Latar waktu dalam novel PBS adalah dimulai saat Annisa masih kecil, yaitu saat masih duduk di bangku SD sampai dewasa, yaitu setelah menikah dengan Khudori.
Latar sosial dalam novel PBS adalah kebudayaan Jawa. Hal tersebut dapat terlihat pada penggunaan beberapa kata dalam bahasa Jawa, yaitu: lek, pencilakan,
wedhok, ngerasani, mbak, mudheng, pethakilan, mboten, mas, dan ngelunjak. Penggunaan bahasa Jawa tersebut terlihat pada kutipan berikut ini:
“o...jadi rupanya kamu yang punya inisiatif bocah wedhok. PBS:6 “Jadi.. perasaanmu sekarang seperti sedang berkemah begitu, Lek? Seperti apa
sih? Kok Nisa nggak mudheng? PBS:27 “.....Kau ini perempuan. Mau jadi pahlawan ya? Pencilakan. Pethakilan Kau ini
sadar, kau ini anak siapa, hah” PBS:33
4.4 Tema
Menurut Stanton Nurgiyantoro, 1995:70, tema adalah makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang
sederhana. Tema kurang lebih bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Tema
mengikat unsur-unsur intrinsik yang lain, seperti: alur, penokohan, dan
latar. Tema bersifat memberi koherensi dan makna terhadap keempat unsur tersebut. Oleh karena itu, keempat unsur tersebut dianalisis dahulu agar dapat menyimpulkan
tema. Tema
novel PBS adalah masalah ketidakadilan terhadap perempuan. Tema novel
PBS termasuk ke dalam tema tingkat sosial, yaitu tema yang mengangkat masalah kehidupan yang dihadapi manusia sebagai makhluk sosial.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY:
KETIDAKADILAN GENDER
5.1 Bentuk-bentuk ketidakadilan gender pada tokoh utama dalam novel PBS 5.1.1 Marginalisasi pada tokoh utama
Menurut Fakih 2004:14, marginalisasi adalah suatu proses pemiskinan ekonomi atau peminggiran yang terjadi di dalam negara atau masyarakat yang menimpa kaum
laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya, penggusuran, bencana alam, atau proses eksploitasi.
Marginalisasi identik lebih banyak terjadi terhadap perempuan yang disebabkan oleh gender. Dari segi sumbernya, marginalisasi terjadi karena kebijakan pemerintah,
kebudayaan tertentu, tafsiran agama yang salah, tradisi, dan kebiasaan dalam masyarakat.
Marginalisasi yang terjadi karena kebijakan pemerintah, contohnya program revolusi hijau yang memperkenalkan pendekatan panen dengan sistem tebang
menggunakan sabit sehingga tidak digunakan lagi panenan yang melekat pada kaum perempuan. Akibatnya, banyak petani perempuan yang tidak mendapatkan pekerjaan
lagi di sawah pada musim panen. Dalam dunia kerja, ternyata perempuan juga mengalami diskriminasi. Pada
umumnya, pekerja perempuan memiliki gaji yang lebih kecil dari pekerja laki-laki. Selain itu, perempuan biasanya tidak dipercaya untuk menjadi pemimpin. Hal tersebut
tentunya dapat memiskinkan kaum perempuan. Annisa dalam novel PBS juga mengalami ketidakadilan gender yang berupa
marginalisasi perempuan. Marginalisasi tersebut ditunjukkan dengan ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
Annisa kepada orang tua Samsudin dalam bidang ekonomi. Ketidakmampuan Annisa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri juga merupakan salah satu proses
peminggiran ekonomi terhadap perempuan. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut: Yang kutahu, seluruh biaya kehidupan masih ditanggung orang tuanya dan
akupun tidak peduli”. PBS:116
Ketidaksejahteraan Annisa dalam bidang ekonomi jelas terlihat sewaktu Kalsum istri kedua Samsudin mulai mengambil alih seluruh urusan keluarga termasuk
mengatur keuangan dan segala keperluan Annisa. Kalsum membelanjakan semua uang yang diberikan oleh orang tua Annisa untuk kepentingannya sendiri. Tidak ada lagi
uang untuk biaya sekolah Annisa dan untuk segala keperluan Annisa. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut:
Yang benar-benar menjadi masalah ketika keuangan untuk sekolah dan urusanku menjadi berkurang dan akhirnya sama sekali menghilang. Tak ada lagi jatah
untuk sekolahku. Sebab kalsum membelanjakan semuanya demi kepentingannya sendiri PBS:118
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Annisa adalah seorang perempuan yang hidup dalam kemiskinan. Annisa tidak dapat bekerja karena hanya lulusan SD. Jadi,
dapat dikatakan bahwa kemiskinan yang dialami oleh Annisa disebabkan karena pendidikannya yang rendah.
Secara umum, kutipan-kutipan tersebut menunjukkan bahwa kaum perempuan adalah objek yang termaginalkan. Banyak perempuan seperti Annisa yang kemudian
percaya bahwa perkawinan adalah tempat satu-satunya bagi mereka untuk menyelamatkan hidupnya karena perkawinan dapat memecahkan masalah
ketergantungan ekonomi dan psikologisnya. Sebagai istri yang hanya berdiam diri di rumah dan tidak berperan dalam upaya pencarian sumber daya ekonomi bagi keluarga,
perempuan dianggap lemah, tidak berdaya, dan tidak mampu bertindak.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, seharusnya hak pendidikan kaum perempuan tidak boleh dihapuskan agar kelak kaum perempuan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kemandirian kaum perempuan dalam bidang ekonomi dapat memperkecil jumlah kekerasan terhadap kaum perempuan karena kaum perempuan akan lebih dihargai
dalam masyarakat.
5.12. Subordinasi pada tokoh utama