Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Dalam Penyadaran Pikiran Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

A. Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Dalam Penyadaran Pikiran Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

Keberadaan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dipenjara sebenarnya penuh dengan hikmah. Penyebab warga binaan dipenjara karena ditangkap polisi atau kejaksaan itu hanya jalannya saja supaya mereka mengambil pelajaran dan menyadari apa akibat yang akan diperoleh kalau tetap berbuat yang demikian. Suasana kehidupan penjara akan mendorong warga binaan untuk merenungi nasibnya dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Pada akhirnya mereka akan sadar dan kembali pada jalan yang benar.

Agar warga binaan dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut, maka dibutuhkan sosok da‟i/fasilitator yang menjadi penghantar warga binaan menuju hikmah, sebagaimana Salmadanis mengatakan: “keberadaan mereka di sini pasti ada hikmahnya, akan tetapi perlu juga diarahkan supaya

mereka bisa mengambil hikmahnya.” 106 Oleh karena itu sosok da‟i di penjara sangat dibutuhkan sebagai penghantar warga binaan menuju hikmah.

Sebelum memberikan penyadaran bagi warga binaan; terlebih dahulu mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Selain dari itu harus diketahui juga apa penyebab warga binaan masuk penjara. Dengan mengetahui hal demikian, maka akan lebih mudah dalam membuat rancangan dan strategi yang akan dilakukan dalam pembinaannya.

Adapun penyebab warga binaan masuk penjara disebabkan empat faktor, yaitu: 107 Pertama, faktor perempuan; faktor ini terjadi pada warga

binaan dalam kasus pemerkosaan, asusila dan kekerasan dalam rumah tangga

106 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 17 Maret 2017

107 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 17 Maret 2017

(KDRT). Kedua, faktor melawan pada orang tua; akibat melawan pada orang tua mereka tidak bisa dikontrol, sehingga mereka terjebak pada kasus kejahatan, seperti narkoba, pencurian pembunuhan dan sebagainya.

Ketiga, faktor riba; kasus ini terjadi pada warga binaan seperti kasus korupsi, suap menyuap, pungli, pencucian uang dan sebagainya. Keempat, faktor kemiskinan; faktor ini merupakan faktor yang cukup luas, cakupan miskin di sini bukan hanya miskin harta; tetapi miskin dalam pengertian ini mencakup pada miskin spritual, miskin intelektual, miskin tehnikal, dan miskin ilmu. Kemiskinan ini akan mengakibatkan masyarakat terbatas; terbatas ekonominya, terbatas keilmuannya, terbatas keahliannya dan terbatas pengetahuan agamanya, sehingga mereka mencari jalan pintas; seperti mencuri, menjual barang-barang haram, dan melakukan kemaksiatan lainnya. Selain dari faktor yang empat ini yang menyebabkan warga binaan masuk penjara ada juga yang disebabkan ketidak mengertian hukum atau ketidak tahuan hukum yang berlaku sesuai dengan ketentuannya.

Awal dari terjerumusnya masyarakat kelembah kejahatan kebanyakan diawali dengan coba-coba, Salmadanis mengatakan:

“Baik pencurian, narkotika, penipuan, kesusilaan, korupsi, itu semua awalnya coba-coba, sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan atau sudah menjadi profesinya. Karena tidak apa-apa, belum ada yang menangkapnya sehingga ia ketagihan dan terjebak pada hal yang

demikian.” 108

Dari keempat faktor yang menyebabkan warga binaan masuk penjara, ada juga tiga faktor yang menyebabkan warga binaan terjebak dalam kasus kejahatan. Adapun yang tiga faktor penyebab warga binaan masuk penjara sebagaimana dijelaskan oleh Asrul, “penyebab warga binaan terjebak dalam kasus narkoba, pencurian, kesusilaan, korupsi dan sebagainya itu semua

108 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017 108 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kasus kejahatan. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif pada anak, kurangnya kasih sayang orang tua, dan perselisihan dalam keluarga ini semua dapat memicu timbulnya kasus penyimpangan (patoligi sosial) pada anak. Selain faktor keluarga, faktor lingkungan dan pergaulan yang kurang baik juga akan memicu masyarakat terjebak pada kasus patologi sosial.

