Respon Anggota Parlemen
A. Respon Anggota Parlemen
tentang keadaan sebenarnya. Sebetulnya kedua kelompok telah Pembunuhan di Cot Jeumpa (Lhoong) dan Pulot (Leupung)
menunjuk kepada keresahan yang kian bertambah di Aceh, yaitu kaum menimbulkan protes hebat dari organisasi-organisasi Islam dan Aceh.
komunis yang minta perhatian terhadap persiapan-persiapan untuk Front Pemuda Aceh (FPA) mengancam akan melaporkan peristiwa ini
pemberontakan dan usaha-usaha PUSA untuk meluaskan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara-negara Konferensi
pengaruhnya, dan se-baliknya Masyumi yang berusaha meyakinkan Asia-Afrika, bila tidak ditindak demi keadilan dan suatu penyelidikan
Pemerintah bahwa pera-saan tidak puas yang kian memuncak adalah harus dimulai Pemerintah. Dalam Parlemen pernyataan-pernyataan
akibat politik kebijaksanaammya sendiri yang salah. Masyumi masih diajukan Muhammad Nur el-Ibrahimy, Amelz, dan Sutardjo
mengusulkan perubahan kebijaksanaan sesudah meletusnya Kartohadikusumo. Pembentukan suatu kabinet baru di bawah
pemberontakan, dengan me-minta bantuan keuangan yang lebih pimpinan Perdana Menteri Masjumi, dan di dalamnya PNI tidak
besar untuk Aceh, penggantian pasukan dari daerah-daerah lain oleh terwakili, membuat lebih besar terdapat kemungkinan perukunan. Di
prajurit-prajurit Aceh, dan peng-angkatan kembali pejabat-pejabat samping itu, Burhanuddin Harahap diketahui menyetujui mengakhiri
Aceh yang dulu digeser dalam jabatan militer dan sipil yang tinggi. pemberontakan dengan cara damai. Sudah beberapa bulan
Kalangan penguasa Pemerintah Daerah di- Sumatera Utara dan sebelumnya dia sependapat dengan Wakil Presiden Mohammad Hatta
Aceh mengikuti garis Pemerintah Pusat di Jakarta dan berusaha dan Kolonel Zulkifli Lubis—Wakil Kepala Staf Angkatan Darat yang
sungguhsungguh menghilangkan kesan bahwa suatu pemberontakan kontroversial ketika itu—segala sesuatu harus dilakukan untuk
sedang bergolak. Berulang kali mereka menyangkal bahwa keadaan mendapat penyelesaian politik bagi persoalan berbagai
gawat atau bahwa terjadi suatu gerakan pemberontakan. Dalam pemberontakan ini. Selanjutnya ia meminta anak Teungku Daud
beberapa hal pernyataan ini memang dibuat karena benar-benar tidak Beureu`eh, Hasballah Daud, pergi ke Aceh berhubungan dengan
tahu, dalam hal-hal yang lain disebabkan keinginan menenangkan bapaknya dan menawarkan amnesti kepadanya. Hasballah Daud
pikiran rakyat, sedang. dalam hal-hal yang lain pula ada kesengajaan meninggalkan Jakarta pada 5 Juli 1955 dengan surat dari Hatta dan
untuk mempedayakan pejabat-pejabat pemerintah yang lain dan dari Kementerian Penerangan dalam sakunya, dan disertai Abdullah
menutupi macam-macam tipu daya.
Arif, seorang pegawai Kementerian Penerangan. Pada awal September 1953 diadakan sejumlah rapat resmi untuk Pada akhir Agustus dia kembali. Baik Kabinet Ali Sastroamidjojo
membicarakan situasi keamanan di Aceh. Salah satu rapat ini maupun Kabinet Burhanuddin Harahap tidak secara resmi bertang-
berlangsung di Medan pada 14 September 1953 —tepatnya seminggu sebelum pemberontakan pecah. Rapat ini dihadiri Bupati Aceh Timur,
27 Zulkifli Lubis dan Burhanuddin Harahap juga terlibat dalam upaya mengadakan hubungan dengan Kartosuwirjo. Ini menjadi jelas pada Februari 1956, ketika seorang
utusan—yang membawa surat-surat untuk Kartosuswirjo yang memintanya agar
menyetujui gencatan senjata—diciduk. Lihat, C. van Dijk, Darul islam, Sebuah Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu’eh, Jilid I (Jakarta: Kronik Kementerian Pemberontakan , (terj.), (Jakarta: Grafiti Pers, 1993).
Penerangan (t.t.), hlm. 281-286.
Zainy Bakri, Bupati Pidie, T.A. Hasan, dan Bupati Aceh Utara, Usman
Birik Koeloe Azis, yang menguraikan secara singkat kepada Gubernur Sumatera
14 Beurahim Raman
25 tahun
Mns. Birik Utara, Abdul Hakim, tentang keadaan dalam daerahnya masing-
15 Amin Petua Husin
19 tahun
Mns. Birik masing dan memberi jaminan kepadanya bahwa segalanya beres dan
16 Sulaiman Limah
19 tahun
tidak terdapat ancaman langsung bagi keamanan. Rapat ini juga
17 Saleh Tgk
16 tahun
Mns. Birik
Mns. Birik beberapa minggu kemudian ternyata adalah komandan pasukan
dihadiri Sulaiman Daud, penjabat residen-koordinator Aceh, 53 yang
18 Beurahim Raoef
18 tahun
Mns. Birik pemberontak di Aceh Besar. Pada waktu yang sama ternyata, bupati
19 Junus raman
16 tahun
Mns. Birik Pidie TA Hasan, dan bupati Aceh Timur, Zainy Bakri, telah
20 M. Ali Beurahim
17 tahun
Mns. Birik informasi yang bertentangan dengan pandangan yang dikemukakan
menyeberang ke Darul Islam. 54 Tentu saja Abdul Hakim juga menerima
21 Husin Mudin leman
15 tahun
Mns. Birik para bupati. Informasi demikian disampaikan kepadanya oleh, antara
22 Umar Brahim
18 tahun
Mns. Birik lain Nja' Umar, koordinator Polisi untuk Aceh, yang menilai keadaan
23 Rani Tengah
20 tahun
Mns. Birik demikian gawat hingga ia memerintahkan penempatan pengawal di
24 Rani Ali
13 tahun
Mns. Birik mungkin sungguh-sungguh lebih percaya kepada jenis informasi yang
gedung-gedung pemerintah yang penting. 55 Sebenarnya Abdul Hakim
25 Amin Seman
18 tahun
Mns. Birik belakangan ini. Pada akhir September, ketika bebas untuk
26 Mahmud Kando
14 tahun
mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, ia mengakui, suasana
Tabel 6
memang "hangat" pada Agustus, lalu keredaan menenang kembali, namun mencapai klimaks baru pada pertengahan September, ketika
Daftar Nama-Nama Syuhada Korban Pembantaian di Gunung Kulu, Panton- pemberontakan meletus. 56 Sedu, Lhoong, Aceh Besar pada Tanggal 4 Maret 1955 yang dilakukan oleh
TNI, Batalyon 142, Peleton 32 dengan menggunakan senjatan Bren, 2 mobil, 2 Pada Agustus rakyat mulai mempersiapkan diri meninggalkan jeep, 2 truk (sumber: suratkabar Peristiwa, 10 Maret 1955) Aceh atau bersembunyi. Sementara Pemerintah terus juga tidak mem-
pedulikan peringatan-peringatan tentang bertambahnya ketegangan
oleh orang dari kiri maupun dari kanan, penduduk mulai meninggal-
Tempat Tinggal kan daerah menuju Medan dan Sumatera: Timur dalam jumlah yang
No. Nama yang Meninggal
Umur
60 Meunasah Tunong besar. Kebanyakan mereka ini adalah keluarga uleebalang dan anggota
1 Tgk. Mahmud
2 Leman Muda
55 Meunasah Kareung
3 Apa Ali
60 Meunasah Kareung
53 Gelanggang, op.cit., hlm. 19-25.
54 Bupati ketiga, Moh. Hasan dari Aceh Tengah, ditangkap pasukan Republik ketika
4 Puteh Kulu
45 Meunasah Kareung
pemberontakan meletus.
5 Wk Leman
50 Meunasah Baroh
55 Lihat SM Amin, Sekitar Peristiwa Berdarah di Atjeh, (Jakarta: Soeroengan, 1956).
6 Wk. Mud
70 Meunasah Kareung
56 Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu’eh, Jilid I (Jakarta: Kronik Kementerian Penerangan (t.t.), hlm. 8.
7 Keutjhik Ali
65 Meunasah Kareung 65 Meunasah Kareung
partai-partai Islam pun, termasuk PUSA, merasa tidak aman. Daftar Yang Luka-Luka Dalam Peristiwa Pembantaian di Pulot
Tabel 4
Kekhawatiran akan tindakan penumpasan oleh Angkatan Darat — seperti yang mereka saksikan pada Agustus 1951— meningkat ketika
No. Nama Korban Luka
tersebar desas-desus, Pemerintah telah menyusun daftar nama orang 1 Dullah
Umur
Tempat Tinggal
Mns. Seunia
Aceh ter-kemuka yang dinyatakan akan ditangkap. Menurut sementara
2 Tgk. Agam Pulot
orang, daftar ini memuat tiga ratus, menurut yang lain-lain, seratus
3 Abd. 57 Salam 11 tahun Pulot sembilan puluh nama.
Beberapa penulis menyatakan, daftar ini yang menjadi penyebab 4 Abdullah Pw. Amat
11 tahun
Meunasah Bak Oe
langsung pemberontakan. Menurut informasi yang diperoleh di Aceh, 5 Machmoed M Ali
14 tahun
Lam Seunia
kaum politisi sayap kiri di Jakarta sebelumnya pada 1953 menyebarkan desas-desus bahwa Aceh benar-benar mengatur suatu
Tabel 5 58 pemberontakan. Akibatnya "Djakarta" mencantumkan dalam daftar Daftar Nama-Nama Syuhada Korban Pembantaian di Kroeng Kala, Lhoong,
190 orang Aceh terkemuka yang harus ditangkap. Hal ini diketahui di Aceh Besar, pada Tanggal 4 Maret 1955 yang dilakukan oleh TNI, Batalyon 142,
Aceh pada Juli 1953 belakangan ternyata bahwa daftar nama ini Peleton 32 (Berdasarkan Laporan Koresponden Peristiwa, 5 dan 10 Maret 1955)
barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu. Karena orang- orang Aceh terkemuka ini merasa bahwa mereka mungkin akan
No. Nama yang Meninggal
ditangkap, mereka memutuskan lari ke gunung pada 19 September 1 Tgk. Harun
Umur
Tempat Tinggal
1953. Ini merupakan pemutusan resmi dengan Jakarta, dan awal dari 2 Harun
35 tahun
Rima Peukan Bada
apa yang disebut pemberontakan Darul Islam di Aceh." 3 Muhammad Ali
27 tahun Tjot Djeumpa
Pandangan yang sama dikemukakan Amelz dalam suatu 4 Leman
30 tahun
Djalan Arik Koeloe
perdebatan parlemen ketika meletus pemberontakan. Tetapi dengan mendasarkan diri pada sebuah artikel dalam tarian Indonesia Lembaga,
35 tahun
Djalan Arik Koeloe
5 Sikoh
ia menyatakan kebocoran daftar itu pada tanggal lebih belakangan, 6 Ali P.U.
15 tahun
Nedjit Peukan Bada
yaitu sesudah terjadi tindakan pemberontakan pertama pada 20 dan 7 Hasjim Minah Blang
25 tahun
Birik Koeloe
21 September. Tetapi dia menyetujui pendapat Boland bahwa 8 Ahmad Lampoh U
27 tahun
Birik Koeloe
hadirnya nama mereka di daftar menyebabkan sejumlah pemimpin mengikuti pemberontakan. Mereka yang bermaksud tidak akan
27 tahun
Birik Koeloe
9 Nago
bertindak sebelum Pemerintah lebih dulu bertindak, kini sesudah 10 Hasjim Sago
40 tahun Birik Koeloe
18 tahun
Birik Koeloe
11 57 Zainoen S.G.B. 17 tahun Birik Koeloe Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu’eh, Jilid I (Jakarta: Kronik Kementerian
Penerangan (t.t.), hlm. 263.
12 Oesoep Nago
14 tahun
Birik Koeloe
58 B.J. Boland, The Struggle of Islam In Modern Indonesia, (The Hague: Martinus Nijhoff, 13 Harun Asem
25 tahun
Birik Koeloe
Verhandelingen KITLV, 1971), hlm. 73.
diberitahu tentang daftar itu, menurut Amelz, memutuskan untuk
40 Dolah Leman
45 tahun
Deah Mamplam
Deah Mamplam Walaupun ada benarnya penilaian Boland dan Amelz akan arti
membelot. 59 41 Agam Dolah
20 tahun
50 tahun Pulot pentingnya daftar hitam ini, kedua penulis mengabaikan, atau
42 Amin Tjalok
50 tahun Pulot meremehkan, perbedaan pendapat antara calon pemimpin-pemimpin
43 Bintang Pulot
Darul Islam mengenai urgensi pemberontakan bersenjata. Keyakinan
Lam Seunia yang diperlihatkan Hatta sekembalinya dari Aceh mungkin karena
44 Hasjem Gam Doli
12 tahun
35 tahun Pulot salah memperhitungkan posisi Daud Beureu`eh. Daud Beureu`eh
45 Musa Pulot
Meunasah Bak U dianggap Hatta sebagai pemimpin unsur-unsur yang tidak puas di
46 Dolah Pante
40 tahun
Meunasah Bak U daerah itu, dan dia yakin unsur-unsur ini dapat dikuasai Daud
47 Harun Toke
35 tahun
Beureu`eh. Tentu saja sangat mungkin bahwa Daud Beureu`eh
25 tahun Mesdjid dianggap sebagian besar rakyat Aceh sebagai satu-satunya orang yang
48 Sarong Gapi
50 tahun Pulot pantas dan mampu memimpin pemberontakan terhadap Pemerintah
49 Raman Kob
40 tahun Pulot Pusat. Juga benar pula, sebaliknya, Daud Beureu`eh menghadapi
50 Him Amat
Meunasah Mesdjid banyak kesulitan dalam mengendalikan orang-orang kepala batu yang
51 Hasan Gam Blang
11 tahun
tidak sabar untuk bertindak.
