Latar Belakang Masalah Seluruh Staff pendidikan dan administrasi FISIP USU, yang membantu

xvii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini masih banyak masalah sosial yang tidak bisa teratasi. Salah satunya yaitu masalah tindak kriminal atau kejahatan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kejahatan ini mengakibatkan kondisi yang dapat membahayakan kehidupan dan tidak adanya ketenangan dalam masyarakat. Kejahatan merupakan aktivitas kriminal yang sangat berpengaruh terhadap aspek kehidupan manusia. Kejahatan dapat saja terjadi tanpa mengenal ruang dan waktu, tanpa mengenal siapa korban, dan tanpa pandang bulu yang terpenting bagi pelaku kejahatan tersebut adalah mendapatkan keinginannya dalam setiap gerakan yang telah direncanakan. Kejahatan juga bisa saja terjadi tanpa suatu rencana akan tetapi karena adanya kesempatan yang selalu mengintai manusia sehingga menimbulkan kejahatan yang tidak diinginkan oleh setiap insan file :H:final20skripsi000000000perbedaan- taraf-hidup-mengakibatkan.html. Tidak ada satu pun negara yang terbebas dari tindak kejahatan, baik negara berkembang ataupun negara maju sekalipun. Suatu hal yang mustahil jika kita mengharapkan kejahatan tidak akan terjadi dari kehidupan masyarakat. Tampak fenomena meningkatnya kejahatan, baik sadis maupun tidak, timbul bersamaan dengan perkembangan kehidupan masyarakat kita yang mengalami perubahan dengan segala problem individual dan struktural yang kompleks. Banyak kejahatan yang terjadi dalam masyarakat misalnya pencurian, perampokan,penganiayaan, korupsi yang sedang mewarnai kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini dan kasus-kasus lainnya jika dihitung setiap tahunnya. xviii Kriminolog Erlangga Masdiono mengungkapkan bahwa tingginya angka kriminal di Indonesia disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma dan hukum, ketidakharmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah bergeser. Hal ini diperparah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan nilai-nilai etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada aspek kognitifnya skorataunilai TVOne, 1112011 diakses tanggal 15 maret 2011. Meningkatnya jumlah kejahatan saat ini juga didukung oleh keadaan stabilitas nasional yang jauh dari kesejahteraan. Keadaan perekonomian saat ini tidak menjanjikan bagi masyarakat Indonesia,demikian juga halnya perpolitikan saat ini,segalanya sarat akan masalah. Situasi ini diporak-porandakan oleh terjadinya krisis dimulti bidang yang merusak tatanan kehidupan masyarakat,yang membuat kesempatan berbuat jahat meningkat ditambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan yang mendorong tumbuh dan berkembangan kejahatan di masyarakat saat ini. Mengingat banyaknya pelaku tindak pidana dengan berbagai latar belakang serta tingkat kejahatan yang berada dalam satu tempat yang sama, yang menyebabkan proses hukum dan proses pembinaan belum berjalan sesuai yang diharapkan. Pidana penjara belum dapat membuat jera para pelaku kejahatan. Hal ini dapat terbukti dengan semakin meningkatnya kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat baik para pendatang baru. Angka kejahatan di Indonesia semakin lama semakin mengalami peningkatan, seperti yang dikemukakan oleh Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo Kapolri dalam pidatonya saat gelar pasukan untuk Operasi Lilin 2011 di kawasan Monas, Jakarta, Kamis 2212, bahwa dari data pengendalian operasi Mabes Polri, gangguan keamanan yang terjadi di seluruh Indonesia pada tahun 2011 mengalami peningkatan xix 6,3 persen-dari 298.988 kasus pada tahun 2010 menjadi 317.016 kasus pada 2011. Peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat berpotensi meningkatkan berbagai permasalahan dan gangguan keamanan masyarakat maupun ketertiban Reportase News.Tingkat Kejahatan di Indonesia Meningkat file:H:kejahatan Tingkat20Kejahatan20di20Indonesia20Meningkat20_20Reportase 20News2020Portal20Berita20Online.htm diakses tanggal 15 maret 2012. Sebagai kota ketiga terbesar di republik ini, kota Medan pun tidak bisa lepas dari tindak kejahatan dengan berbagai