Disaat remaja meninggalkan rumah; orang tua tidak bisa lagi mengontrolnya, minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilakunya dibandingkan dengan norma dan nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah seorang warga binaan di Rutan Padang; dia mengatakan yang menyebabkan ia terjebak dengan kasus narkoba dikarenakan lingkungan dan pergaulan; padahal dia terlahir dari keluarga

yang taat beribadah dan dihormati masyarakat. 110 Pelaksanaan penumbuhan kesadaran yang dilakukan Salmadanis di

Rutan Padang baik dalam kasus apapun perinsipnya sama, baik kasus narkoba, asusila, pencurian, korupsi dan sebagainya. Oleh karena itu strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis dalam menumbuhkan kesadaran mencakup empat aspek, yaitu: aspek kemampuan dan keahlian da‟i, aspek psikologi, aspek aktivitas, dan aspek sosiologi.

1. Aspek kemampuan dan keahlian da‟i Aspek kemampuan dan keahlian da‟i dalam penelitian ini akan berkaitan dangan kemampuan dan keahlian Salmadanis dalam berdakwah

109 Asrul, Ka. Subsi Pelayanan Tahanan di Rutan Padang, wawancara langsung,19 Januari 2017

110 Ali Fazri, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,21 Maret 2017 110 Ali Fazri, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,21 Maret 2017

Salmadanis merupakan subyek dakwah yang profesional di Rutan Padang, sebab keriteria seorang da‟i yang profesiolan itu sebagaimana yang penulis kemukakan dalam Bab II pada tesis ini, yaitu: mereka yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang dakwah Islam dan mempraktekkan keahliannya dalam menyampaikan pesan-pesan agama dengan segenap kemampuannya, baik dari segi penguasaan konsep, teori, maupun metode tertentu dalam berdakwah. Dari keriterian ini sangat mendukung kelancaran dakwah yang dilakukan Salmadanis. Kemampuannya dalam berdakwah di Rutan Padang sangat didukung dengan backraund kehidupannya sebelum menjadi warga binaan. Salmadanis merupakan guru besar dakwah dan sebagai da‟i yang tersohor di Sumatera Barat. Salmadanis juga aktif menulis buku dan jenis karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan dakwah dan kajian patologi sosial, selain dari itu Salmadanis juga aktif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat; sehingga konsep, teori, maupun metode dakwah yang akan dilakukan di Rutan Padang sudah bisa disesuaikannya dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi.

Kemampuan dakwah Salmadanis di Rutan Padang juga dibenarkan oleh warga binaan, sebagaimana Hasrizal mengatakan: “Salmadanis dalam

berdakwah dapat menyesuaikan pesan dakwahnya sesuai dengan situasi dan kondisi warga binaan.” 111 Dari pengamatan yang peneliti lakukan

terhadap dakwah yang dilakukan Salmadanis di Masjid Baitul Anshar Rutan Padang sebelum masuknya waktu shalat zuhur; warga binaan yang mendengarkan ceramah Salmadanis sangat antusias dan tetap fokus

111 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,21 Maret 2017 111 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,21 Maret 2017

dengan apa yang disampaikan Salmadanis. 112 Konsep, teori, maupun metode dakwah yang dikuasai Salmadanis

telah dapat diaplikasikannya di Rutan Padang; terbukti dengan keberadaannya di Rutan Padang telah banyak memberikan sumbangsih pemikirannya bagi warga binaan dan untuk pembangunan Rutan Padang. Sumbangsih yang diberikan Salmadanis tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi mencakup pada aspek intelektual, pembangunan sarana-prasarana, dan kemampuan wirausaha warga binaan.

