Strategi Dakwah

C. Strategi Dakwah

Dari penjelasan yang saya paparkan mengenai pengertian strategi dan pengertian dakwah, maka pengertian masing-masing akan di padukan dalam pengertian strategi dakwah. Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah. 78 Menurut

77 Ibid., h.458 78 Ibid.,h.349

Efendi yang dikutif oleh Moh Ali Aziz, strategi adalah sebagai perencanaan (planning) dan manajeman (management) untuk mencapai tujuan dakwah. Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang harus ditempuh, tetapi juga

berisi taktik operasional. 79 Al-Bayanuni mendefinisikan strategi dakwah sebagai berikut :

ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.

Dari pengertian strategi dakwah di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah adalah cara atau upaya untuk mencapai tujuan dakwah dalam rangka mengajak orang kembali kepada kebaikan agar mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun diakhirat.

Selain membuat definisi strategi dakwah, Al-Bayanuni juga membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu: 80

1. Strategi sentimentil (al-manhaj al-athifi) Strategi ini memfokuskan aspek hati, menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah, hal ini bisa dilakukan dengan memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskannya. Metode dalam strategi ini sesuai dengan mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, dengan dimikian kaum lemah akan merasa dihargai.

Strategi sentimentil ini diterapkan oleh Rasulullah SAW saat menghadapi kaum musyrik makkah. Menekankan aspek kemanusiaan semacam kebersamaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang kepada anak yatim dan sebagainya. Ternyata, para pengikut Nabi Muhammad SAW pada masa awal umumnya berasal dari golongan kaum

79 Ibid., h.351 80 Ibid., 79 Ibid., h.351 80 Ibid.,

2. Strategi rasional (al-manhaj al- „aqli) Strategi rasional yaitu dakwah dengan metode `memfokuskan kepada akal dan pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Dalam al-Quran Allah SWT senantiasa mendorong manusia untuk berpikir dengan selalu mengulang-ulang kalimat; tafakkarun, tadzakkur, nazhar, taammul, i‟tibar, tadabbur dan istibshar. Kalimat-kalimat ini menjadi pendorong

bagi umat manusia agar senantiasa memfungsikan akal pikirannya dalam menimbang dan memutuskan suatu perkara baik yang menyangkut akidah, ibadah dan akhlak.

Nabi menggunakan strategi ini untuk menghadapi argumentasi para pemuka Yahudi yang terkenal dengan kecerdikannya. Saat ini kita menghadapi orang-orang yang terpelajar, ateis dengan membangga- banggakan rasiolannya, aliran-aliran sempalan yang berbeda secara mendasar dari ajaran Islam.Kepada mereka strategi rasional adalah strategi yang paling tepat dilakukan.

3. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi) Strategi ini juga dapat dinamai dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Diatara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah peraktik agama, keteladanan dan pentas drama. Dahulu para nabi juga memperaktikkan strategi ini dengan mempersaksikan mukjizatnya secara langsung. Sekarang kita menggunakan al-Quran untuk

memperkuat argumen atau menolak hasil penelitian. 81 Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka

diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah

81 Ibid , h.351-353.

yang tepat sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah, menurut Asmuni Syukir yang dikutip oleh Samsul Munir Amin asas dakwah yang

harus diperhatikan itu diantaranya adalah: 82

1. Asas filosofis: asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.

2. Asas kemampuan dan keahlian da‟i (Achievment and professionalis): asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da‟i sebagai subjek dakwah.

3. Asas sosiologi: asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah, filosofis sasaran dakwah, sosiol kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

4. Asas psikologi: asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da‟i adalah manusia, begitu pula sasaran dakwah yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

5. Asas aktivitas dan efisien: Maksud asas ini adalah didalam aktivitas dakwah harus diusakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapian hasil, sehingga hasilnya dapat maksimal.

Dengan mempertimbangkan asas-asas diatas, seorang da‟i hanya butuh memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi sebagai objek dakwah.

Strategi dakwah merupakan komponen yang sangat urgen yang tidak bisa diabaikan oleh para da‟i dalam proses berdakwah. Filosofi dakwah

82 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.70-71.

adalah usaha perubahan kearah yang lebih baik, tentu diperlukan strateginya. Seorang da‟i dalam melakukan perannya yang akan dimainkan dalam merubah mad‟u sangat erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan. 83 Dari pemahaman negatif, sempit,

dan kaku berubah menjadi positif dan berwawasan luas. Dari sikap menolak, ragu, berubah menjadi sikap menerima. Dari sikap iman emosional, statis, dan apatis, berubah menjadi iman rasional, kreatif, dan inovatif. Semua itu untuk mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif, dinamis, dan relevan.