3. Lembaga Pemasyarakatan 3.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

xxxv 2. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 2. 3. Lembaga Pemasyarakatan 2.3.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah Lembaga Pemasyarakatan LP di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dahulu Departemen Kehakiman. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan biasa disebut narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan WBP bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. http:id.wikipedia.orgwikiLembaga_Pemasyarakatan, diakses tanggal 13 maret 2012, jam 23:36. Lembaga pemasyarakatan merupakan wadah pembinaan bagi narapidana yang berdasarkan sistem pemasyarakatan berupaya untuk mewujudkan pemidanaan yang integratif. Pemidanaan yang integratif adalah upaya untuk membina dan mengembalikan narapidana ke dalam kesatuan hidup masyarakat yang baik dan berguna. Dengan kata lain, lembaga pemasyarakatan melaksanakan rehabilitasi, reduksasi, resosialisasi dan perlindungan baik terhadap narapidana dan masyarakat di dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan Hermidi, 2001: Pembinaan narapidana sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pemidanaan xxxvi Lembaga pemasyarakatan yang berkembang sekarang ini menganut sistem pemasyarakatan yaitu suatu tatanan arah dan batas serta cara pembinaan terhadap narapidana berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas narapidana agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan Undang-Undang Nomor 12 Pasal 1- 3 Tahun 1995. Negara menjadikan penjara sebagai tempat penghukuman bagi orang yang dinyatakan pengadilan bersalah. Penjara juga menjadi lembaga rehabilitasi pesakitan bagi narapidana itu sendiri. Oleh karena itu, otoritas penjara bukan hanya semata melaksanakan hukuman, melainkan jauh lebih mulia yaitu mengembalikan para narapidana ke dalam kehidupan masyarakat. Tujuan dari fungsi penjara yang menggembleng para penghuninya agar mereka ketika kembali kepada masyarakat dapat berkehidupan normal, sehingga stigma negative akan mantan penghuni Lembaga Pemasyarakatan tidak melekat pada mereka. Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu pranata masyarakat, sebagai tempat untuk mendidik para narapidana agar dapat meluluhkan kembali kesadaran mereka dalam bermasyarakat, untuk memperbaiki martabat dan harga diri mereka ditengah-tengah masyarakatnya. Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai wadah pembinaan untuk melenyapkan sifat-sifat jahat melalui pendidikan Panjaitan,1995:10. Pemasyarakatan berarti kebijaksanaan dalam perlakuan terhadap narapidana yang bersifat mengayomi masyarakat dari gangguan kejahatan sekaligus mengayomi xxxvii para narapidana yang “tersesat jalan” dan memberi bekal hidup bagi narapidana setelah kembali ke dalam masyarakat Soedjono,1972:147. Jadi, pemasyarakatan adalah suatu proses pembinaan yang dilakukan oleh negara kepada para narapidana dan tahanan untuk menjadi manusia yang menyadari kesalahannya.

2.3.2 Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan diklasifikasikan dalam 3 tiga Klas, yang mana Klasifikasi tersebut pada pasal 4 ayat 1, yang didasarkan pada kapasitas, tempat kedudukan dan kegiatan kerja, yaitu: a. Lapas Klas I Lapas Klas I ini berada di daerah tingkat I yaitu provinsi. Adapun tata kerja di Lapas Klas I ini terdiri dari 5 bagian yaitu Bidang Tata Usaha, Bidang Pembinaan Narapidana, Bidang Kegiatan Kerja, Bidang Administrasi Keamanan Dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan b. Lapas Klas II A Lapas Klas II ini berada di daerah tingkat II yaitu kotakotamadya. Adapun tata kerja di Lapas Klas II ini terdiri dari 5 bagian yaitu Bidang Tata Usaha, Bidang Pembinaan Narapidana, Bidang Kegiatan Kerja, Bidang Administrasi Keamanan Dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan c. Lapas Klas II B Adapun tata kerja di Lapas Klas II ini terdiri dari 4 bagian yaitu Bidang Tata Usaha, Bidang Bimbingan NarapidanaAnak Didik dan Kegiatan xxxviii Kerja, Bidang Administrasi Keamanan Dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

2.3.3 Petugas Pemasyarakatan

Di Indonesia, sipir disebut dengan petugas pemasyarakatan yang bertanggung jawab melakukan pembinaan terhadap narapidana atau tahanan di Lapas maupun rutan rumah tahanan. Petugas pemasyarakatan atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di pemerintahan Indonesia pada Departemen Hukum dan Ham R.I. http:id.wikipedia.orgwikiLembaga_Pemasyarakatan, diakses tanggal 13 maret 2012, jam 23:36. Sipir atau petugas pemasyarakatan merupakan seseorang yang diberikan tugas dengan tanggung jawab pengawasan, keamanan, dan keselamatan narapidana di penjara. Perwira tersebut bertanggung jawab untuk pemeliharaan, pembinaan, dan pengendalian seseorang yang telah ditangkap dan sedang menunggu pengadilan ketika dijebloskan maupun yang telah didakwa melakukan tindak kejahatan dan dijatuhi hukuman dalam masa tertentu suatu penjara. Sebagian besar perwira bekerja pada pemerintahan negara tempat mereka mengabdi, meskipun ada pada negara- negara tertentu, sipir bekerja pada perusahaan swasta. Petugas pemasyarakatan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat wajib menghayati serta mengamalkan tugas-tugas pembinaan masyarakat dengan penuh tanggung jawab. Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan pemasyarakatan yang berdaya guna, tepat guna dan berdaya guna, petugas harus memiliki kemampuan profesional, dan integritas moral Sujatno,2008:132-133. Para petugas pemasyarakatan juga dapat ditunjang dengan bekal kecakapan melakukan pembinaan xxxix dengan pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan mampu berdaya cipta dalam melakukan pembinaan. Berdasarkan surat edaran Dirjen Pemasyarakatan berikut ini adalah sepuluh kewajiban petugas pemasyarakatan: 1. Menjunjung tinggi hak-hak warga binaan pemasyarakatan. 2. Bersikap belas kasih dan tidak sekali-kali menyakiti warga binaan pemasyarakatan. 3. Berlaku adil terhadap warga binaan pemasyarakatan. 4. Menjaga rahasia pribadi warga binaan pemasyarakatan. 5. Memperhatikan keluhan warga binaan pemasyarakatan. 6. Menjaga rasa keadilan masyarakat. 7. Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan prilaku. 8. Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman dan gangguan keamanan. 9. Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat 10. Menjaga keseimbangan antara kepentingan pembinaan dan keamanan. Dalam The Implementation Standard Minimun Rules For The Treatment Of Prisioner dinyatakan bahwa syarat yang harus dimiliki petugas pemasyarakatan adalah integritas moral, profesionalisme, rasa kemanusiaan dan kecocokan pekerjaan itu dengan hati nuraninya. Karena itu, upaya yang harus ditempuh manajamen Pemasyarakatan adalah menciptakan kondisi bagi terbentuknya petugas yang memenuhi persyaratan tersebut melalui proses rekuitment, pendidikan dan latihan, pembinaan karir dan lain sebagainya J Cooke, 2008 :VII. xl 2. 4. Sistem Pemasyarakatan 2.4.1 Sejarah Sistem Pemasyarakatan