2. Aspek psikologi Salmadanis dalam menyadarkan warga binaan terlebih dahulu menguasai psikologi mad‟u (objeknya). Oleh karena itu Salmadanis dituntun agar bisa memahami karakter dan sifat mad‟unya. Untuk tercapainya tujuan dakwah, dalam Bab II pada tesis ini sudah dijelaskan, yaitu: seorang da‟i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya perlu mengetahui klasifikasi dan karakter objek dakwahnya, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh mad‟u.

Penguasaan psikologi warga binaan dilakukan Salmadanis dengan menguasai pengetahuan, karakter, pengalaman, dan kemampuan warga binaan. Dengan menguasai hal ini, maka akan lebih mudah mengemas dakwahnya sesuai dengan situasi dan kondisi warga binaan. Penguasaan psikologi juga berguna untuk mengelompokkan warga binaan sesuai dengan bidang, kemampuan, dan keahliannya. Hasil dari pengelompokan warga binaan ini akan diketahui siapa yang bisa jadi panutan, yang bisa baca al-Quran, yang mempunyai tehnikal dalam bertukang, yang ahli dalam pertanian, mempunyai jiwa seni, dan sebagainya. Dengan

112 Hasil Observasi 22 Oktober 2016 112 Hasil Observasi 22 Oktober 2016

diarahkan untuk menjadi imam shalat, dan sebagainya. 113 Setiap tugas yang diberikan kepada warga binaan Salmadanis selalu

mempertimbangkan kemampuannya, sehingga apa pun pekerjaan yang diberikan mereka selalu menerima dan mengerjakannya. Pekerjaan mengurus taman, mengurus masjid, mengurus ternak dan sebagainya itu semua warga binaan yang melakukannya, walaupun pekerjaan yang diberikan itu memberatkannya dan tanpa diberikan upah, tetapi mereka tetap dengan senang mengerjakannya. Sewaktu peneliti tanyakan kepada Salmadanis bagaimana respon warga binaan saat diberikan kepada mereka tugas, Salmadanis menjawab, “saya juga heran, apa saja pekerjaan yang saya berikan kepada mereka, mereka selalu menurut, bahkan mereka lagi yang menanyakan kepada saya apa lagi pekerjaan yang mau mereka

lakukan.” 114 Kepatuhan warga binaan kepada Salmadanis tidak terlepas dari

penguasaan psikologi yang dilakukannya. Dengan adanya penguasaan karakter dan kejiwaan yang dilakukan Salmadanis terhadap warga binaan, maka setiap terjadi interaksi dengan warga binaan Salmadanis sudah bisa mengkemas pesannya sesuai dengan keadaan mereka begitu juga dengan cara penyampaiannya.

3. Aspek aktivitas Pada dasarnya setiap aktivitas yang dilakukan akan memberikan kesibukan pada diri sendiri, dengan aktivitas itu juga akan menuntun

113 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017

114 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,10 Juni 2017.

kehidupan manusia kemana arah yang akan dia lalui. Kalau aktivitas yang dilakukannya baik, maka akan menuntun dia untuk berlaku baik, dan begitu juga sebaliknya.

Pemberian aktivitas yang dilakukan Salmadanis terhadap warga binaan berupa aktivitas keseharian dan aktivitas keagamaan. Dengan adanya aktivitas keagamaan maka diharapkan warga binaan sadar dan istiqamah dalam kebaikan, sebagaimana dijelaskan dalam Bab II pada tesis ini; pemberian aktivitas keagamaan sangat penting dalam merubah kehidupan manusia, sebagai penuntun untuk memperbaiki diri, petunjuk kebenaran, dan membimbing manusia kejalan yang benar.

