Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Dalam Pembangunan Peraturan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
C. Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Dalam Pembangunan Peraturan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan
Peraturan yang dibuat akan menjadi pengatur dan pengikat manusia.Dengan adanya aturan, manusia dalam satu kelompok akan hidup tertib, teratur dan dapat terhindar dari sikap berutal, semaunya atau mau menang sendiri. Pada dasarnya aturan yang ada di Rutan ada tiga macam, yaitu; aturan dari Rumah tahanan, aturan yang dibuat antar warga binaan dan
aturan agama. 139
1. Aturan rumah tahanan Setiap Rumah Tahanan pasti sudahmempunyai aturan yang akan dijalankan oleh warga binaan. Warga binaan harus menjalani aturan tersebut selama berada di Rumah Tahanan. Aturan yang dibuat seperti tidak boleh berkelahi, tidak boleh mencuri, tidak boleh membawa
139 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017 139 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017
Aturan yang ada di penjara tidak hanya dalam aspek larangan saja, akan tetapi aturan itu juga ada dalam aspek pembinaan warga binaan. Dalam pelaksanaan pembinaan bagi warga binaan, Rutan Padang telah menyiapkan paket pembinaan yang akan dilaksanakanwarga binaan, berupa:
a. Manepaling; yaitu singkatan dari masa pengenalan lingkungan. Masa manepaling adalah masa awal yang harus dijalani oleh warga binaan setelah mereka masuk ke Rutan Padang.
b. Pembinaan Intetektual dan wawasan kebangsaan; pembinaan ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan menjadi semakin meningkat, sehingga dapat menunjang kegiatan- kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan Intelektual merupakan suatu pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan fungsi intelektual warga binaan.
c. Pembinaan mental rohani; pembinaan kerohanian bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Esa, sehingga warga binaan dapat menyadari akibat yang akan diterima dari perbuatan yang benar dan yang salah.
d. Pembinaan jasmani;pembinaan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran warga binaan sekaligus mengasah bakat yang dimiliki oleh para warga binaan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: senam pagi, bola voley, badminton, dan tenis meja.
e. Criminion; yaitu pembinaan yang diberikan kepada warga binaan bagaimana cara berkomunikasi kepada orang lain, begitu juga dalam pembinaan mental dan cara bersikap kepada orang lain.
f. Asimilasi (pembauran dengan masyarakat); Pembinaan dibidang ini dapat dikatakan sebagai pembinaan kehidupan sosial kemasyarakatan, yang bertujuan agar bekas narapidana dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakatnya, namun tidak semua warga binaan dapat mengikuti kegiatan ini, hanya warga binaan yang mempunyai perilaku baik dan telah menjalani 1/2 – 2/3 masa pidana.
g. Pembinaan kerja;pembinaan ini bertujuan untuk memberi keterampilan kepada warga binaan jika mereka bebas nanti,keahlian ini bisa menjadi
mata pencahariannya. 140 Rangkaian pembinaan yang sudah disiapkan oleh pihak Rutan sudah
menjadi paket pembinaan yang sudah dimusyawarkan oleh pihak Rutan disertai aturan dan teknikal pelaksanaannya. Inilah yang akan dilalui warga binaan selama berada di Rutan.Mengenai peraturan dan pembinaan yang di berikan pihak Rutan, Salmadanis memberikan penjelasan bahwa peraturan itu tujuannya untuk mereka sendiri, aturan itu dijalankan untuk keamanan dan proses pembinaan mereka, sehingga warga binaan dengan rela dan ridho dalam mengindahkan aturan tersebutdan mengikuti proses pembinaannya.
Dengan adanya aturan dan pembinaan bagi warga binaan, hal ini mempunyai dampak yang sangat baik terhadap perkembangan warga binaandi Rutan Padang,seumpama dalam kasus narkoba, walaupun warga binaan yang terjerat dalam kasus narkoba sudah menjadi pecandu, setelah menjadi warga binaan di Rutan Padangkebiasan buruk ini bisa mereka tinggalkan,Asrulmengatakan; “di rutan ini bisa dipastikan ziro narkoba (bersih dari narkoba) walaupun warga binaan dari kasus nakroba di Rutan
ini mencapai 30%. 141 ”
140 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang 141 Asrul, Ka. Subsi Pelayanan Tahanan Rutan Padang, wawancara langsung,19 Januari
2. Aturan antar warga binaan Sebagai warga binaan yang homogen yang terdiri dari berbagia wilayah, profesi, dan pendidikan yang berbeda, tentunyamereka juga membuat aturan untuk menciptakan kebersamaan; baik aturan dalam beribadah, bersosial, dan bekerja. Dalam pelaksanaan ibadah ada beberapa aturan yang mereka sepakati, seperti aturan dalam pelaksanaan shalat berjamaah dan mengikuti pengajian,dalam pelaksanaannya mereka membuat sistem absensi. Dengan adanya absen keaktifan dan perkembangan ibadah warga binaandapat dipantau. Hasil dari absen yang dibuat akan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Rutan dalam pemberian remisi, cuti mengunjungi keluarga (CMK), cuti menjelang bebas (CMB), pelepasan bersyarat (PB), asimilasi dan pengurusan
terhadap warga binaan. 142 Aturan dalam bersosial akan menjadi pengatur dalam bertindak dan
berinteraksi dengan sesama warga binaan, sehingga mereka tidak bisa bertindak semaunya saja. Dengan adanya aturan yang dibuat mereka akan menjunjung tinggi hak-hak warga binaan yang lain, sehingga mereka saling menghormati, tolong menolong dan gotong royong. Pada akhirnya mereka bisa menyesuaikan sikapnya pada pimpinan, pada warga binaan yang setara, dan pada warga binaan yang dibawahnya.
Jika ada permasalahan atau terjadi kesalah pahaman antara warga binaan, maka secara tanggap permasalahan ini akan diselesaikan oleh mereka sendiri, sebagaiman kara Hasrizal;
“Jika ada kasalah pahaman yang terjadi antara warga binaanmaka permasalahan ini akan kami selesaikan secara kekeluargaan dan
mencari solusinya. Maklumlah kami yang berada di sini hetrogen yang terdiri dari berbagai penjuru daerah ada dari aceh ada juga dari papua
dan dari berbagai suku dan aliran.” 143
142 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 17 Maret 2017
143 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21 Maret 2017
Dari pernyataan Hasrizal terlihatlah bagaimana permasalahan yang terjadi antara warga binaan secara tanggap mereka selesaikan dengan sistem kekeluargaan yang mereka bentuk di Rutan Padang. Pada perinsipnya yang menangani permasalahan warga binaan adalah tanggung jawab pihak Rutan, namun mereka yang sudah diikat sistem kekeluargaan mengambil alih permasalahan tersebut, sehingga keburukan saudaranya tidak sampai ke pihak Rutan.
Segala pekerjaan yang mereka lakukan di Rutan Padang semua sudah diatur, siapa yang menangani masjid, yang mengatur taman, yang bekerja di kebun dan sebagainya. Dengan demikian mereka secara tanggap akan mengerjakannya tanpa harus disuruh dan di kontrol. Kholil mengatakan;
“Kami dalam bekerja sudah ada aturannya, seperti dalam pelaksanaan kebersihan masjid, saat kami buka puasa bersama di
masjid ini semuanya akan berserakan. Setelah selesai buka puasa bersama tidak sampai lima belas menit ini semua sudah bersih, karena sebelumnya kami sudah menyusun jadwal kebersihannya, sehingga tanpa disuruh sudah ada yang menanggungjawabi kebersihan, mereka pun akan langsung beres-beres, baik yang
mencuci piring, menyapu, dan yang merapikannya.” 144
Dari pernyataan Khalil ini terlihatlah bagaimaka kebersamaan yang mereka bangun dalam melakukan pekerjaan. Dengan kebersamaan yang mereka bangun tidak terasa pekerjaan yang begitu berat dan rumit pun akan mudah menyelesaikannya, sebagaimana pembangunan masjid yang mereka lakukan, dengan adanya kebersamaan yang mereka bangun, baik dengan tenaga, pikiran, materi sehingga masjid yang dulunya polos, sedikit demi sedikit masjid itu sekarang sudah menjadi megah. Dari observasi yang peneliti lakukan masjid itu pada awalnya semuanya masih cat warna putih abu-abu,sekarang sudah dilengkapi dengan penerangan yang bagus, sound system sudah bagus, kaligrafi disetiap dinding dan tiang
144 Khalil, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21 Juni 2017 144 Khalil, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21 Juni 2017
3. Aturan agama Aturan agama adalah cara hidup manusia didunia yang wajib diikuti dan ditaati sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT. Aturan agama telah di jelaskan secara global dalam al-Quran dan Hadis, seperti aturan halal-haram, wajib, sunat, mubah, dan makruh. Aturan ini merupakan rambu-rambu yang harus ditaati dalam kehidupan dan berlaku seumur hidup.
Aturan agama merupakan aturan yang berlaku dimanapun berada, aturan ini akan selalu diindahkan warga binaan walaupun mereka telah keluar dari penjara. Dalam penerapan aturan agama diperlukan penjelasan yang tegas dan penuh dengan pertimbangan, tidak bisa langsung memponis warga binaan dan menyalahkannya, walaupun yang mereka lakukan itu bertentangan dengan kaedah yang sebenarnya. Hasrizal
mengatakan; “Apabila ada yang melakukan ibadah yang tidak sesuai dengan kaedahnya, maka mereka akan ditegur secara pelan-pelan dan
diberikan pemahaman”. 146 Pada
Salmadanis dalam menerapkannyapenuh dengan pertimbangan dan dilakukan dengan cara bertahap, Salmadanis mengatakan; “untuk saat ini kuantisan ibadahnya
dulu di perbanyak, nanti baru diperbaiki kualitasnya secara bertahap, sebab mereka ini boleh dikatakan baru disini kenal dengan agamany 147 a.”
Dari pernyataan Salmadanis ini terlihatlah bagaimana dia dalam menerapkan ajaran agama penuh dengan pertimbangan dan memikirkan
kondisi mad‟unya.
145 Hasil Observasi 21 Juni 2017 146 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21
Maret 2017 147 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21
Maret 2017
Pada penerapan aturan Rutan, Aturan sesama warga binaan dan aturan agama, maka peran yang dilakukan Salmadanis dengan terlebih dahulu memberikan pemahaman terhadap peraturan tersebut dan menyampaikan manfaat yang akan diperoleh dari mentaatinya.Warga binaan juga harus tahu dengan aturan yang berlaku, sehingga warga binaanakan berhati-hati dalam bertindak supaya tidak menyalahi aturan.
Aturan Rutan dan aturan sesama warga binaan dapat dilihat secara kongkrit dan jika melanggar bisa kena sanksi. Sedangkan aturan agama merupakan aturan dirinya dengan Tuhan. Dengan demikian dalam penerapan aturan agamaterlebih dahulu dibekali dengan keyakinan. Dengan tertanamnya keyakinan dalam diri warga binaan,maka aturan agama secara otomatis akan terrealisasikan dalam kehidupannya. Mereka juga dibekali dengan ilmu pengetahuan, dengan adanya ilmu pengetahuan mereka akan mengetahui segala kewajibannya dan segala yang diharamkan. Dengan demikian perpaduan antara peraturan Rutan, aturan sesama warga binaan dan aturan agama akan menuntun warga binaan kearah yang lebih baik, sehingga mereka tidak mau lagi meminta-minta, memalak orang, memeras, mencuri
dan sebagainya. 148 Agar warga binaan sungguh-sungguh dalam menjalani proses
pembinaan dan mentaati aturan yang berlaku maka diperlukan sosok pemberi motivasi. Dengan adanya motivator warga binaan akan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Dalam ceramah yang disampaikan Salmadanis dia tidak lupa selalu memberikan apresiasi terhadap kinerja yang mereka lakukan, sebagaimana ia memuji salah seorang mualaf yang baru tiga bulan
masuk Islam; “wah, kalau saya mendengan Kenek (nama Panggilannya) azan merinding bulu kuduk saya, luar biasa azannya mengetarkan jiwa.” 149
Salmadanis juga selalu memotivasi kinerja warga binaan dalam membangun
148 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 17 Maret 2017
149 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017 149 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017
mencapai ratusan juta bahkan lebih dari dua ratus juta, dan imbalan yang akan kita peroleh langsung dari Tuhan nanti di akhirat.” 150
Selain memberikan motivasi dalam mejalankan aturan tersebut, dalam pelaksanaannya juga diperlukanlah pengawasan. Pengawaslah yang selalu memantu keberadaan warga binaan, pengawas ini akan langsung dilakukan oleh pihak Rutan Padang. Selain pengawasan supaya mereka mengerti dengan aturan tersebut maka diperlukanlah pembinaan. Salmadanis di Rutan Padang merupakan pembina bagi warga binaan.
Dalam melakukan pembinaan maka dalam pelaksanaannya mencakup tiga macam, yaitu: pembinaan pikiran, pembinaan hati, dan pembinaan nafsu.
1. Pembinaan pikiran Pembinaan pikiran mengarahkan warga binaanpada kecerdasannya sehingga mereka akan lebih matang dalam mempertimbangkan segala sesuatu. Untuk menunjang pembinaan pemikiran warga binaan maka di Rutan Padang disediakan layanan perpustakaan. Selain itu di Rutan juga diadakan pengajian dan diskusi kecil-kecilan. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan dapat menunjang kecerdasan intelektual warga binaan, sebagaimana Hasrizal mengatakan ; “Dengan membaca buku-buku ini, seperti buku biografi tokoh, maka ini akan membuka wawasan kita supaya bisa bangkit dan bercermindari pengalaman tokoh tersebut. Saya biasanya
membaca buku di sini sebelum tidur dan diwaktu- 151 waktu kosong.” Dari hasil wawancara dengan Hasrizal terlihatlah bagaiman buku-buku yang
disediakan di perpustakaan itu dapat memberikan manfaat untuk membuka wawasanya.
150 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017
151 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 12 Juli 2017
2. Pembinaan Hati Pembinaan hati akan menjadikan warga binaan hidup aman dan tenteram. Dengan ketenangan hati mereka tidak memberontak lagi walaupun nama mereka akan rusak dimasyarakat akibat status narapidana yang mereka sandang, keburukan mereka selama ini akan mereka perbaiki
dengan berbenah diri di Rutan, agar nanti di masyarakat mereka kembali diterima dan dihargai.
Ketenangan hati inilah yang dibutuhkan selama melewati masa-masa tahanan di penjara.Terbukti Hasrizal mengatakan, dia selama enam bulan
terakhir ini tidak merasakan seperti tinggal dipenjara. 152 Agar ketenangan hati diperoleh maka jalan yang ditempuh sebagaimana kata Salmadanis;
“Agar hati mereka tetap tenang dan sabar di Rutan itu maka mereka dianjurkan supaya banyak-banyak berzikir, mendekatkan diri kepada Allah, dan selalu menciptakan keharmonisan baik sesama warga binaan
begitu juga dengan pihak Rutan.” 153 Sebagaimana yang peneliti saksikan warga binaan ada yang membaca al-Quran, berzikir dan saling bercanda
dengan warga binaan lainnya begitu juga dengan pegawai Rutan. 154
3. Pembinaan nafsu Akibat dari kelalaian mereka dalam mengikuti hawa nafsu sehingga hal ini telah menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan. Dengan adanya pembinaan nafsu, maka kebiasaan buruk seperti narkoba, mencuri, menyakiti orang lain dan sebagainya dapat ditinggalkan. Pembinaan nafsu juga dilakukan dengan memperbanyak puasa, memberikan penyadaran mengenai apa akibat yang akan diperoleh kalau masih mengikuti hawa
152 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,21 Maret 2017
153 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung 17 Maret 2017
154 Hasil Observasi 21 Maret 2017 154 Hasil Observasi 21 Maret 2017
Dengan jernihnya pikiran, sucinya hati dan nafsu yang bisa dikendalikan akan menjadikan warga binaan dapat mempertimbangkan segala sesuatu. Inilah modal utaman bagi warga binaan untuk kembali pada jalan yang benar dan tetap istiqomah dalam kebaikan.