Kebudayaan Jawa Marginalisasi dan budaya Jawa

masih terkesan kurang tegas dan berani sehingga analisisnya sering kali tidak tuntas. Kelompok semacam inilah yang disebut dengan kategori reformis, yaitu kelompok yang berusaha melakukan kritik terhadap tafsir-tafsir klasik serta menawarkan penafsiran baru.

5.2.2 Kebudayaan Jawa

Novel PBS menggunakan latar kebudayaan Jawa yang menganut budaya patriarki. Budaya patriarki membentuk berbagai macam mitos, tradisi, keyakinan, dan peraturan yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah di bawah laki-laki. Pada awalnya sistem masyarakat Jawa adalah bilineal, yakni posisi perempuan dan laki-laki setara dalam mengambil keputusan. Namun, akibat pengaruh kondisi dari luar, yaitu sistem feodal, maka masyarakat Jawa yang bilineal menjadi patrilineal. Hubungan setara perempuan dan laki-laki berubah menjadi hubungan subordinasi. Ketidakadilan terhadap perempuan Jawa pada dasarnya bersumber dari tipologi Jawa, yaitu laki-laki dikatakan seratus persen laki-laki tulen adalah apabila sanggup menyediakan wisma rumah tinggal, turangga kendaraan tradisional, curiga senjata tradisonal Jawa, kukila burung perkutut, dan perempuan. Seorang laki-laki Jawa tidak akan komplit citranya bila tidak dapat merengkuh seorang perempuan walaupun ia telah memiliki wisma, turangga, kukuila, dan curiga. Tipologi yang memuat pasal 5 itu memaparkan bahwa kedudukan seorang perempuan hanya sejajar dengan binatang dan barang lainnya, yaitu: kuda, burung, keris. Dari konsep semacam itu, pria Jawa menciptakan sikap mengontrol perempuan Jawa. Ketergantungan perempuan Jawa terhadap kaum laki-laki sudah mapan. Hal itu memperolah pembenaran dalam filsafat budaya Jawa. Universitas Sumatera Utara

5.1.1 Marginalisasi dan budaya Jawa

Dalam budaya Jawa, terdapat pameo bagi kaum perempuan: karena aku wanita maka aku adalah tanggungjawabmu. Kalau aku menjadi nol besar, itupun akibat prilakumu yang congkak. Pameo tersebut menunjukkan ketergantungan perempuan pada laki-laki termasuk dalam ketergantungan ekonomi. Pameo itu menunjukkan bahwa perempuan bukan lawan jenis yang mengarungi hidup di dunia, namun perempuan sekedar alat lawan jenis yang bergantung pada suaminya. Ketergantungan perempuan Jawa pada suaminya terlihat pada tokoh Annisa dalam novel PBS. Annisa dari kecil dididik menjadi seorang istri yang hanya berperan mengurus rumah dan tidak berperan dalam usaha pencarian sumber daya ekonomi bagi keluarga. Selain itu, ada tradisi dalam budaya Jawa bahwa uang yang dihasilkan oleh perempuan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga, sedangkan uang yang dihasilkan laki-laki digunakan untuk tayuban atau membeli tuak. Tradisi tersebut juga mengakibatkan perempuan Jawa termaginalkan.

5.1.2 Subordinasi dan kebudayaan Jawa