Konsep pembinaan aktivitas keagamaan yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang dibuat seperti konsep pesantren, sehingga konsep pembinaan di Rutan yang dicetuskan Salmadanis beserta pihak Rutan Padang disebut dengan konsep rutan santri. Dalam pelaksanaannya; Salmadanis menerapkan zikir dan doa bersama setelah shalat, shalat secara berjamaah yang lima waktu, imam dan muazin dibuat secara bergiliran, mengadakan pengajian dan peringatan hari-hari besar Islam secara rutin, ceramah Ramadhan dibuat secara bergiliran, terkadang dibuat renungan dan i‟tikaf di masjid, menyediakan layanan perpustakaan dan latihan keterampilan seperti kaligrafi. Salmadanis beserta para pengajar dari warga binaan yang sudah bisa membidangi masing-masing keahlian selalu memberikan hafalan (PR) bagi warga binaan, seperti hafalan doa, ayat dan zikir; terkadang hafalan tersebut diberikan kepada warga binaan dengan

batas waktu yang sudah ditentukan. 115 Dari pengamatan peneliti pada malam 27 Ramadhan di Masjid

Baitul Anshar Rutan Padang; Pada malam itu diadakan acara i‟tikaf dan zikir bersama dalam rangka menyahuti lailatul qadar. Yang menjadi jamaahnya adalah warga binaan beserta jamaah pengajian Salmadanis se-

115 Kholil, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21 Maret 2017

Kota Padang, sehingga pesertanya memenuhi Masjid Baitul Anshar Rutan Padang. Agenda yang dilalui adalah tausiyah, shalat sunat tashih, shalat sunat mutlak, zikir bersama, muhasabah, sahur bersama dan dilanjutkan

dengan shalat subuh berjamaah. 116 Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terlihatlah bagaimana suasana penjara yang selama ini menurut

masyarakat suram dan menakutkan, disulap menjadi suasana pesantren dan bersahaja dengan masyarakat.

Dengan adanya konsep penerapan rutan santri di Rutan Padang, sehingga warga binaannya tidak jenuh juga dalam menjalani masa-masa tahanannya. Kholil mengatakan, konsep pembinaan yang dibuat dengan model rutan santri membuat warga binaan tidak jenuh dalam melewati masa-masa tahanan: “Dengan adanya aktivitas yang dilakukan tiap harinya mulai dari pagi sampai malam, sehingga tidak terasa waktu sudah berlalu dan tidak jenuh juga di Rutan ini. Seandainya tidak ada

aktivitasnya, hanya melewati masa- 117 masa tahanan bisa stres jugadi sini.” Hasrizal juga mengatakan: “saya merasa dengan adanya konsep rutan

santri 118 seolah saya tidak merasakan tinggal di penjara.” Dengan adanya konsep rutan santri membuat mereka terikat di

Rutan tersebut dan fokus untuk memperbaiki diri, walaupun tanpa pengawasan, mereka tidak ada niat untuk melarikan diri; karena hati dan pikiran mereka sudah terikat dan menyatu dengan lingkungan sekitar, sebagaiman Kholil mengatakan:

“Di Rutan ini bukan jasadnya yang diikat, tapi hatinya, sehingga warga binaan menyatu dengan lingkungan Rutan. Seandainya ada niat untuk kabur dari Rutan peluangnya cukup besar, tapi dengan konsep rutan santri membuat mereka sabar dan dengan ikhlas

116 Hasil Observasi 21 Juni 2017 117 Kholil, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21

Maret 2017 118 Hasrizal, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21

Maret 2017 Maret 2017

Dari pengamatan yang peneliti lakukan, setiap warga binaan mencari aktivitas masing-masing; ada yang bersih-bersih lingkungan, membersihkan ruangan, mengurus taman, mencat masjid, membuat kaligrafi dan mereka pun sambil bercanda dengan kawannya. Mereka juga

bekerja tanpa didampingi penjaga keamanan. 120 Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terlihatlah bagaimana aktivitas keseharian dan aktivitas

keagamaan yang diberikan kepada warga binaan telah bisa membuat mereka tidak memberontak lagi selama tinggal di Rutan Padang, walaupun tanpa pengawasan yang ketat mereka tetap bekerja dengan baik, memperbaiki diri, beribadah dan tidak ada niat mereka untuk kabur dari Rutan.

