xxxi mereka akan terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif
terhadap kualitas. Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek
merupakan orang yang merespon dan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Binjai dan menjadi objeknya adalah Program Pembinaan.
2. 2. Narapidana 2.2.1 Pengertian Narapidana
Banyak pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat, baik pelanggaran hukum adat ataupun hukum negara. Setiap pelanggaran yang dilakukan dalam
hukum adat atau hukum negara mempunyai konsekuensi berupa sanksi. Pelaku pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang dilakukannya. Dalam
hukum negara pelaku pelanggaran hukum akan menerima sanksi setelah dilakukan peradilan dan dikenakan putusan dari hakim. Saat ini di masyarakat berkembang
istilah lain untuk menyebut tahanan tindak pidana yaitu narapidana. Secara umum narapidana berarti orang yang melakukan tindak pidana.
Di dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pengertian narapidana adalah terpidana yang hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan. Sedangkan pengertian terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Bemmelen 1958 kejahatan adalah perilaku yang merugikan atau merusak dan asusila yang menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu
masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak mencela dan mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan sangsi atau
xxxii hukuman terhadap pelaku. Hukum pidana yaitu bagian dari hukum yang berlaku
disuatu negara, yang berisi tentang aturan-aturan untuk menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dengan disertai sanksi berupa pidana bagi
individu yang melanggar. Jadi, narapidana adalah orang yang pada waktu tertentu dalam konteks suatu budaya, perilakunya dianggap tidak dapat ditoleransi dan harus
diperbaiki dengan penjatuhan sanksi pengambilan kemerdekaannya sebagai penegakkan norma-norma aturan-aturan oleh alat-alat kekuasaan negara yang
ditujukan untuk melawan dan memberantas perilaku yang mengancam keberlakuan norma tersebut.
Narapidana atau sering disebut Warga Binaan Pemasyarakatan WBP adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Lapas, yaitu
seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
2.2.2 Hak dan Kewajiban Narapidana
Narapidana masih mempunyai beberapa hak dalam suatu proses peradilan pidana, yaitu:
1. Hak untuk mendapatkan pembinaan atau penghukuman yang manusiawi sesuai
dengan pancasila, UUD 1945 dan ide mengenai pemasyarakatan. 2.
Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja.
3. Hak untuk tetap dapat berhubungan dengan orang keluarga sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan adalah:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
xxxiii b.
Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani c.
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran d.
Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang baik. e.
Menyampaikan keluhan f.
Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang
g. Mendapatkan upah premi atas pekerjaan yang dilakukan
h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu
lainnya. i.
Mendapatkan pengurangan masa pidana remisi. j.
Mendapatkan kesempatan asimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k.
Mendapat pembebasan bersyarat. l.
Mendapat cuti menjelang bebas. m.
Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Manual Lembaga Pemasyarakatan mengatur setidaknya ada 5 lima hak
narapidana yang diberikan apabila narapidana tersebut telah memenuhi persyaratan tertentu. Hak-hak tersebut adalah :
1. Mengadakan hubungan terbatas dengan pihak luar
Negara tidak berhak membuat seorang narapidana menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Selama menjalani masa hukumannya, seorang narapidana
harus secara berangsur-angsur diperkenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Antara lain dengan cara : surat-menyurat
dan kunjungan keluarga.
xxxiv 2.
Memperoleh Remisi Setiap 17 Agustus 1945, berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1987, setiap
narapidana yang berkelakuan baik, telah berjasa kepada negara, melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan, dan narapidana
yang membantu kegiatan dinas Lembaga Pemasyarakatan, akan memperoleh remisi.
3. Memperoleh Asimilasi
Selama kehilangan kemerdekaannya, seorang narapidana harus secara berangsur-angsur diperkenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh
diasingkan dari masyarakat. Asimilasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: asimilasi ke dalam yaitu, hadirnya masyarakat ke dalam LP, dan
asimilasi ke luar yaitu, hadirnya narapidana di tengah-tengah masyarakat. 4.
Memperoleh Cuti Menjelang Bebas 5.
Memperoleh Pembebasan Bersyarat Hak ini merupakan hak pengintegrasian narapidana, yaitu hak narapidana
untuk sepenuhnya berada di tengah-tengah masyarakat, dengan syarat narapidana tersebut telah menjalani 23 dari masa hukumannya. Narapidana
yang memperoleh pembebasan bersyarat ini tetap diawasi oleh Balai
Pemasyarakatan Bapas dan Jaksa negeri setempat Loqman, 2002:94.
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh narapidana, yaitu bahwa setiap narapidana pemasyarakatan wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan
agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Kewajiban narapidana ditetapkan pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 15 yaitu:
1. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan
tertentu.
xxxv 2.
Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
2. 3. Lembaga Pemasyarakatan 2.3.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan