3.2 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dalam mengkaji data. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data yang kemudian
disusul dengan penganalisisan berdasarkan data yang telah dituliskan dalam kartu data. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1 Mengidentifikasi data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2 Melakukan pembacaan berulang-ulang terhadap data yang sudah
diidentifikasi. 3
Melakukan pencatatan ulang data-data yang sudah diidentifikasi tersebut. 4
Menafsirkan seluruh data untuk menemukan kepaduan dan hubungan antar data sehingga diperoleh pemahaman terhadap masalah yang diteliti
5 Menyimpulkan hasil analisis data.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS STRUKTURAL NOVEL
PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY
4.1 Alur
Menurut Kenny Nurgiyantoro, 1995:12, alur atau plot adalah peristiwa- peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena
pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan sebab akibat. Alur juga dapat didefenisikan sebagai cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak,
berpikir, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Berdasarkan kriteria urutan waktu, novel PBS memiliki alur campuran progresif-
regresif. Hal tersebut dikarenakan adanya peristiwa-peristiwa yang diceritakan secara kronologisprogresif dan pada tahap selanjutnya ada penceritaan peristiwa-peristiwa
secara sorot balikflash-back regresif. Pada tahap awal diceritakan mengenai kehidupan Annisa sebagai tokoh utama
dalam novel PBS yang telah dewasa, mendapatkan gelar sarjana, dan telah memiliki seorang anak yang bernama Mahbud. Annisa dikisahkan sedang berada di blumbang
yang ada di dusun kecil daerah pegunungan. Dusun tersebut merupakan tempat Annisa tinggal bersama keluarganya saat Annisa masih kecil. Blumbang tersebut
mengingatkan Annisa pada segala peristiwa masa kanak-kanak Annisa. Peristiwa- peristiwa tersebut ada yang mengasyikkan, tetapi lebih banyak yang menyebalkan. Hal
tersebut terlihat pada kutipan berikut:
Universitas Sumatera Utara
Bunga-bunga liar mekar tanpa disiram, menawarkan keindahan alam di lereng pegunungan, di dusun kecil yang terpisah dari keramaian, tempat bermain masa
kanakku yang tak pernah terlupakan. PBS:1
Meski sudah berlalu, jauh di belakang waktu, masa kanak itu banyak menyimpan cerita. Kadang mengasyikkan, tapi lebih banyak yang menyebalkan. Dan kini,
setelah aku mendapatkan gelar, sudah memiliki Mahbud, anak semata wayangku, cerita itu sering muncul seturut dengan pengetahuan yang kudapatkan dari
lembaran buku kehidupan. PBS:1-2
Kutipan itu menunjukkan adanya penceritaan secara sorot balikflash back karena dikisahkan Annisa sedang mengenang masa lampaunya masa kanak-kanak. Pada
tahap selanjutnya, dikisahkan segala peristiwa pahit yang dialami Annisa. Annisa selalu merasa dinomorduakan di dalam keluarganya. Hanya Khudorilah tempat Annisa
mengadu. Setelah tamat SD, Annisa dinikahkan dengan Samsudin. Annisa tidak menyetujui pernikahan tersebut. Namun, Annisa takut kepada bapaknya sehingga
Annisa tidak dapat berbuat apa-apa. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut: “....Mengenai kapan dilangsungkannya pernikahan, nanti kan bisa dirembuk lagi.
Bukankah begitu, Pak Hanan? Kita ini sama-sama orang tua...,” suara laki-laki sang tamu mempengaruhi. PBS:90
Pernikahan Annisa dengan Samsudin ternyata menyebabkan Annisa menderita. Samsudin adalah laki-laki yang kasar, suka memukul, dan sering melakukan kekerasan
seksual terhadap Annisa. Pada tahap ini muncul konflik, yaitu pemberontakan Annisa terhadap tindakan Samsudin.
Pada tahap penyelesaian konflik, Annisa memberitahukan kekerasan yang dilakukan Samsudin kepada orang tuanya. Orang tua Annisa kemudian mengurus
perceraian Annisa. Setelah bercerai, Annisa pergi ke Yogyakarta untuk kuliah. Di Yogyakarta, Annisa bertemu Khudori dan mereka menikah. Annisa dan Khudori
memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia apalagi saat anak mereka, Mahbud lahir ke dunia.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengakhiri cerita, pengarang menggunakan alur sorot balikflash back kembali. Diceritakan Khudori kecelakaan mobil dan meninggal dunia. Ternyata
kecelakaan tersebut hanya khayalan dan bukan kenyataan. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut ini:
Bukan saja dalam mimpi. Kubayangkan juga waktu itu, kulalui hari-hari tanpanya, seolah musafir tak menemukan lokasi yang indah untuk singgah.
PBS:315
Dengan demikian, urutan cerita yang diceritakan dalam novel PBS menunjukkan bahwa novel PBS memiliki alur campuran progresif-regresif.