4. Aspek sosiologi Kesuksesan dakwah yang diperoleh tentu tidak bisa dipisahkan dari aspek sosiologi. Aspek ini telah dijelaskan dalam Bab II pada tesis ini, yaitu: mengkaji tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Dakwah yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang tidak terlepas dari hubungan baiknya dengan pimpinan Rutan, pegawai Rutan dan warga binaan, sebagaimana Salmadanis mengatakan:

“Agar pembinaan yang dilakukan di Rutan ini berjalan dengan lancar tentu diperlukan pendekatan dengan pimpinan, sebab pemimpinlah yang memberikan kebijakan. Kalau pimpinan sudah memberikan instruksi maka semua warga binaan akan mengikutinya. Amar ma‟ruf nahi munkar yang dilakukan tidak akan tegak kalau tidak ada peran 121 dari pemimpinnya.”

119 Kholil, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung, 21 Maret 2017

120 Hasil Observasi 22 Oktober 2016 121 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 17

Maret 2017

Dengan adanya pendekatan yang dilakukan Salmadanis dengan pimpinan Rutan, maka segala jenis pembinaan yang ditawarkan Salmadanis selalu diapresiasi oleh pimpinan Rutan. Dengan demikian dalam menjalankan kegiatan tersebut pihak Rutan pun ikut berpastisipasi dalam pelaksanaannya, sebagaiman pengamatan yang peneliti lakukan saat pelaksanaan acara i‟tikaf dan zikir bersama dalam rangka menyahuti lailatul qadar di Rutan Padang. Di gerbang Rutan telah berdiri penjaga keamanan untuk menyambu t jama‟ah yang ikut melaksanakan i‟tikaf dan mengarahkannya menuju masjid. Dalam pelaksanaan i‟tikaf pun penjaga keamanan ikut melakukan i‟tikaf di masjid, sekitar jam 04.00 WIB panitia

beserta penjaga keamanan sudah menyiapkan konsumsi untuk makan sahur b 122 agi peserta i‟tikaf.

Dari observasi yang peneliti lakukan terlihatlah bagaimana partisipasi yang dilakukan pihak Rutan untuk mensukseskan acara tersebut. Dakwah yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang tidak terlepas dari partisipasi pihak Rutan dan warga binaan, sehingga dakwah yangdilakukan di Rutan Padang adalah dakwah yang terstruktur dengan melibatkan orang lain.

Agar kesadaran muncul dalam diri manusia itu maka ada tiga ruang lingkup penyadaran yang harus dilakukan, yaitu: kesadaran terhadap diri sendiri, kesadaran terhadap keluarga, dan kesadaran untuk menghidupkan nilai-nilai agama.

1. Kesadaran terhadap diri sendiri. Untuk menumbuhkan kesadaran warga binaan maka sangat perlu memberikan kesadaran terhadap dirinya sendiri. Ceramah muhasabah yang disampaikan Salmadanis sebelum masuk shalat Jumat sangat menggugah hati warga binaan untuk menyadarkannya, Salmadanis mengatakan:

122 Hasil Observasi 21 Juni 2017

“Kita warga binaan yang ada dirutan ini sudah ada stigma jelek di kalangan masyarakat, sudah ada pandangan masyarakat yang miring terhadap kita. Terus bagaimana lagi? Ketika kita perlihatkan nanti kepada masyarakat kalau kita tahu dengan agama, kita paham dengan agama, maka dengan sendirinya nama baik kita akan

terangkat lagi di kalangan masyarakat.” 123

Dari ceramah yang disampaikan Salmadanis,terlihatlah bagaimana strategiyang dilakukannya dalam memberikan penyadaran kepada warga binaan. Kelakuan jahat yang mereka lakukansudah mencoreng nama baiknya di kalangan masyarakat, sehingga tidak ada lagicara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki nama baiknya kecuali dengan meninggalkan prilaku buruk dan memperdalam ilmu agama.

