin, Nyak Lihatlah bagaimana selanjutnya Boyd R. Compton menggambar-
Umar, dan Pawang Leman. Pertemuan tersebut berlangsung sangat kan sosok pejuang jihad suci ini memuloiakan tamunya, yang paling
alot dan hampir mengalami jalan buntu. Pada saat pertemuan hampir asing sekalipun: “Jauh di sisi masjid, mobil tiba-tiba berbelok ke rumah
mengalami dead lock tersebut menurut Hasan Saleh mereka nyiur. Pemandangan sawah dan pegunungan biru yang jauh hilang,
disadarkan oleh ucapan yang cukup keras dan penuh haru dari Pawang dan kami terguncang-guncang di sepanjang jalan menuju sebuah
Leman yang isinya “Kalau Bapak-bapak tidak sanggup menyelesaikan rumah tembok putih yang asri. Daud Beureu`eh keluar untuk menemui
masalah ini, mari kita bakar saja Aceh ini supaya kita puas dan agar
16 Ibid., halaman 147-148.
25 Ibid., hlm. 378.
17 Ibid., hlm. 148.
26 Ibid., hlm. 179. Lihat juga Hasan Saleh, op.cit. hlm. 308-309.
pihak bangsawan dibicarakan persoalan ganti rugi harta mereka yang kami, tersenyum dan tampil rapi dengan celana panjang ketat, kemeja diambil oleh Majelis Penimbang dan direhabilitasi bagi mereka yang
putih, dan peci beludru hitam. Kami segera duduk mengelilingi meja diberhentikan semena-mena dahulu. Bersamaan dengan itu
teh, simbol lazim bagi keramahan Indonesia. Sembari kami saling Pemerintah bersama masyarakat melakukan penerangan dan
memperkenalkan diri, saya memandangi dua permadani dinding ber- pembangunan. Seterusnya diakhiri dengan upacara memproklamirkan
gambar dari Arab, beberapa gambar kecil masjid, dan ruangan yang perdamaian dan persaudaraan abadi di Aceh. 23 sangat bersih. Ruangan ini memperlihatkan kesederhanaan, kese-
Berbarengan dengan otonomi militer, birokrasi sipil juga men- 18 jahteraan, dan disiplin.” Luar-biasa lengkapnya penggambaran Boyd dapat otonomi dengan direalisasinya UU No. 24 Tahun 1956 Tentang
R. Compton tentang rumah dan keadaan diri Teungku yang sangat Pembentukan Provinsi Aceh. Untuk pertama sekali jabatan Gubernur
bersahaja dan keras hati membela Islam ini. Jelaslah sekarang bagi Provinsi Aceh dipilih Ali Hasjmy, yang dilantik oleh Menteri Dalam
rakyat dan bangsa Aceh bahwa pada diri orang-orang suci “yang Negeri Sunaryo tangal 27 Januari 1957. Setelah pelantikan itu mulailah
berjalan bersama dengan Tuhan” inilah harapan akan terbentuknya duet Syamaun Gaharu dan Ali Hasjmy melaksanakan tugas utama
Negara Islam bagi rakyat yang telah mendamba demikian lama di mereka yang dibebankan oleh Pemerintah Pusat yaitu pemulihan
tanah rencong.
keamanan di Aceh. Konsepsi prinsipil bijaksana ini sendiri sebenarnya Tokoh yang menjadi idola banyak orang-orang Aceh dan para pe- gagal. Bahkan Misi Hardi pun dapat dianggap gagal karena, kejatuhan
juang Islam di mana pun di Indonesia ketika itu adalah seorang dengan Darul Islam sendiri bukanlah karena kedua konsep ini, melainkan
sosok yang sederhana, hidup tenang dan santai di gampong-nya yang karena spirit perang kaum ‘mujahidin’ yang sudah jatuh dan yang
guyub. Ia tenang setenang air laut Pasifik, karena semuanya sudah tertinggal kemudian adalah Teungku Muhammad Daud Beureu`eh
ditakdirkan Tuhan, maka baginya hanya ada satu: bagaimana menanti sendirian di hutan dan gunung sebelum kemudian tertangkap. 24 kematian dengan cara yang paling disukai Tuhan, cara martir, menjadi
Sehubungan dengan itu, tidak lama setelah pengangkatannya syahid. Boyd Compt menggambarkan tokoh ini dengan kata-kata lugas sebagai Gubernur Aceh, Ali Hasjmy mulai melakukan kontak dengan
dan datar: “Daud Beureu`eh lebih tampak sebagai pensiunan perwira para pemimpin pemberontak terutama yang mempunyai hubungan
militer ketimbang sebagai ahli agama, hang ditandai oleh gelar teung- akrab dengannya waktu sekolah, berjuang atau yan mempunyai
ku- nya. Tubuhnya yang kurus dan kuat, tegak tapi santai di kursi-nya. ikatang kekerabatan. Langkahnya itu semakin mulus setelah ia
Dari bawah pecinya, rambut kelabunya yang dipangkas pendek menerima surat yag berisi ucapan selamat dari T. A. Hasan, A. Gani
kontras dengan wajahnya yang muda dan coklat kemerahan. Bicaranya Mutiara, dan iparnya Ishak Amin. Pada tanggal 30 Januari 1957 Ali
lugas, tapi tatapan matanya tampak kurang yakin, seperti orang awam Hasjmy berangkat ke Lubuk, sekiar 12 Km dari Kutaraja, untuk
yang menghadapi problem membingungkan. Tiba-tiba ia mengungkapkan pikirannya dengan kegairahan yang nyaris kekanak-
kanakan. Saya rasa rekan-rekanya agak kikuk mendengar
Naskah asli Konsepsi Prinsipil dan Bijaksana yang diberi judul “Penyelesaian Peristiwa Pemberontakan di Aceh” ditandatangani oleh Letnan Kolonel Syamaun Gaharu.
pernyataannya yang blak-blakan ini: “Anda harus tahu bahwa kami di
Lihat Ibid., hlm. 373-374.