macam cara dan aneka kejahatan yang selalu meningkat tiap tahunnya. Hal ini sebagaimana Polda Sumut mencatat jumlah kejahatan atau gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Kamtibmas meningkat 16,3 persen dibanding 2010. Peningkatan tersebut terlihat dari catatan yakni di 2010, gangguan Kamtibmas sebanyak 37.668 kasus sedangkan di 2011 mencapai 43.844 berarti meningkat sekira 16,3 persen, ujar Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro didampingi Waka Polda Brigjen Sahala Allagan, pejabat utama serta Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga, saat merilis catatan akhir tahun di Lapangan Merdeka, Sabtu 3112file:H:kejahatanKapolda2020201 1,20Kejahatan20Meningkat20di20Sumut20-20Harian20Analisa.htm diakses tanggal 15 maret 2012. Kejahatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan yang semakin hari semakin meningkat dapat menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu masyarakat, sehingga masyarakat itu berhak mencela dan mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan sanksi atau hukuman terhadap pelaku. Kejahatan juga merupakan perbuatan menurut undang undang diancam dengan hukum pidana yaitu bagian dari hukum yang berisi tentang xx aturan-aturan untuk menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai sanksi berupa pidana bagi individu yang melanggar. Fungsi hukum sebagai salah satu alat untuk menghadapi kejahatan melalui wadah pembinaan narapidana untuk pengembalian ke dalam masyarakat. Lembaga pemasyarakatan adalah muara dari sistem peradilan pidana yang berwenang dan diberi tugas oleh negara untuk melakukan pembinaan dan memberikan pengayoman. Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara warga binaan pemasyarakatan atau narapidana dengan masyarakat. Sistem pemasyarakatan merupakan sistem pembinaan narapidana yang digunakan pada saat ini, pada mulanya sistem pemasyarakatan ini adalah pemikiran Dr. Saharjo yang menolak sistem pemidanaan yang lama yaitu sistem pidana yang menitikberatkan pada prinsip balas dendam tanpa memperhatikan harkat dan martabat manusia. Sistem pemasyarakatan berupaya membina dan mendidik para pelaku tindak pidana agar bertobat atau tidak lagi melakukan kejahatan dan dapat hidup normal kembali dalam masyarakat dengan baik Pujianto,2004:223. Sistem Pemasyarakatan mulai dilaksanakan sejak tahun 1964 dengan ditopang oleh UU No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. UU Pemasyarakatan itu menguatkan usaha-usaha untuk mewujudkan suatu sistem Pemasyarakatan yang merupakan tatanan pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan. Pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lapas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang mencakup kegiatan pengembangan bakat dan keterampilan; kesadaran beragama; kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kesadaran hokum xxi kemampuan meningkatkan ilmu dan pengetahuan; serta keintegrasian diri dengan masyarakat. Kegiatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan bukan sekedar untuk menghukum atau menjaga narapidana tetapi mencakup proses pembinaan agar warga binaan menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukan. Hal ini juga berarti bahwa pembinaan terhadap narapidana juga harus bermanfaat baik selama yang bersangkutan menjalani pidana maupun setelah selesai menjalani pidana, sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama dengan anggota masyarakat pada umumnya untuk dapat memberikan kontribusinya sebagai anggota masyarakat yang aktif dan produktif dalam pembangunan bangsa. Dengan kata lain bahwa program dan kegiatan pembinaan yang dilakukan dalam lembaga pemasyarakatan diarahkan untuk membangun manusia mandiri. Salah satu lembaga pemasyarakatan yang membina dan mendidik para pelaku tindak pidana agar bertobat atau tidak lagi melakukan kejahatan dan dapat hidup normal kembali dalam masyarakat dengan baik melalui program pembinaan adalah Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai. Pelaksanaan program pembinaan terhadap narapidana dilakukan dalam pembinaan awal dimana narapidana akan memperoleh pembinaan melalui kegiatan penyuluhan tentang arti penting hukum, program pendidikan melalui program paket A, paket B, dan paket C, dan pendidikan keterampilan. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan yaitu dengan diberikannya hak kepada narapidana untuk memperoleh cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, pembebasan bersyarat, cuti menengok keluarga, cuti alasan penting, dan asimilasi dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai, banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor pendukung maupun faktor xxii penghambat. Faktor yang mendukung program pembinaan yaitu adanya kemauan individu narapidana untuk mengikuti program pembinaan, adanya kerjasama dengan instansi pemerintah yang lain, adanya dukungan dari pihak keluarga, petugas pemasyarakatan dan penasehat hukum. Faktor penghambat dalam membina narapidana adalah antusias warga binaan yang masih rendah untuk mengikuti program pembinaan, over capasity terlalu penuhnya warga binaan didalam lembaga pemasyarakatan sehingga mengakibatkan pembinaan kurang intensif. Banyak persoalan yang muncul dalam lembaga pemasyarakatan Binjai ini, misalnya pada hari Sabtu, 19 Maret 2011 sekitar pukul 22.00 WIB, Petugas Lembaga Pemasyarakatan Binjai, yang melakukan razia di setiap kamar sel narapidana menemukan puluhan amplop ganja. Barang terlarang itu diketahui milik narapidana berinisial RI 25 dan BR 26, yang menghuni kamar XI Blok A Lembaga Pemasyarakatan Binjai. Narkoba yang diamankan itu berupa 230 amplop berisi ganja dan satu bungkus besar ganja seberat 20 ons milik dua narapidana yang menghuni kamar sel tersebut. file:I:lp20n20masalahnyaKemenkumham20Sumut20Turunkan20Tim 20Ke20Lapas20Binjai20_20Harian20Berita20Sore.htm diakses tanggal 20 April pukul 10:00. Pada Senin 25 Juli 2011, sekitar pukul 06.00 WIB seorang narapidana yaitu Deni penduduk Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Binjai Timur melarikan diri dari Lapas Klas II Binjai. Deni menjalani hukuman pidana selama lima tahun karena terlibat dalam kasus shabu-shabu. Peristiwa pelarian diri ini terjadi karena Deni memiliki permasalahan utang piutang di dalam lembaga pemasyarakatan. Deni kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Klas II Binjai, saat petugas jaga sedang melaksanakan pergantian piket. Kesempatan itu dipergunakan narapidana tersebut untuk melarikan xxiii diri dengan cara memanjat tembok dapur menggunakan tali. Deni selama ini dipercaya di bagian dapur, namun ternyata diam-diam berniat tidak baik, yakni ingin melarikan diri. Kejadian ini diketahui saat petugas sedang mengecek di bagian dapur untuk menanyakan makanan bagi tahanan lainnya. file:I:lp20n20masalahnyaindex.php.htm, Waspada Online Diakses tanggal 20 April 2012, pukul 09:58 WIB. Apabila kita melihat kejadian yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai, narapidana masih tetap melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan meresahkan kehidupan masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini, Lembaga Pemasyarakatan berfungsi sebagai tempat pembinaan dan perbaikan terhadap para narapidana diharapkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat menanggulangi volume kejahatan dalam masyarakat dan narapidana dapat berfungsi sosial kembali ke dalam kehidupan bermasyarakat serta tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat. Lembaga pemasyarakatan juga memberi motivasi terhadap narapidana untuk lebih antusias dalam menjalani program pembinaan, memberikan tindak lanjut terhadap pembinaan yang dilakukan lembaga pemasyarakatan kepada mantan narapidana agar tidak mengulangi tindak kejahatan. Pembinaan yang dilakukan melalui program pembinaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, mengakomodasi pendapat narapidana dalam menentukan program pembinaan dan pihak lembaga pemasyarakatan harus memberikan tindak lanjut terhadap pembinaan yang telah diberikan. Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya menjadi sebuah penelitian yang berjudul xxiv ”Respon Narapidana Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai”.

1.2 Perumusan Masalah