5.1.4.1 Kekerasan fisik
Menurut La Pona sugihastuti dan Saptiawan, 2007:179, kekerasan fisik adalah segala macam tindakan yang mengakibatkan penderitaan fisik pada korbannya. Selain
itu, terdapat beberapa definisi yang lain menyatakan bahwa tindakan kekerasan fisik melibatkan penggunaan alat atau anggota tubuh. Meiyenti Sugihastuti dan Saptiawan,
2007:179 menjelaskan jenis-jenis kekerasan fisik melibatkan penggunaan alat atau anggota tubuh, seperti memukul, menampar, meludahi, menjambak, menendang,
menyulut dengan rokok, serta melukai dengan barang dan senjata. Kekerasan fisik yang dialami oleh tokoh Annisa terdiri atas beberapa bentuk,
yaitu: a bentuk pemerkosaan dalam pernikahan, b tindakan pemukulan dan serangan fisik, c bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ kelamin, d kawin
paksa atau kawin di bawah umur, dan e tindakan pelecehan seksual.
a. Bentuk pemerkosaan dalam pernikahan
Dalam novel
PBS, diceritakan Annisa telah mengalami pemerkosaan yang dilakukan Samsudin pada malam pertama pernikahan mereka. Pemerkosaan terhadap
perempuan ternyata bukan hanya dilakukan oleh orang asing, tetapi kebanyakan dilakukan oleh orang dekat korban pemerkosaan, termasuk suami korban.
Pemerkosaan adalah setiap perbuatan seseorang yang memaksa untuk melakukan hubungan seksual tanpa ada unsur suka sama suka. Jika pemerkosaan tersebut
dilakukan oleh suami, maka disebut dengan pemerkosaan dalam pernikahan. Pemerkosaan pada malam pertama tersebut diceritakan dalam kutipan berikut:
“Aku kaget dan hendak lari keluar ketika ia tiba-tiba mendekapku dengan kuat dan melunaskan segalanya. Nafasnya mendengus-dengus serupa lembu yang
sedang melihat rumput hijau untuk disantapnya. Ia tidak peduli dan mungkin memang tak bisa untuk melepas pakaianku dengan cara yang lembut. Sampai aku
tak merasakan apapun di malam pertama itu kecuali rasa sakit, nyeri, dan takut. Terbayang jelas dalam ingatanku, ketika malam pertama itu usai, dan ia berhasil
Universitas Sumatera Utara
menanggalkan kehormatanku, aku melihat senyumnya menyeringai buas di antara tangisku. PBS:107
Selain termasuk ke dalam kekerasan fisik, pemerkosaan dalam pernikahan juga termasuk kekerasan seksual. Menurut Djannah 2002:15, kekerasan seksual adalah
tiap-tiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual, memaksa istri, baik secara fisik untuk melakukan hubungan seksual atau melakukan hubungan seksual tanpa
persetujuan dan di saat istri tidak menghendaki, dan melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau tidak disukai istri.
Jadi, jelas bahwa pemerkosaan yang dilakukan Samsudin termasuk kategori kekerasan fisik disertai kekerasan seksual terhadap Annisa. Walaupun Samsudin
adalah suami Annisa, tetapi Samsudin tidak berhak untuk memaksa istrinya melakukan hubungan seksual. Kekerasan fisik pada Annisa juga terlihat pada kutipan berikut:
Ia membuang puntung rokok dan serta merta, di luar perkiraanku, laki-laki bernama Samsudin itu meraih tubuhku dalam gendongannya. Lalu membawaku
ke kamar dan menidurkanku di tas ranjang. Kemudian berusaha merayuku dengan suara lelaki di masa kerajaan Majapahit. Lalu mengguling-gulingkan
tubuhku dengan paksa. Dengan paksa pula ia buka bajuku, dan semua yang nempel di badan. Aku meronta kesakitan tetapi ia kelihatan semakin buas dan
tenaganya semakin lama semakin berlipat-lipat. Matanya mendelik kewajahku. Kedua tangannya mencengkram bahuku sekaligus menekan kedua lenganku.
Beban gajihnya begitu berat menindih tubuhku hingga semuanya menjadi tak tertahankan. Seperti ada peluru karet yang menembus badanku.
Aku hendak berteriak, tapi kalah cepat dengan telapak tangannya yang membungkam mulutku. Aku menyerah untuk sementara. Dan setelah itu, ketika
ia selesai dan merasa puas dibakar nafsu, kutuding mukanya dengan sedikit putus asa.
“Kau memperkosaku, Samsudin Kau telah memperkosaku” PBS:96-97
Pemerkosaan dalam pernikahan terjadi karena banyak suami yang menganggap bahwa tubuh istrinya adalah miliknya atau banyak suami yang mengatakan bahwa
tubuh istrinya adalah “ladangnya” yang dapat digarap kapanpun sang suami inginkan. Namun, pemberontakan yang dilakukan Annisa terhadap Samsudin menunjukkan
bahwa sebenarnya perempuan memiliki tubuhnya sendiri. Tidak ada yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menguasai tubuh perempuan walaupun itu suaminya sendiri. Perempuan juga manusia yang memiliki kemerdekaaan dan kebebasan.
Namun, pemikiran tersebut bertentangan dengan pemikiran masyarakat patriarki. Ketika seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dengan mahar yang telah
ditentukan, maka diibaratkan perempuan itu telah dibeli oleh suami untuk melayaninya di kasur dan di dapur. Oleh karena itu, saat Annisa mengatakan kepada Samsudin
bahwa Samsudin telah memperkosanya, Samsudin malah tertawa. Samsudin menganggap hal tersebut sangat lucu. Tidak pernah ada suami dianggap memperkosa
istrinya walaupun suami tersebut memaksa istrinya untuk melakukan hubungan seksual. Sebagai suami, Samsudin merasa berhak melakukan apapun terhadap tubuh
Annisa sekalipun itu adalah penyimpangan seksual. Kepongahan Samsudin terlihat dalam kutipan berikut:
Dan setelah itu, ketika ia selesai dan merasa puas dibakar nafsu, kutuding mukanya dengan sedikit putus asa.
“Kau memperkosaku, Samsudin Kau telah memperkosaku” “Memperkosa? Heh heh heh...,”ia terbahak bahak kecil karena merasa puas
mengerjaiku. “mana ada suami memperkosa istrinya sendiri. Kau ini aneh, nisa. Aku belum pernah melihat perempuan sebodoh kau ini. Tetapi sekalipun bodoh,
kau begitu molek. Tubuhmu begitu luar biasa, hehh heh heh...”PBS:97
Perlakuan Samsudin menunjukkan dominasi suami yang begitu besar kepada istrinya, Annisa. Sebagian masyarakat menganggap bahwa suami diibaratkan dewa
bagi istrinya. Oleh karena itu, harus dilayani dan dimuliakan. Tetapi, suami yang pantas untuk dimuliakan adalah suami yang mencintai istrinya dan bersikap lemah
lembut, bukan suami yang suka memukul dan memaksakan nafsu binatang kepada istrinya.
Dalam novel
PBS, tampak bahwa betapa secara simbolik perempuan lebih merupakan hiburan laki-laki. Perempuan hanyalah objek seksual sekaligus menjadi
objek kekerasan bagi laki-laki. Dunia perempuan ada di bawah kekuasaan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya, saat suami melakukan kekerasan seksual kepada istrinya atau melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya, maka masyarakat pun banyak yang diam dan tidak
dapat melakukan apa-apa sehingga kekerasan terhadap perempuan semakin sering terjadi.
b. Tindakan pemukulan dan serangan fisik