Aceh ini punya sebuah impian. Kami mendambakan masa kekuasaan
24 Penting untuk dipahami di sini adalah, bahwa Teungku Daud Beureu`eh bukanlah
Sultan Iskandar Muda, ketika Aceh menjadi Negara Islam. Di zaman itu,
“turun gunung” atau menyerah, melainkan karena sudah tertawan dan tertangkap, baru kemudian dia dijemput oleh Nyak Adam Kamil.
18 Boyd R. Compton, Ibid., hlm;. 148.
pemerintahan memiliki dua cabang, sipil dan militer. Keduanya didiri-
Pemerintah Republik Indonesia.
kan dan dijalan-kan menurut ajaran agama Islam. Pemerintahan Proses penyelesaian politik yang ditempuh Syamaun Gaharu semacam itu mampu memenuhi semua kebutuhan zaman modern.
memperoleh pijakan yang kuat oleh dua peristiwa penting yang terjadi Sekarang ini kami ingin kembali ke sistem pemerintahan semacam
berturut-turut yaitu pengesahan UU No. 24 Tentang Pembentukan itu”. 19 Benar-benar kata-kata yang tajam yang dimiliki oleh mulut-
Provinsi Aceh tanggal 29 Nopember 1956 yang berlaku efektif 1 mulut pejuang suci yang akan mempertaruhkan setiap ucapannya
Januari 1957, dan pembangkangan yang dilakukan oleh Kolonel M. dengan darah yang mengalir dalam tubuhnya dan dengan segala
Simbolon terhadap Kabinet Ali II tanggal 22 Desember 1956. Kejadian kemampuan pikiran yang ada serta para pengikutnya yang setia.
tersebut dimanfaatkan oleh Syamaun Gaharu untuk melepaskan Memang benar seperti apa yang disebut oleh Compton bahwa “seperti
Resimen I dari Terirorium I dan tunduk langsung di bawah KSAD orang awam yang menghadapi problem membingungkan”, karena
dengan nama baru Komando Daerah Militer Aceh (KDMA), sehingga Teungku Daud Beureu`eh telah dibuat bingung oleh Soekarno yang
kekuasaannya semakin besar. Tindakan tersebut mendapat dukungan semakin bersikap aneh dan me-lupakan janji-janjinya kepada rakyat
dari KSAD Mayjen A. H. Nasution dan sebaliknya Kol. M. Simbolon Aceh. Teungku Daud Beureu`eh yang semakin bingung dengan
diberhentikan dan digantikan oleh Jamin Ginting. 21 perkembangan Indonesia hanya tahu hanya tahu Iskandar Muda,
Pembentukan KDMA tersebut memiliki makna yang sangat pen- hanya tahu bahwa Aceh harus diseret kembali ke masa kejayaannya di
ting bagi pemulihan keamanan di Aceh. Sebagai komandan KDMA masa lalu, dengan cara apa pun, revolusi, perang atau apa sajalah, yang
yang juga Penguasa Perang Daerah Peperda), Letkol Syamaun penting adalah jihad! Teungku Daud Beureu`eh hanyalah seorang
Gaharu 22 semakin leluasa menempuh langkah-langkah yang jundullah seorang tentara Allah yang hanya punya agenda simpel saja diperlukan untuk memulihkan keamanan di Aceh. Berdasarkan dalam hidupnya, berperang dan mengubah tanah tempat ia berkuasa konsultasi de-ngan Pemerintah Pusat yaitu WKPM Idham Khalid dan menjadi tanah suci. KSAD A. H. Nasution maupun dengan masyarakat di Aceh, Syamaun
Teungku Daud Beureu`eh memang adalah seorang pejuang Islam Gaharu meru-muskan formula penyelesaian pemberontakan di Aceh yang sangat mengerti tentang tata air dan tata pemerintahan. Boyd R.
yang dinama-kan Konsepsi Prinsipil dan Bijaksana pada pertengahan Compton kemudian mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat
Januari 1957.
sederhana: “Apakah pemerintahan seperti itu mampu mengatasi Konsepsi Prinsipil dan Bijaksana merupakan suatu proses
masalah-masalah Aceh sekarang ini.” Maka, Teungku Daud Beureu`eh penyelesaian keamanan yang diawali oleh proklamasi pemberhentian
pun menjawabnya dengan sangat blak-blakan, bukan seperti gaya- permusuhan, lalu diikuti perundingan antara Pemerintah dengan pihak
gaya pemimpin-pemimpin yang sudah terlalu banyak mengkonsumsi Tgk. M. Daud Beureu`eh dan dengan pihak kaum bangsawan. Dengan
pendidikan dan teori-teori Barat. Teungku Beureu`eh hanya menjawab Tgk. Daud Beureu`eh Cs. Dibicarakan persoalan tuntutan hukum
datar dengan sorot mata yang pasti dan berbinar: “Ya. Ambillah terhadap mereka dan rehabilitasi pada status sebelumnya, dan dengan
pengairan sebagai contoh. Pada zaman Iskandar Muda, dibuat saluran dari sungai yang jauhnya sebelas kilometer dari sini menuju laut.
21 Daerah Pidie menjadi sangan makmur. Dibuat pula saluran lain tak M. Isa Sulaiman, Sejarah Aceh, Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1997), hlm. 355-358.