Pulot Jadi mungkin saja pemberontakan dicetuskan oleh tindakan
52 Amad Subin
50 tahun
11 tahun Pulot bersenjata yang terburu nafsu yang dilakukan pemuda-pemuda yang
53 Dolah Ahmad
Lam Seunia kena hasut dengan tujuan menyerobot senjata dari Polisi, dengan
54 Hajem Husen
18 tahun
Lam Seunia begitu memaksa melaksanakan rencana yang dibuat pada awal 1953
55 Ma’e Riek
40 tahun
yang realisasinya telah ditangguhkan sesudah pembicaraan antara Lam Seunia Hatta dan Daud Beureu`eh. Daud Beureu`eh, yang kini menyadari
56 Mud Leupoh
55 tahun
Deah Mamplam bahwa dia akan termasuk mereka yang pertama-tama akan ditangkap
57 Itam Him Idi
35 tahun
Deah Mamplam pada tanda pertama pemberontakan, lalu tidak punya pilihan lain
58 Bunthok Musa
14 tahun
Deah Mamplam kecuali ikut dan menerima pimpinan pemberontakan. Bahwa Daud
59 Djuned Adam
11 tahun
Beureu`eh benar-benar mengalami kesulitan dalam mengendalikan Meunasah Bak U kaum radikal muda diungkapkan Amelz yang menyatakan, terdapat
60 Zainun Petua Hasjem
12 tahun
Lam Seunia Peg. P.U. suara-suara yang menuntut bertindak cepat terdengar dalam sebulan
61 Harun Tjapik
40 tahun
Lam Seunia sebelum pemberontakan meletus. Permintaan bertindak oleh orang-
62 Hassan K/ Adjad
35 tahun
Lam Seunia/Pulot orang muda ini didorong keadaan yang bertambah tegang, maupun
63 Min Hassan Bile
20 tahun
karena khawatif akan kemungkinan langkah represif dari pihak Meunasah Pulot
64 Dullah Teupin
50 tahun
59 Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu’eh, Jilid I (Jakarta: Kronik Kementerian
Dan 4 orang lagi yang tidak dikenal namanya dengan pasti.
Penerangan (t.t.), hlm. 263.
13 Tgk. Ahmad Wk. Deurih
Pemerintah. 60 Tetapi pemimpin-pemimpin yang lebih tua berhasil 14 Keutjhik Budiman
40 tahun
Lam Seunia
untuk sementara waktu membungkam suara-suara ini. 15 Itam Pw. Harun
Teori yang menyatakan beberapa pemimpin ditangkap tak terduga-duga oleh mereka akan menjelaskan beberapa
16 Muhammad Ali Pt. Harun
12 tahun
Pulot
perkembangan yang terjadi pada minggu-minggu pertama sesudah 17 Agam Amik
ini. Walaupun tampaknya dipersiapkan secara baik, dengan serangan 18 Abu Atjeh
30 tahun Pulot
yang dilancarkan sekaligus pada kota-kota di seluruh Aceh, ada 19 Daod Ahmad
25 tahun
Meunasah Bak U
11 tahun
Lam Seunia
beberapa kenyataan yang membuktikan kekurangan persiapan tertentu dari peristiwa ini. Pada saat serangan atas pos polisi di
20 Muhammad Ali S.G.B.
12 tahun
Pulot
Peureulak oleh pasukan Darul Islam yang dipimpin Ghazali Idris pada 21 Abdurrahman (Puasa)
19 September, yang menandai awal pemberontakan yang 22 Seuman Beurahim
25 tahun Lajeun
sesungguhnya, Daud Beureu`eh masih di Banda Aceh. Di samping itu, 23 Su’id Pante
11 tahun
Meunasah Bak U
13 tahun
Lam Seunia
pemimpin-pemimpin lainnya belum kem-bali dari Medan tempat mereka menghadiri pesta olahraga nasional.
24 Seuman Rachman
14 tahun Pulot
Kongres ‘Alim Ulama se-Indonesia, yang telah berlangsung di 25 Junus Main (Barat)
Medan pada bulan April 1953, di mana Teungku Muhammad Daud 26 Mahmud Tgk. Hassan
30 tahun
Meunasah Bak U
Beureu`eh memegang pucuk pimpinan selaku Ketua Umumnya, di 27 Him Blang
25 tahun
Lam Seunia
antara lain dengan suara bulat dan sepakat, telah mengambil 28 Gam Him
25 tahun
Deah Mamplam/Pulot
45 tahun
Deah Mamplam/Pulot
keputusan: “Memperjuangkan dalam pemilihan umum yang akan datang supaya negara RI ini menjadi Negara Islam Indonesia. ”
29 Agam Nago
Demikianlah salah satu keputusan, keputusan yang harus 30 Amat Pintjang
12 tahun Mesdjid
diperjuangkan dengan segenap fikiran dengan segenap tenaga dan 31 Amin Sani
30 tahun
Meunasah Mesdjid
harta benda dan jika perlu dengan berkuah darah, seluruh ummat 32 Jusuf Ahmad
Islam di bawah pimpinan ulama-ulamanya harus dapat bersatu dan berjuang untuk meng-Islamkan RI ini. Sekalian Alim Ulama dan cerdik
33 Hasjem Rahman
pandai yang hadir dalam Kongres di waktu itu telah berjanji dengan 34 Hassan Nipah
35 tahun Pulot
dirinya sendiri dan dengan Allah secara bai’ah (bersumpah) betapa 35 Toke Su’id
100 tahun Pulot
pun susah dan sukarnya pasti segenap keputusan yang telah 36 Gam Lam Kawe
50 tahun
Meunasah Bak U
50 tahun
Lam Kawe
diambilnya itu akan dilaksanakannya.
Sebagai langkah pertama para kongresisten sekembalinya ke 38 Sufi Kama
37 Ahmad Mese
12 tahun
Lam Seunia
30 tahun
Meunasah Bak U
39 60 Utoh Ma’e 35 tahun Meunasah Bak U Bagian Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu’eh, Jilid I (Jakarta: Kronik
Kementerian Penerangan (t.t.), hlm.262.
daerahnya masing-masing akan menyarankan dan menyampaikan
17 Mahmud Kandih
16 tahun
Tani
Gampong Birek
segenap putusan kongres kepada umum, laki-laki dan perempuan,
18 Nago Baroih
35 tahun
Tani
Gampong Birek
supaya segenap ummat Islam dapat mengetahui isi kongres tersebut
untuk dijadikan pedoman manakala nanti sampai da’wah kepada Gampong Birek mereka. Begitu juga supaya tiap kaum muslimin dalam pemilihan
19 Nja’ Main Tgk. Leman
27 tahun
Tani
20 Berahim Kaoh
23 tahun
Tani
Gampong Birek
umum yang akan datang akan memilih Islam sebagai dasar negaranya.
21 Nja’ Ali Idris
35 tahun
Jualan
Seungko Mulat
Para ulama yang insaf dan sadar akan ketinggian Agama Islam, agama
22 Nja’ Harun
25 tahun
Jualan
Seungko Mulat
yang menjamin hidup berbahagia dunia dan akhirat, agama yang
tinggi, tidak ada yang lebih wajib dita’ati oleh segenap muslim yang Seungko Mulat beriman penuh kepada Allah dan Sunnah Rasul, harus dihormati,
23 Nja’ Leman
30 tahun
Jualan
24 Amin Kareung
25 tahun Tani
Kareung
dipelihara diperjuangkan dan dipertahankan menjadi Undang-undang
25 Harun Hasim
dasar hidup dan harus pula menjadi Undang-undang Dasar Negara.
