Bangkitnya Kekuasaan Ulama

D. Bangkitnya Kekuasaan Ulama

Di Banda Aceh pasukan Amir Husin al Mujahid terus juga meng-

Hasjmy, Ishak Amin, A. R. Hajad, Ibrahim Amin, dan hampir semua tokoh TNI. Lihat Hasan

ambil apa yang disebut "langkah-langkah koreksi" terhadap para ang-

Saleh, op. cit. hlm. 354-355.

5 M. Nur El Ibrahimy, Peranan teungku Muhammad Daud Beureu`eh Dalam Pergolakan Aceh , (Jakarta: Media Dakwah, 2001), hlm. 199.

saya atas nama seluruh rakyat Aceh, mengikrarkan di depan Pak Nas gota senior Pemerintahan dan Tentara. 34 Tentara Republik menyerah bahwa saya menjamin keamana Aceh dan akan menggagalkan usaha

tanpa pertempuran: Nya' Arif memberi perintah agar tidak melakukan untuk berperang kembali pada tanggal satu bulan satu tahun sembilan

perlawanan apa pun. Tetapi tindakan ini sia-sia saja baginya. Nya' Arif belas lima sembilan”. Sebagai konsekuensinya KSAD berjanji akan

ditangkap dan dipenjarakan di Takengon —uleebalang yang lain-lain berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan yang diajukan Hasan Saleh. 2 juga ditempatkan di sini. Awal bulan berikutnya Maret 1946, dia tutup

Tindakan selanjutnya yang dilakukan Hasan Saleh setelah perte- usia, sebab kematiannya dinyatakan diabetes. Tindakan Amir Husin al muan dengan KSAD adalah mengirim surat resmi kepada KSAD

Mujahid merupakan pukulan terakhir bagi uleebalang. Pada Agustus tanggal 28 Desember 1958 yang isinya ikrar pernyataan taat setia

1946, residen Aceh, T.M. Daudsyah menunjuk daerah permukiman kepada Republik Indonesia, sumpah prajurit, Sapta Marga, dan

yang khusus untuk orang-orang yang diduga terlibat dalam Peristiwa permohonan agar Ibrahim Saleh direhabilisasi dalam pangkat Kapten

Daud Cumbok, seolah-olah melindungi mereka terhadap dendam dan Yacob Ali dalam pangkat Letnan Satu, sedangkan A. Gani Usman

massa. 35 Penahanan mereka ini diperintahkan olehnya karena: "Tidak (Ayah Gani) dipercayakan sebagai Penghubung Tinggi/TII. Sementara

mungkin dewasa ini kaum kerabat ataupun sahabat-sahabat akrab itu, para pimpinan pemberontak lainnya yang telah berdiam di kota,

para korban revolusi sosial tetap berada di kalangan sisa penduduk seperti T. M. Amin, A. Gani Mutiara dan Husin Yusuf diberikan fasilitas

lainnya, dan “adalah kewajiban pemerintah untuk memelihara dan pe-luang usaha oleh Syamaun Gaharu – Ali Hasjmy. T. M. Amin

ketertiban umum dan menjamin keselamatan rakyat maupun pihak mulai aktif kembali mengelola NV. Indolco, Husin Yusuf mengelola NV.

yang ter-sebut di atas.” Demikianlah diperintahkannya penahanan 62 orang dan kerabatnya, Sakti, dan Husin Shab mengurus pembayaran ganti rugi rumahnya di 36 termasuk Sjammaun Gaharu, yang menurut Sigli dan usul rapel gajinya di Perusahaan Tambang Minyak. 3 daftar yang dilampirkan pada ketetapan yang dimaksud telah

melarikan diri. 37

Tindakan Hasan Saleh dan Ayah Gani tersebut mendapat du- kungan dari beberapa pimpinan penting pemberontak, antara lain Tgk.

Para uleebalang yang tidak sempat terbunuh secara sukarela

A. Husin Al Mujahid dan Husin Yusuf. Sebaliknya tindakan tersebut mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan hak turun- membuat Tgk. M. Daud Beureu`eh sangat murka. Akibatnya sejak awal

temurun-nya karena takut akan akibat-akibat kemudian. 38 Tempat tahun 1959 mulai terlihat perpecahan dikalangan pemberontak antara

kubu Tgk. M. Daud Beureu`eh, Hasan Ali, dan Ilyas Leube dan lainnya di 34 JarahDam-I, Dua Windhu Kodam I/Iskandar Muda, (Banda Aceh: Sejarah Militer

Kodam I/Iskandar Muda, 1972), hlm. 113.

satu pihak dengan kubu Hasan Saleh, Ayah Gani, Amir Husin Al-

35 Mujahid dan lainnya di pihak yang lain. Perpecahan itu termanifestasi Sumatera Utara, Republik Indonesia: Provinsi Sumatera Utara, (Jakarta: Kementerian secara tegas setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Hasan Saleh 4

Penerangan, 1953), hlm. 90.