4.2 Penokohan
Menurut Jones Nurgiyantoro, 1995:165, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Jadi, dalam penokohan itu
sekaligus terkandung dua aspek: isi dan bentuk. Menurut Abrams Nurgiyantoro, 1995:165, tokoh cerita adalah orang-orang
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan perananya, tokoh cerita terbagi atas dua, yaitu: tokoh utama dan
tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang menentukan jalannya cerita karena sebagian besar tampil dalam rangkaian peristiwa dalam suatu karya sastra, sedangkan
tokoh tambahan adalah tokoh yang berperan sebagai pelengkap cerita.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fungsi penampilan cerita, penokohan terbagi atas dua, yaitu: tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang dikagumi pembaca
karena menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca atau tokoh yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca, sedangkan
tokoh antagonis, yaitu tokoh yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang buruk.
Dalam novel
PBS terdapat seorang tokoh utama, yaitu Annisa sebagai seorang perempuan yang cerdas dan berani memberontak atas perlakuan tidak adil yang
dilakukan keluarganya dan Samsudin. Annisa bukanlah seorang perempuan yang pasrah saat berbagai cobaan datang dalam kehidupannya, melainkan Annisa adalah
seorang perempuan yang berpikiran maju dan memiliki semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Penggunaan nama Annisa Nuhaiyyah yang artinya perempuan yang berakal atau berpandangan luas digambarkan pula pada watak Annisa. Annisa memiliki pandangan
luas tentang ilmu agama Islam, khususnya mengenai perempuan dalam Islam. Melalui tokoh Annisa, pengarang novel PBS memberikan kritik terhadap ketidakadilan
perempuan yang masih banyak terjadi di dalam masyarakat. Selain tokoh utama, Annisa juga tokoh protagonis yang mampu memberikan
simpati dan empati kepada pembaca. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut: Aku tidak mau kebahagianku dirampas untuk kesekian kalinya. Cukup sudah
menjadi kanak-kanak yang selalu dinomorduakan. Cukup sudah menjadi budak di masa remajaku dan kini aku harus hadir sebagaimana aku yang kuinginkan.
PBS:199
Kutipan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan Annisa dirampas. Penderitaan yang dialami Annisa menimbulkan empati pembaca. Selain itu, usaha Annisa untuk lepas
dari ketidakadilan yang dialaminya mewakili harapan pembaca khususnya pembaca perempuan untuk menghapus ketidakadilan terhadap perempuan di dunia ini.
Universitas Sumatera Utara
Selain tokoh utama, dalam novel PBS juga terdapat beberapa tokoh tambahan. Tokoh tambahan yang berperan penting dalam novel PBS adalah Samsudin dan
Khudori. Samsudin adalah tokoh antagonis. Watak Samsudin adalah kasar, emosional,
pemalas, dan sombong. Samsudin sering kali memukul Annisa. Samsudin juga memiliki penyimpangan seksual sehingga sering memaksa Annisa untuk melakukan
hal-hal yang tidak wajar dalam berhubungan intim. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh Samsudin juga disertai kekerasan psikologis terhadap Annisa. Pukulan, tunjangan,
tamparan, serta kata-kata kotor dan kasar selalu diterima Annisa. Watak buruk Samsudin terlihat pada kutipan berikut:
Ia mencabut gigi taringnya dari tubuhku, seperti harimau lapar tengah berhadapan dengan mangsanya. Lalu menggeram untuk kemudian menekan kuat-
kuat wajahku di atas bantal sambil mengeluarkan sumpah serapah tujuh turunan dan kata-kata makian yang diambil dari kamus kebun binatang. PBS:103
Watak Khudori sangat berlawanan dengan Samsudin. Khudori adalah pemuda baik hati, lembut, dan penuh kasih sayang. Khudori adalah pemuda yang sangat cerdas
dan mengerti ilmu-ilmu agama Islam. Namun, pengetahuan Khudori yang luas tidak membuatnya menjadi orang sombong. Khudori tetap menjadi seorang tokoh yang
rendah hati, berperangai baik, dan sopan santun. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut:
“Memang, Lekmu itu sangat halus perasaannya, Nisa. Perangainya baik dan membaca kitabnya juga lancar. Pengetahuannya luas, tetapi ia tak pernah
menyombongkan diri. Ibu lihat, ia juga sayang sekali sama kamu. Tidak seperti Lek Mahmudmu itu.” PBS:55
Selain itu, juga terdapat tokoh-tokoh tambahan lain, seperti kedua abang Annisa, yaitu: Rilzan dan wildan. Rizal adalah pria yang suka menjahili Annisa dan suka
berbicara, sedangkan Wildan adalah pria yang pendiam. Bapak Annisa adalah pria
Universitas Sumatera Utara
yang pemarah dan otoriter. Ibu Annisa adalah ibu yang lemah lembut dan penyabar, namun sangat pasif sehingga selalu menuruti segala keputusan suaminya.
4.3 Latar