Sebab mereka telah muak menonton, melihat, betapa kakafiran-
T abel 3
kekafiran ummat manusia, yang telah mencemoohkan dan menghina Daftar Nama-Nama Syuhada Korban Pembantaian di Pulot, Leupung, Aceh terus-menerus Nabi Muhammad SAW, Al Qur’an dirobek-robek, Besar, pada tanggal 29 Februari 1955 yang dilakukan oleh TNI, Batalyon 142, diinjak-injak, dijadikan bungkusan pisang-goreng, dipalsukan, dibakar, Peleton 32 (Berdasarkan Laporan Abdul Wahab, Bupati/Kepala daerah dihinakan sebagaimana perlakuan Kartawinata dan sebagainya. Kabupaten Atjeh Besar, 3 Maret 1955) Malahan Pemerintah Indonesia sendiripun telah berani bertindak
dengan tegas, melarang beberapa ayat Allah itu dibaca di radio RI
Tempat Tinggal Jakarta, dengan mencoret ayat dan hadist yang menjadi keimanan
No. Nama yang Meninggal
Umur
Meunasah Bak U ummat Islam sedunia, dengan dikatakan mengganggu ketentraman
1 Tgk. Muhammad Chalud
45 tahun
Meunasah Bak U umum, dan sebagainya.
2 Tgk. Muhammad Daud
50 tahun
Lam Seunia Memperhatikan juga betapa kecurangan-kecurangan alat Negara
3 Tgk. Hassan
55 tahun
40 tahun Mesdjid yang memeras rakyat, baik dari sudut lalu lintas, dari sudut
4 Pawang Husen
40 tahun Mesdjid besarnya sudah berjangkit penyakit korupsi yang dimainkan pegawai
perdagangan di berbagai jawatan. Memperhatikan juga betapa
5 Pawang Hasim
Lam Seunia negeri Tinggi, menengah dan bawahan yang membuat Negara
6 Pawang Ali
27 tahun
27 tahun Pulot bangkrut karenanya. Dengan dasar pertimbangan inilah para ulama
7 Pawang Hassan
Meunasah Bak U telah muak dengan sistem pemerintahan. Pancasila, yang sesung-
8 Pawang M. Sjaref Ahmad
25 tahun
Meunasah Bak U perubahan-perubahan yang sesuai dengan jiwa dari ummat yang 90%
guhnya telah menjadi pengetahuan umum, dan memerlukan adanya
9 Pawang Baharuddin (Laud) 25 tahun
40 tahun Pulot memeluk agama Islam.
10 Pawang Harun
Lam Seunia Para ulama dengan tegas telah berjanji bahwa untuk menyempur-
11 Pawang M. Ali
45 tahun
12 Pawang Jusuf Pukat Pari
35 tahun
Lam Seunia Lam Seunia
ada daya upaya yang lain selain sekembalinya ke daerah masing- dengan rakyat setempat atau memaksa penduduk desa maju di
masing mengajak rakyat memperjuangkan Negara Islam dalam pemi- barisan depan. Tabel-tabel di bawah ini menjelaskan secara detail
lihan umum dan konstituante nanti, bahkan jika dengan itu tidak di- betapa anak-anak telah menjadi syuhada muda, korban yang tak
capai kemenangan, secara ilegal pun harus ditempuh. Mungkin de- berdosa:
ngan tekad yang bulat itulah para ulama sekembalinya ke daerahnya
Tabel 2
masing-masing lalu mengadakan rapat umum di mana-mana me- nyampaikan segenap keputusan Kongresnya yang baru itu. Oleh
Daftar Nama-Nama Syuhada Korban Pembantaian di Tjot Jeumpa, Lhoong, karena itulah maka terdengarlah adanya rapat-rapat umum di mana- Aceh Besar pada Tanggal 26 Februari 1955 yang dilakukan oleh TNI, Batalyon mana terutama di daerah Aceh, di mana ketua umumnya sendiri 142, Peleton 32 (Berdasarkan Laporan Abdul Rachman Ms, Assisten Wedana
Kecamatan Lhoong, 28 Februari 1955) Teungku Muhammad Daud Beureu`eh menjelajah seluruh daratan
Tanah Rencong memaparkan keputusan Kongres ‘Alim Ulama, di mana
Tempat
No. Nama yang Meninggal Umur
Pekerjaan
antara lain diajaknya agar dalam pemilihan umum nanti ummat Islam
Tinggal
harus memilih blok Islam, jika benar-benar menghendaki adanya
1 Ali Lam Beurahim
16 tahun
Buruh P.U.
Gampong Birek
negara Islam. ***
2 Abdullah Ali
16 tahun
Tani
Gampong Birek
3 Zainul Sjam
22 tahun
Bekas M.S.G.B.
Gampong Birek
4 Amat Lampoh U
18 tahun
Tani
Gampong Birek
5 Umar Kadir
20 tahun
Tani
Gampong Birek
6 Beurahim Baroih
25 tahun
Tani
Gampong Birek
7 Abdul Rani Ali
14 tahun
Tani
Gampong Birek
8 Husen Bileu
25 tahun
Tani
Gampong Birek
9 Nja’ Hasjim Bn. Blang
25 tahun
Tani
Gampong Birek
10 Usuh Nago
14 tahun
Tani
Gampong Birek
11 Amin Husen
20 tahun
Tani
Gampong Birek
12 Saleh Musa
25 tahun
Tani
Gampong Birek
13 Nja’ Hasjim Musa
14 tahun
Tani
Gampong Birek
14 Abd. Rani
25 tahun
Tani
Gampong Birek
15 Leman Limah
25 tahun
Tani
Gampong Birek
16 Nja’ Oenoh
16 tahun
Tani
Gampong Birek Gampong Birek
penduduk desa yang tidak berdosa. 26
Menurut laporan, dua peristiwa yang paling hebat adalah di Cot Jeumpa dan Pulot Leupung, dua desa dekat Banda Aceh di Aceh Besar, suatu daerah yang dianggap aman oleh Angkatan Darat, pada Februari 1955. Kedua peristiwa ini disingkapkan harian Peristiwa, yang terbit di Banda Aceh. Menurut berita Peristiwa, pasukan Republik pada 26 Feb- ruari menangkapi semua penduduk Cot Jeumpa dan menembak mati mereka semua. Peristiwa yang serupa terjadi dekat Pulot Leupung dua hari kemudian. Peristiwa mengatakan, dalam kedua kejadian ini kira- kira dua ratus orang seluruhnya terbunuh, termasuk anak-anak. Tetapi versi yang dikemukakan Tentara berbeda. Dengan tidak menyangkal besarnya jumlah kematian, mereka berusaha memberi alasan dengan mengatakan, korban-korban ini semua tewas dalam pertempuran. Beberapa hari sebelum kejadian-kejadian ini, juru bicara Angkatan Darat menjelaskan, tembakan-tembakan dilepaskan terhadap sebuah truk tentara pada sebuah jembatan dekat Cot Jeumpa. Salah sebuah peluru mengenai tank bensin, truk terbakar, akibatnya lima belas prajurit mati terbakar. Jebakan itu dipasang Pawang Leman, bekas mayor pada zaman revolusi dan bekas camat setempat. Keterangan yang dikumpulkan Tentara Republik menyatakan, rakyat setempat pada hari yang nahas itu menyuruh pulang kembali semua lalu lintas— kecuali truk tentara itu—dengan dalih bahwa jembatan putus. Menurut sumber yang sama, Pawang Leman telah menghasut rakyat untuk memulai perang sabil. Kemudian komandan pasukan Angkatan Darat setempat memutuskan menyelidiki berdasarkan keterangan ini, dan mengirimkan sebuah patroli ke Cot Jeumpa. Di sini patroli ini ditembaki dan diserang pasukan Darul Islam (dengan ini dimaksudkan rakyat setempat) dengan parang dan pisau dan harus menjawab serangan ini. Hal seperti itu terjadi di Pulot Leupung. Di sini sebuah patroli tentara diserang penduduk desa. Sebuah keterangan lain yang