Dengan demikian Salmadanis telah memberikan motivasi bagi warga binaan untuk selalu memperbaiki diri dengan cara menuntut ilmu agama dan mengamalkannya. Ilmu agama yang diperolehnya di Rutan akan diaplikasikan di kalangan masyarakat, sehingga stigma jelek yang beredar di kalangan masyarakat tentang dirinya dengan sendirinya akan terhapuskan.

2. Kesadaran terhadap keluarga Insiden penangkapan yang terjadi pada diri warga binaan sudah menjadi aib bagi keluarga. Kejahatan yang mereka lakukan hanya kepuasan sesaat dan mempunyai resiko yang besar. Yang menjadi korban akibat dari kejahatannya bukan hanya mereka sendiri, tapi keluarga dan anak-anak juga akan menanggung malu akibat dari kelakuannya. Selain dari itu, mereka yang mempunyai pekerjaan bisa berhenti akibat dari kelakuannya, dan akan semakin sulit untuk mencari pekerjaan baru dikarenakan mereka dalam pandangan masyarakat sudah berstatus sebagai mantan narapidana. Pa.Yum mengatakan; “sebahagian yang masuk Rutan

123 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017 123 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017

Dengan kondisi yang demikian warga binaan harus berubah, mereka harus memunculkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap dirinya, mereka juga harus memikirkan nasib keluarga dan anak-anaknya. Di Rutan warga binaan akan dibina keterampilannya, baik keterampilan seni, tekhnik, beternak dan bercocok tanam. Dari pengamatan yang peneliti lakukan di sekitar penjara ada berbagaimacam jenis usaha yang dijalankan oleh warga binaan, seperti kolam ikan, menanam buah-buahan, ternak

ayam, dan ternak sapi. 125 Dengan keterampilan wirausaha yang diperoleh warga binaan di Rutan Padang, maka ini akan menjadi bekal bagi warga

binaan untuk memulai usaha setelah bebas dari masa tahanan.

3. Kesadaran untuk menghidupkan nilai-nilai agama. Kesadaran dalam menghidupkan nilai-nilai agama merupakan kajian yang ruang lingkupnya begitu besar, namun dengan adanya kesadaran ini akan memberikan efek yang besar pula bagi warga binaan. Dengan kesadaran agama, warga binaan akan selalu berada dalam kebaikan dan tetap menjalankan nilai-nilai kebaikan itu hingga kembali kepada masyarakat (melewati masa tahanan). Dengan kesadaran agama warga binaan akan dituntun untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sekaligus akan menjadi bentengnya agar senantiasa terhindar dari perbuatan maksiat.

Pada dasarnya, mereka yang menjadi warga binaan di Rutan pengetahuan agamannya tipis, sebagaimana Salmadanis mengatakan: “Rata-rata yang masuk penjara itu adalah orang-orang yang kurang pengetahuan agamanya dan tidak 126 paham dengan ajaran agamanya.”

124 Pa. Yum, warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang, wawancara langsung,17 Maret 2017

125 Hasil Observasi 21 Juni 2017 126 Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung,17

Maret 2017

Karena ketidak pahamannya denganagama, maka dengan mudah melanggar norma-norma agama,sehingga mereka terjebak dalam kemaksiatan. Dengan demikian terlihatlah bagaimana pentingnya memberikan penyadaran Agama bagi warga binaan. Pikiran mereka yang selama ini kacau akibat kurang memperhatikan norma-norma yang berlaku sudah menjerumuskan mereka kepenjara. Dengan diberikannya kesadaran Agama, maka warga binaan akan lebih mudah untuk dibina dan diarahkan.