Sudut Pandang Gaya Bahasa

Ali dalam Rampan 1984:28 berpendapat bahwa penokohan adalah Pelukisan manusia yang menjadi pelaku, manusia yang menjadi obyek penulis. Pendapat ini sama dengan pendapat Aminuddin 2009:79 yang menyatakan bahwa penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Menurut Jakob Sumardjo dalam Rampan 1984:28 ada lima cara untuk menggambarkan tokoh dan penokohan dalam fiksi, yaitu 1 melalui apa yang diperbuat, 2 tindakan-tindakan tokoh; khususnya bagaimana sikap tokoh dalam keadaan krisis, 3 melalui ucapan-ucapan, 4 penggambaran fisik tokoh, 5 melalui pikiran tokoh, 6 melalui pemaparan secara langsung. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggambarannya dapat melalui fisik dan sikap tokoh tersebut.

5. Sudut Pandang

Telah disebutkan bahwa suatu cerita hakikatnya ialah lukisan mengenai kehidupan manusia yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh tertentu. Untuk menampilkan cerita mengenai kehidupan tokoh tersebut, pengarang menentukan siapa orangnya dan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita itulah yang disebut pusat pengisahan atau yang dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan istilah point of view Suharianto 2005:25. Menurut Rampan 1984:29 sudut pandang adalah pilihan pengarang dalam menggunakan tokoh cerita. Point of view digunakan pengarang untuk memilih dari sudut mana ia akan menceritakan ceritanya. Apakah sebagai orang luar saja, atau pengarang juga akan ikut turut serta dalam teks cerita pendek yang dibuatnya. Secara garis besar, sudut pandang dibedakan dalam dua macam, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama meliputi: “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” sebagai tokoh tambahan. Sudut pandang orang ketiga meliputi: “dia” maha tahu, yaitu cerita dikisahkan dari sudut “dia” nama tokoh lain dan “dia” terbatas, yaitu pengarang melukiskan yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, tetapi hanya terbatas pada seorang tokoh Kusmayadi 2010:26. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, sudut pandang merupakan cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Cara pemaparannya dapat melalui sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga.

6. Gaya Bahasa

Peran bahasa dalam sebuah teks cerita pendek sangat penting. Bahasa dalam karya sastra memiliki fungsi ganda. Bahasa tidak hanya sebagai alat untuk menyampaikan maksud pengarang, akan tetapi juga sebagai penyampai perasaannya. Oleh karena itu, pengarang senantiasa memilih kata dan menyusunnya sedemikian rupa sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh cerita tersebut. Dalam menyampaikan hal tersebut pengarang mempunyai gaya yang berbeda-beda. Menurut Wiyatmi 2009:42 gaya gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi pilihan kata, imajeri citraan, dan sintaksis pilihan pola kalimat. Melengkapi pendapat ini Aminuddin 2004:72, mengungkapkan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Lebih lanjut Jabrohim 2003:119 memaparkan gaya bahasa adalah ciri khas seorang penulis atau cara yang khas pengungkapan seorang penulis. Gaya bahasa seorang penulis meliputi pemilihan kata-kata, penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, cara memandang persoalan, dan sebagainya. Gaya bahasa yang dapat mencerminkan karya sastra yang baik dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya 1 menggunakan bahasa yang mengandung unsur emotif, 2 menggunakan bahasa yang mengandung unsur konotatif, dan 3 mengutamakan keaslian pengucapan dengan menggunakan penyimpangan yang menimbulkan efek keindahan. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gaya adalah cara khas seorang pengarang dalam menggunakan bahasa sehingga terdapat ketepatan pemakaian kata, penggunaan kalimat dalam sebuah cerita sehingga menimbulkan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya imajinasi dan emosi pembaca.

7. Amanat