26 Ibid., 81-112.
menghormati adat istiadat setempat. Dalam hubungan ini mereka diberi tahu bagaimana bersikap sopan dalam menghadapi wanita
Aceh, dengan menasihatkan mereka, bila ingin kawin dengan seorang
gadis setempat, agar menghubungi orang tuanya dan kerabatnya, dan
mengetahui aturan-aturan yang bersangkutan lebih dahulu. 23
Tetapi konflik-konflik yang terjadi bukanlah semata-mata karena
Bab IV
ketidaktahuan. Juga terdapat peri laku menyakitkan hati yang disengaja, maupun kasus-kasus yang di dalamnya kemungkinan ada tuduhan penyiksaan dan pembunuhan. Banyak tuduhan
PENGHAPUSAN PROVINSI ACEH:
sesungguhnya ditujukan pada Angkatan Darat yang dinyatakan
KEGAGALAN POLITIK SOEKARNO
melakukan kejahatan perang dan tindak-tanduk yang tidak senonoh, dan sudah pada Februari 1954 anggota Parlemen Masjumi Muhammad
DAN KEBERHASILAN PROPAGANDA
Nur el Ibrahimy mengusulkan agar dibentuk komisi parlemen untuk menyelidiki apa yang disebutnya tingkah laku yang kejam dan
KARTOSOEWIRJO
sewenang-wenang prajurit-prajurit Republik. 24 Beberapa kasus
menyangkut pelanggaran susila (yang ketat) dari daerah ini. Pada awal 1955 umpamanya, beberapa prajurit Minangkabau memasuki sebuah
desa dekat Banda Aceh dan memerintahkan semua wanita berkumpul, ebagaimana akan kita lihat di dalam uraian di bawah, ketidakmam- kemudian celana mereka-mereka turunkan dengan memperlihatkan
S puan atau kegagalan politik kaum birokrasi dan partai politik telah mengakibatkan bagaimana kekecewaan dan sakit hati rakyat demikian
kemaluan mereka, dan mereka tanyakan pada para wanita ini apakah
kemaluan mereka ini tidak sama indahnya dengan milik pria Aceh. menggumpal. Haluan politik negara RI pun semakin dikuasai kaum Pada kesempatan lain beberapa tawanan perang Aceh dipaksa merah, kaum komunis. Komunisme telah demikian kuat berakar di membandingkan kemaluan mereka dengan kemaluan prajurit masyarakat Aceh yang terkenal —dalam bahasa SM Kartosoerwirjo— Angkatan Darat untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa tidak “Islam-minded Indonesia-minded”. 1 SM Kartosoewirjo, menyebut Re- terdapat perbedaan, dan prajurit Republik pun disunat dan karena itu
publik Indonesia dalam singkatan yang mengejek: RIK (Republik
agar tidak dicap kafir. 25
Indonesia Komunis) alias Pancasila. 2 Dan di saat-saat ketidakcerdasan Peristiwa-peristiwa lain menyangkut perampokan oleh pasukan
birokratik ini terjadi, ide-ide radikal dari SM Kartosoewirjo menyeruak Republik, pembakaran rumah-rumah yang ditinggalkan pemiliknya
1 Lihat S.M. Kartosoewirjo, “Statemen Pemerintah NII Tanggal 5 Oktober 1953” tentang Atjeh, dalam Al Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia, SM
23 Ibid.
Kartosoewirjo , (Jakarta: darul Falah, 1999), bagian lampiran.
24 Ibid., hlm. 124. 2 Ibid. TRI (Tentara Republik Indonesia) dalam bahasa bombastik SM Kartosoewirjo 25 A.H. Gelanggang, Rahasia Pemberontakan Atjeh dan Kegagalan Politik Mr. S.M. Amin,
menjadi TRIK (Tentara Republik Indonesia Komunis. Dari sebutan ini, dapat disimpulkan (Banda Aceh: Pustaka Murni Hati, 1956), hlm. 94, 103.
bahwa “kebencian ideologis” menjadi fondasi perlawanan Darul Islam.
dan mempengaruhi para tokoh ulama Aceh. Ide-ide radikal —dan pejuang mujahidin-pejuang mujahidin Darul Islam di Aceh untuk terkadang sinis serta emosional ini menjadi hal yang sangat menarik
menghentikan perjuangan mereka dan berunding dengan Republik
telah gagal. Gubernur baru Sumatera Utara, S.M. Amin, melakukan di Aceh yang masih belum pulih dari luka serangkaian konflik
hati kaum Islam di Aceh. 3 Kejadian ini terjadi demikian cepat sehingga
surat-menyurat dengan pemimpin-pemimpin pejuang mujahidin yang (Cumbok, Sajid Ali), dengan mudah menerima pengaruh pemikiran-
terkemuka sejak akhir 1953. Walaupun dia sendiri bukan orang Aceh pemikiran radikal SM Kartosoewirjo sebagai healing anti-dote
(dia sendiri seorang Batak Mandailing), hubungan Amin dengan mengobati sakit hati dan frustasi. Dalam beberapa minggu
Teungku Daud Beureu`eh dan rekan-rekannya yang akrab baik. penangkapan Sajid Ali terjadi konflik baru, kali ini mengenai maksud
Sebenarnya, pengangkatannya sebagai pengganti Abdul Hakim, yang Pemerintah Pusat untuk menggabungkan Aceh ke dalam provinsi
menjauhi pemimpin-pemimpin Aceh dengan sikapnya, sebagian Sumatera Utara. Seperti juga "revolusi sosial" dan perbantahan
adalah karena didorong perkenalannya yang akrab dengan pemimpin- mengenai pembagian kekuasaan ekonomi, politik, dan militer,
pemimpin ini. 21 Karena, selama masa Jepang dia menjadi kepala perbedaan tentang status administratif Aceh tetap merupakan
sekolah menengah di Banda Aceh, sedangkan kemudian dia menjadi penyebab ketidakpuasan dan perpecahan selama bartahun-tahun.
anggota mahkamah pengadilan di Sigli bersama Usman Raliby dan Ketidaksensitivitasan pemerintah, khususnya kalangan birokrasi, telah
Hasan Aly. Sesudah proklamasi kemerdekaan ia menjadi anggota dan menggumpalkan perasaan memberontak yang begitu menggunung di
kemudian, Januari 1946,-Ketua Dewan Perwakigan Rakyat Daerah kalangan rakyat Aceh. Akibat ketidak pedulian setitik, rusaklah belanga
Aceh. Kemudian menyusul pula pengangkatannya sebagai gubernur rakyat: kekeceewaan, keputusasaan, pemberontakan pun muncul di
Sumatera Utara.
mana, bukan hanya di Aceh, melainkan di seantero Indonesia. Pimpinan tentara mengakui, tingkah laku yang tidak senonoh para Sebagaimana akan kita lihat di bawah ini, birokrasi eksekutif
prajuritnya sendiri menambah keberhasilan propaganda Darul Islam. 22 pemerintah justru melakukan hal yang tidak penting sementara hal
Prajurit-prajurit dari luar daerah—Batak Minangkabau, dan Jawa— penting tidak dilakukan. Sakit hati dan marah adalah ekspresi wajar
kadang-kadang sangat menyakitkan hati orang Aceh dengan kelakuan dari ethos yang tidak cerdas seperti ini. Bahkan penentangan terhadap
mereka. Untuk memperbaiki hal ini Angkatan Darat mengeluarkan provinsi Sumatera Utara dan makin bertambahnya campur tangan
perintah kepada anggotanya agar berlaku baik terhadap rakyat Pemerintah Pusat dan Provinsi menjadi salah satu sebab langsung
setempat, dengan memberikan keterangan tentang masyarakat Aceh pecahnya pemberontakan Darul Islam di sini.
maupun nasihat bagaimana harus bersikap dalam masyarakat ini. Peristiwa DI/TII yang meletus di Aceh tahun 1953 merupakan
Demikianlah mereka dilarang memasuki masjid memakai sepatu dan suatu peristiwa yang cukup kompleks yang diakibatkan oleh faktor
main judi serta minum minuman keras, dan diperingatkan agar yang cukup kompleks pula. Meskipun hampir semua ahli sepakat bahwa penghapusan otonomi merupakan salah satu faktor sentral
21 Ketika Amin diangkat, dua puluh partai dan organisasi, di antaranya Masyumi, GPII
yang menyebabkan terjadinya gerakan ini, tetapi tidak semua setuju
dan Muhammadiyah mendesak agar Abdul Hakim terus menduduki jabatannya. Partai-
bahwa faktor penghapusan otonomi sebagai satu-satunya faktor
partai yang menentang termasuk PKi, yang ingin Abdul Hakim segera dipecat.
terjadinya Peristiwa DI/TII Aceh. Dalam hal ini penulis juga sepakat
Persoalannya adalah politik agraria Abdul Hakim; PKI menyatakan dia bertanggung jawab tentang penangkapan para petani Bagian Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu`eh,
(Jakarta: Kronik Kementerian Penerangan, t.t., Jilid I), hlm. 369-370.
3 Wawancara dengan Ishak Ibrahim, Banda Aceh, 24 Juli 2006.
22 Ibid.
rakyat setempat atau memaksa penduduk desa maju di barisan depan. dengan kelompok yang disebutkan terakhir, dengan alasan terdapat Pembunuhan di Cot Jeumpa dan Pulot Leupung menimbulkan
selisih waktu yang cukup lama (sekitar 3 tahun) antara penghapusan protes hebat dari organisasi-organisasi Islam dan Aceh. Front Pemuda
otonomi dengan meletusnya DI/TII. Penulis berpendapat bahwa di Aceh mengancam akan melaporkan peristiwa ini kepada Perserikatan
samping penghapusan otonomi yang telah berakibat pada Bangsa-Bangsa dan negara-negara Konferensi Asia-Afrika, bila tidak
kekecewaan yang cukup dalam pemimpin Aceh dan telah ditindak demi keadilan dan suatu penyelidikan dimulai Pemerintah.
menimbulkan ketegangan hubungan Aceh dengan Pemerintah Pusat, Dalam Parlemen pernyataan-pernyataan diajukan Muhammad Nur el
juga akibat-akibat yang ditimbulkan setelah penghapusan otonomi Ibrahimy, Amelz, dan Sutardjo Kartohadikusumo. Di pihak Pemerintah
yang dalam banyak aspek sangat merugikan masyarakat Aceh yang Menteri Dalam Negeri dikirim ke Aceh, sedangkan wakil-wakil Staf
semakin memicu meletusnya DI/TII. Untuk mendukung pendapat Tentara Pusat dan Jaksa Agung pun mengunjungi daerah itu.
tersebut akan diuraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Aceh Selanjutnya, gubernur Sumatera Utara, S.M. Amin, mulai penyelidikan.
menjelang meletusnya Gerakan DI/TII.
Ketika mengunjungi kedua desa itu didapatinya Cot Jeumpa seluruhnya kosong, sedangkan di Pulot Leupung semua mereka yang
A. Penghapusan Status Provinsi Aceh dan Reaksi Masyarakat
luput dari pembantaian telah lari ke gunung. Sesudah ini Perdana
Aceh
Menteri Ali Sastroamidjojo memberikan keterangan kepada DPR atas Setelah Negara Kesatuan terbentuk kembali pada tahun 1950 dan nama Pemerintah dalam pertengahan April. Keterangan tentang pemerintah mengadakan penyederhanaan administrasi pemerintahan, peristiwa-peristiwa ini tidak berbeda dengan yang dikemukakan
maka beberapa daerah mengalami penurunan status. Salah satu di Angkatan Darat. antaranya adalah Aceh yang diturunkan statusnya dari daerah
Pasukan Darul Islam sendiri juga dituduh melakukan kejahatan dan istimewa 4 menjadi Keresidenan di bawah provinsi Sumatra Utara. 5 pembantaian besar-besaran. Demikianlah dinyatakan, mereka telah
Keputusan membubarkan Provinsi Aceh itu akibat persetujuan antara membunuh lebih dari 200 tawanan di dekat Lammeulo, daerah tempat
RI dan RIS untuk membentu negara kesatuan, sehingga lahir PP No. 21 mulainya revolusi sosial, ketika dipaksa mundur ke sini Oktober 1953.
Tahun 1950 tanggal 20 Agustus 1950 yang menetapkan bahwa Bicara tentang peristiwa yang sama ini, komisi parlemen melaporkan
Indonesia terdiri atas 10 provinsi, 3 provinsi di antaranya di Sumatra terbunuhnya secara keji 123 anggota PNI, 120 anggota PKI dan 28
yaitu Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Tengah dan Provinsi anggota Perti sesudah kunjungannya ke Aceh. 20 Sumatra Selatan. Akibatnya, Provinsi Aceh harus dilebur ke dalam
Peristiwa yang menyangkut pasukan Republik digunakan mereka
yang menyetujui penyelesaian damai untuk mendesak sekali lagi
4 Provinsi Aceh terbentuk berdasarkan Ketetapan Pemerintah Darurat Republik
diadakan perundingan dan diberikan konsesi kepada beberapa
Indonesia, dalam bentuk peraturan Wakil Perdana Menteri pengganti Peraturan
tuntutan kaum pejuang mujahidin. Sejauh ini upaya untuk meyakinkan
Pemerintah tanggal Kutaraja, 17 Desember 1949 No. 8/Des/W.K.P.M., dengan Tgk. M. Daud Beureu`eh sebagai Gubernur. Lihat S. M. Amin, Kenang-Kenangan dari Masa Lampau, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1978), hlm. 82-83. Lihat juga T. Ibrahim Alfian, Wajah Aceh dalam
19 Bagian Dokumentasi, Sekitar Peristiwa Daud Beureu`eh, (Jakarta: Kronik Kementerian
Lintasan Sejarah , (Banda Aceh: PDIA, 1999), hlm. 214.