Ketetapan Residen Aceh 18 Agustus 1946 dalam S.M. Amin, kenang-kenangan dari Masa Lampau, (1975), hlm. 69-70.

2 Hasan Saleh, op. cit. hlm. 345.

37 S.M. Amin, Ibid., hlm. 70.

3 M. Isa Sulaiman, op. cit. hlm. 406. 38 Demikianlah uleebalang Sagi Mukim XI menyatakan pada 19 Februari: 1) hak 4 Menurut Hasan Saleh, keputusannya mengambil keputusan mengambil alih kekua-

uleebalang turun-temurun menggantikan pemimpin negen tidak lagi sesuai dengan zaman; 2) uleebalang adalah warga negara Republik dan menghormati kesejahteraan

saan dari Tgk. M. Daud Beureu`eh atas desakan dari kawan-kawannya baik sesama rakyat; dan 3) mereka telah memutuskan, demi tercapainya organisasi yang sempurna. a) pemberontak, tokoh sipil maupun militer, yang menginginkan perdamaian di Aceh seperti

memohon kepada Pemerintah dengan hormat agar memberikan kepada penduduk kedua A. Gani Mutiara, A. Gani Usman (Ayah Gani), T. Amin, T. A. Hasan, Zaini Bakri, Abduh Syam, A.

puluh dua mukim hak untuk memilih pemimpin-pemimpinnya sendiri, dan b) meminta puluh dua mukim hak untuk memilih pemimpin-pemimpinnya sendiri, dan b) meminta

“sebagian yang sangat besar dari jabatan-jabatan penting berada dalam tangan orang PUSA dan pengikut-pengikut mereka ... Hanyalah

Bab IX

untuk jabatan-jabatan yang memerlukan keterampilan keahlian

diangkat orang-orang dari luar daerah.” 39 DEWAN REVOLUSI: PERPECAHAN

Jabatan Nya’ Arif sebagai residen Aceh diambil alih Teuku

INTERNAL DARUL ISLAM ACEH

Mohammad Daudsjah juga seorang uleebalang, tetapi sudah lama

menjadi anggota PUSA yang setia. Seorang uleebalang lain anggota PUSA, Teuku Mohammad Amin, diangkat menjadi wakil residen.

Jabatan yang sama juga diberikan kepada Daud Beureu`eh, yang

kemudian di samping itu menjadi kepala Departemen Agama di Aceh. erbarengan dengan kegiatan pembangunan Kopelma Darussalam, Nya’ Arif digantikan sebagai anggota Staf Umum Tentara Republik di

B usaha mencari solusi damai masalah Aceh terus dilakukan oleh Ali

Sumatera oleh Amir Husin al Mujahid, yang mengangkat dirinya sendiri Hasjmy dan Syamaun Gaharu. Proses perundingan tersebut sempat dari pangkat mayor menjadi mayor jenderal pada Maret awal, ketika ia

tertunda beberapa saat akibat keterlibatan beberapa pimpinan dan mengeluarkan keterangan yang mengumumkan sejumlah perubahan

bekas teman seperjuangan pemberontak dalam Pemerintah Revolu- dalam susunan Komando Tentara Republik di Aceh. Rekan dekatnya,

sioner Republik Indonesia (PRRI) dan Operasi Sabang Meuroke (OSM), 1 Husin Jusuf bekas sekretaris Pemuda PUSA umpamanya, diangkat dari

dan tersiar kabar bahwa pihak pemberontak mau memulai lagi pem- jabatan mayor menjadi kolonel, menggantikan Sjammaun Gaharu

berontakan pada 1 Januari 1959 dan rencana pemberontak merebut sebagai panglima Divisi V. Perubahan-perubahan ini dilakukan atas

Kutaraja. Dalam usaha memperjelas proses perdamaian tersebut kehendak rakyat yang diwakili Tentara Perjuangan Rakyat, demikian

Syamaun Gaharu berhasil mempertemukan KSAD A. H. Nasution, yang dinyatakan dengan tegas. 40 datang ke Kutaraja untuk meresmikan perubahan KDMA menjadi

Pada akhir 1946 Amir Husin al Mujahid sendiri menjadi korban Kodam A Iskandarmuda, dengan pimpinan pemberontak. Dalam per- sebuah komplot. Dia diculik dari Hotel Aceh di Banda Aceh, dan

temuan yang berlangsung di ruang kerja rumah Panglima KDMA di dibawa ke Sigli. Kata orang para penculiknya bermaksud

Neusu Kutaraja tanggal 22 Desember 1958 Hasan Saleh yang ditemani menyerahkannya kepada seorang ulama Islam setempat, yang ingin

oleh A. Gani Usman (Ayah Gani) telah menjamin tidak akan ada perang membalas dendam atas kematian saudaranya atas perintah Amir Husin

lagi sebagaimana ucapannya “Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini al Mujahid. Tetapi akhirnya ia diserahkan kepada yang berwajib dan