Penerangan, t.t., Jilid III), hlm.272-442. 5 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional 20 Ibid., hlm. 149.
Indonesia IV , (Jakarta: Depdikbud dan Balai Pustaka, 1993), hlm. 271.
Provinsi Sumatra Utara dengan ibukota Medan. 6 netral, dapat ditarik ke pihak pemberontak karena dakwah yang Sebelum kebijakan tersebut diimplementasikan pada bulan Maret
mereka lakukan.
1950 Pemerintah Pusat di Yogyakarta mengirimkan sebuah “Panitia Menurut laporan, dua peristiwa yang paling hebat adalah di Cot Penyelidik” yang diketuai Menteri Dalam Negeri Mr. Susanto Tirtopro-
Jeumpa dan Pulot Leupung, dua desa dekat Banda Aceh di Aceh Besar, djo untuk mengadakan penyelidikan di Aceh. Pada tanggal 13 Maret
suatu daerah yang dianggap aman oleh Angkatan Darat, pada Februari 1950 diadakan pertemuan dengan instansi-instansi pemerintah da-
1955. Kedua peristiwa ini disingkapkan harian Peristiwa, yang terbit di erah. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah Gubernur Aceh Tgk. M.
Banda Aceh. Menurut berita Peristiwa, pasukan Republik pada 26 Daud Beureu`eh, Residen T. M. Daud Syah, Ketua DPR Provinsi Aceh
Februari menangkapi semua penduduk Cot Jeumpa dan menembak Tgk. Abdul Wahab, anggota-anggota Dewan Pemerintahan Daerah
mati mereka semua. Peristiwa yang serupa terjadi dekat Pulot Leupung Provinsi Aceh T. M. Amin, O.K.H. Salamuddin, A.R. Hasyim, Abdul Gani,
dua hari kemudian. Peristiwa mengatakan, dalam kedua kejadian ini Ketua DPR Kabupaten Aceh Besar Zaini Bakri, Bupati Aceh Besar T.A.
kira-kira dua ratus orang seluruhnya terbunuh, termasuk anak-anak. Hasan, dan Kepala Kejaksaan Hasan Ali. Dalam pertemuan tersebut
Tetapi versi yang dikemukakan Tentara berbeda. Dengan tidak Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa Pemerintah Pusat belum
menyangkal besarnya jumlah kematian, mereka berusaha memberi menetapkan adanya Provinsi Aceh dan maksud kedatangan panitia
alasan dengan mengatakan, korban-korban ini semua tewas dalam adalah untuk mengumpulkan bahan guna dijadikan pertimbangan
pertempuran. Beberapa hari sebelum kejadian-kejadian ini, juru bicara perlu tidaknya diadakan Provinsi Aceh. Menurutnya hal ini sangat pen-
Angkatan Darat menjelaskan, tembakan-tembakan dilepaskan ting dilakukan Pemerintah karena ketika Ketetapan Wakil Perdana
terhadap sebuah truk tentara pada sebuah jembatan dekat Cot Menteri mengenai pembentukan Provinsi Aceh diserahkan kepada
Jeumpa. Salah sebuah peluru mengenai tank bensin, truk terbakar, Parlemen, beberapa anggota parlemen menyatakan tidak
akibatnya lima belas prajurit mati terbakar. Jebakan itu dipasang menyetujuinya. 7 Pawang Leman, bekas mayor pada zaman revolusi dan bekas camat
Pertemuan antara Menteri Dalam Negeri dengan instansi-instansi setempat. Keterangan yang dikumpulkan Tentara Republik
menyatakan, rakyat setempat pada hari yang nahas itu menyuruh tegang dan tidak mencapai suatu hasil. Hampir semua unsur
pemerintahan di Aceh 8 tersebut menimbulkan suasana yang sangat
pulang kembali semua lalu lintas—kecuali truk tentara itu—dengan Pemerintahan Aceh yang hadir bersikeras untuk tetap
dalih bahwa jembatan putus. Menurut sumber yang sama, Pawang mempertahankan status Provinsi Aceh. Gubernur Tgk. M. Daud
Leman telah menghasut rakyat untuk memulai perang sabil. Kemudian Beureu`eh dengan tajam mengemukakan antara lain bahwa keinginan
komandan pasukan Angkatan Darat setempat memutuskan rakyat Aceh untuk me-ngatur rumah tangganya sendiri, sudah
menyelidiki berdasarkan keterangan ini, dan mengirimkan sebuah patroli ke Cot Jeumpa. Di sini patroli ini ditembaki dan diserang
pasukan Darul Islam (dengan ini dimaksudkan rakyat setempat)
Hasan Saleh, Mengapa Aceh Bergolak, ( Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992), hlm. 127.
dengan parang dan pisau dan harus menjawab serangan ini. Hal
7 S. M. Amin, op. cit., hlm. 86.
seperti itu terjadi di Pulot Leupung. Di sini sebuah patroli tentara
8 Semua unsur vital Pemeritahan Provinsi Aceh saat itu dipegang oleh aktivis Per-
diserang penduduk desa. Sebuah keterangan lain yang dikeSuarkan
satuan Ulama Seluruh Aceh. Lihat M. Isa Sulaiman, Sejarah Aceh, Sebuah Gugatan Terhadap
menekankan, tidaklah mungkin membedakan gerilyawan dari
Tradisi , (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 222.
penduduk desa biasa, karena para gerilyawan telah bercampur dengan penduduk desa biasa, karena para gerilyawan telah bercampur dengan
Hatta yang kebetulan sedang berada di Kutaraja pada Bulan daerah yang dianggap Pemerintah Repubtik relatif aman—Darul Islam
Nopember. Wakil Presiden menyatakan persetujuannya memberikan menjadi lebih aktif, sebagian akibat kemarahan terhadap tingkah laku
otonomi kepada daerah Aceh. Gubernur melanjutkan bahwa” apalagi pasukan Republik dan sebagian karena gerakan pasukan Tentara Islam.
Provinsi Aceh telah berdiri dan kami ingin supaya Provinsi ini tetap Pada awal 1955 Hasan Saleh pindah dari Pidie ke Aceh Barat. Sesudah
berdiri”. 9
meninggalkan saudaranya Ibrahim Saleh memimpin di sini, dia lalu Ketua DPR Provinsi Tgk. Abdul Wahab dengan penuh emosi terus ke Aceh Timur, dengan tujuan terakhir Tapanuli. Pasukannya di
mengatakan bahwa “Aceh berjiwa Islam”, “Telah banyak jiwa dan harta Aceh Timur diperkuat satuan-satuan yang dipimpin Banda Chairullah,
kami korbankan dalam mengadakan revolusi mengejar kemerdekaan”. yang juga berasal dari Pidie. Pasukan lain dari Pidie, yang dipimpin A.G.
Pendapat dengan penuh emosi dan mengandung ancaman Mutiara, masuk di Aceh Barat. 17 dikemukakan oleh Ketua DPR Kabupaten Aceh Besar Zaini Bakri, yaitu
Lebih daripada sebelumnya, Darul Islam di Aceh kini juga berusaha “Jikalau Aceh tidak menjadi daerah Provinsi, mungkin Pemerintah merugikan Pemerintah Republik secara ekonomis. Bukan saja mereka
Pusat tidak akan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terus melakukan upaya mengganggu perhubungan, tetapi juga
terjadi”. 10
menujukan serangan pada bermacam perkebunan dan perusahaan Sekitar lima bulan berlalu setelah pertemuan rombongan Menteri industri. Sejumlah perkebunan damar di Aceh Tengah diserang dan
Dalam Negeri dengan Pemerintahan Daerah Aceh yang menegankan dibakar. Di Aceh Timur ladang-ladang minyak menjadi sasaran
tersebut, belum juga ada keputusan Pemerintah Pusat mengenai serangan kaum pemberontak. Gerilyawan mencatat salah satu hasilnya
persoalan Provinsi Aceh. Sebaliknya, Provinsi ini sendiri berjalan yang terbesar pada Maret 1955, ketika meleka menyerang Pelabuhan
dengan memuaskan. Gubernur, Dewan Perakilan Daerah, dan Dewan Kuala Langsa, dengan membakari semua gudang (hanya gudang KPM
Pemerintahan Daerah menjalankan tugas masing-masing seperti biasa, yang luput secara misterius), dan mengakibatkan banyak sekali
seakan-akan tidak ada sesuatu hal yang yang menjadi persoalan bagi kerugian. 18 kelanjutan hidup Provinsi ini. Meskipun demikian, pimpinan-pimpinan
Sulit sekali Tentara Republik menumpas kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah tetap gelisah selama belum ada pengesahan gerilyawan. Pada 1956 Komando Militer Sumatera Utara terpaksa
Provinsi oleh Pemerintah Pusat. Untuk mendapatkan kepastian mengakui, semangat tentara pemberontak—yang kekuatannya
tersebut, pada tanggal 12 Agustus 1950 Dewan Perwakilan Rakyat ditaksir 1.400 orang—tinggi, musuh mempunyai pendukung dan
Provinsi mengadakan sidang dang mengeluarkan Mosi dengan simpatisan di hampir setiap desa. Di Aceh, demikian dinyatakan, satu
tuntutan “Aceh minta tetap jadi provinsi sendiri”, dengan berbagai syarat utama untuk melakukan perang gerilya dengan berhasil
pertimbangan, yaitu pengetahuan, ekonomi, geografi, sosiologi, terpenuhi, yaitu dukungan rakyat setempat. Bahkan orang-orang yang
agama, kebudayaan, politik, dan keuangan. “Aceh berlainan pada mulanya menentang Negara Islam Indonesia, atau bersikap
Ibid., hlm. 130, 132. 9 S. M. Amin, loc. cit.
A.H. Gelanggang, Rahasia Pemberontakan Atjeh dan Kegagalan Politik Mr. S.M. Amin, 10 Ibid., hlm. 86-87. (Banda Aceh: Pustaka Murni Hati, 1956) hlm. 115-119.
kepentingan dengan Sumatera Timur dan Tapanuli, berlainan adat Aceh Besar (di sini kaum pemberontak bergerak hanya beberapa mil istiadat, berlainan agama dengan Tapanuli Utara. Hal-hal ini dapat
dari Banda Aceh), Kabupaten Pidie (tempat Teungku Daud Beureu`eh menimbulkan masallah-masallah yang bersifat perentangan-
memusatkan pemerintahan sipil dan militernya), Kabupaten Aceh pertentangan dalam rumah tangga di mana ter-masuk Aceh, Tapanuli
Utara dan daerah Takengon di Aceh Tengah—daerah-daerah tempat dan Sumatera Timur. Kami menuntut rumah tangga Aceh sendiri, di
kaum pemberontak yang paling kuat—dilanjutkan bantuan militer. mana kami dapat mengurus hal-hal dan kepen-tingan-kepentingan
Di daerah-daerah yang belakangan ini Darul Islam tetap sangat kami tanpa dihalang-halangi oleh anggota-ang-gota rumah tangga
aktif. Di desa-desa di bawah pengawasannya ini mereka menetapkan yan berlainan pandangan hidup, adat istiadat, agama, dan
pajak— dalam beberapa hal juga dikenakan pada guru-guru sekolah kepercayaan”. 11 dan para pejabat Pemerintah Republik yang terus bekerja —,
Melihat kegelisahan masyarakat Aceh Pemerintah Pusat mengirim melakukan pencatatan perkawinan dan perceraian, dan pada rombongan kedua dengan tugas meneliti perkembangan keadaan di
umumnya menjalankan hukum, mengadili kasus-kasus kejahatan rutin Aceh, sehubungan dengan persoalan Provinsi Aceh ini, tiba di Kutaraja
dan kasus-kasus yang merupakan pelanggaran syariat Islam, seperti pada tanggal 26 September 1950. Rombongan yang dipimpin oleh
membatalkan puasa, dan kadang-kadang juga menjatuhkan hukuman Menteri Dalam Negeri Mr. Assaat ini terdiri atas Menteri Keuangan Mr.
pada mereka yang ragu-ragu mengambil keputusan apakah memihak Syafruddin Prawiranegara, Acting Gubernur Sumatera Utara Sarimin
Negara Islam atau memihak Republik Indonesia. 15
Reksodihardjo, Anggota Persiapan Pembentukan Provinsi Sumatera Dari posisi mereka di gunung-gunung dan hutan-hutan kaum Utara Residen T. M. Daud Syah, Komisaris Besar Polisi Darwin Karim, Ke-
pemberontak terus juga mengganggu lalu lintas dan menyerang pala Polisi Sumatera S. Suparto, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
patroli dan pos-pos tentara, dengan beroperasi dalam kelompok- Sumatera Amelz dan Tgk. M. Nur El Ibrahimy. Delegasi ini mengadakan
kelompok yang kadang-kadang terdiri dari beberapa ratus orang. petemuan dengan pejabat-pejabat Pemerintah Aceh yang terdiri atas
Sekali-sekali mereka lakukan pula serangan pada kota-kota kecil dan Gubernur Tgk. M. Daud Beureu`eh, Bupati-bupati, wakil-wakil Kepala
besar. Pada kunjungan komisi parlemen ke Aceh pada Januari 1954 Negeri, wakil-wakil Jawatan Agama Kenegerian, petugas-petugas Ja-
para anggotanya sempat mencatat beberapa kali tembak-menembak watan Agama, Ulama, dan pemimpin-pemimpin terkemuka. 12 di sekitar Banda Aceh dan Sigli. Selama komisi tinggal di Banda Aceh
Pertemuan kedua ini juga tidak mencapai titik temu antara kedua kaum pemberontak melemparkan bom-bom pembakar dan berusaha belah pihak. Para pemimpin Aceh tetap berupaya mempertahankan
mengadakan pembakaran di dalam kota. 16 Pada 17 Agustus 1954, status provinsi bagi Aceh, yang malahan beberapa pembicara dengan
pasukan Darul Islam memasuki dan menduduki Lamno, yang dikuasai rasa marah dan disertai dengan ancaman seperti Tgk. Amir Husin Al
selama dua hari. Sekitar waktu yang sama mereka menyerang Mujahid dengan ucapan “di dalam soal Provinsi Aceh, saudara-saudara
Seulimeum, juga di Aceh Besar. Tahun berikutnya kaum pemberontak yang bukan warga Aceh jangan campur tangan”, dan Zaini Bakri de-
berusaha memasuki Idi dan menembaki Sigli. Serangan terhadap Idi ngan ucapan “jika otonomi tidak akan diberikan, barangkali saya sen-
merupakan satu petunjuk bahwa juga daerah-daerah lain Aceh ini