IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sengaja karena
kecamatan ini merupakan salah satu penghasil Tahu Pong di Sukoharjo. Tahu Pong merupakan salah satu jenis tahu yang dapat dijadikan produk andalan daerah
ini, akan tetapi pengelolaan dari segi produksi, pemasaran dan kelembagaan masih sederhana.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara para pemilik usaha rumah tangga tahu di daerah
Kartasura. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur seperti buku potensi kelurahan, kecamatan, kabupaten setempat, departemen terkait, dan BPS.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling sengaja sebanyak 30 responden pengusaha rumah tangga tahu Pong di
Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Pengambilan responden terjadi di dua kelurahan yaitu Kelurahan Wirogunan dan Kelurahan Ngabeyan. Responden
yang terpilih harus memproduksi Tahu Pong dan tidak memiliki pabrik pengolahan tahu putih.
4.4 Metode Pengolahan Data
Data diolah dengan dua metode pengolahan, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif dilakukan secara deskritif untuk mengetahui
gambaran usaha tahu dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajeman, sedangkan metode kuantitatif untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM
terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi produksi tahu pong dan perubahan kinerja usaha Tahu Pong.
Analisis dampak kenaikan harga BBM ini menggunakan metode before and after, sehingga dapat melihat perubahan faktor – faktor yang mempengaruhi
produksi dan kinerja usahanya. Produksi dihitung dalam satuan papanbulan karena terdapat perbedaan bentuk potongan dan ukurannya. Pengolahan faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi ini menggunakan fungsi produksi Cobb- Douglas yang dianalisis dengan regresi berganda yang dibantu program komputer
Minitab 14. Perubahan kinerja dilihat dari penerimaan, biaya dan keuntungan usaha.
Penerimaan dianalisis dari hasil perkalian antara harga dengan jumlah produksinya. Data yang dibutuhkan adalah jumlah produksi dan harga tahu setiap
potongnya. Biaya dianalisis dari segi biaya produksi dan pemasarannya. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan setiap bulan. Data yang dibutuhkan
adalah harga dan jumlah input yang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penolong serta biaya transportasi. Kedua analisis ini menggunakan program
komputer Microsoft Excel. Analisis biaya pemasaran ditambah analisis struktur tata niaga Tahu Pong.
u
e X
aX Y
b b
2 2
1 1
=
Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibattkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut
variabel bebas Y dan yang lain disebut sebagai variabel menjelaskan X Soekartawi, 2003. Lebih lanjut Soekartawi menjelaskan fungsi ini umumnya
diselesaikan dengan cara regresi karena sesuai fungsi analisis regresi. Gujarati 1978 menyatakan bahwa analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan
satu variabel, variabel tak bebas pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan dengan makasud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung
mean atau rata-rata populasi variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahuhi atau tetap dalam pengambilan sampel berulang variabel yang
menjelaskan yang belakangan. Soekartawi 2003 menrumuskan secara matematik fungsi ini, yaitu:
Persamaan tersebut kemudian diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut, yaitu: logY = log a + b
1
log X
1
+ b
2
log X
2
+ u Dimana:
Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan
a, b = parameter yang diduga u = kesalahan dissturbance term
e = logaritma natural, e = 2,718
Persyaratan dari fungsi Cobb-Douglas ini adalah: 1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui. 2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan. 3. Tiap variabel X adalah perfect competition.
4. Perbedaan lokasi seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u.
Analisis Pengaruh Kenaikan Harga BBM terhada p Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tahu Pong
Analisis pengaruh ini dengan membandingkan hasil analisis regresi berganda faktor- faktor yang mempengaruhi produksi tahu pong setiap bulan
sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ε β
β β
β +
+ +
+ =
3 3
2 2
1 1
log log
log log
log X
X X
Y
Dimana :
1
Y
= Produksi tahu pong setiap hari papanbulan
β
= Intersep
8 1
−
β
= Koefisien regresi X
1
= Jumlah penggunaan kedelai setiap bulan kgbulan X
2
= Jumlah penggunaan minyak goreng setiap bulan kgbulan X
3
= Jumlah penggunaan kayu bakar setiap bulan Rpbulan e
= error term
Model tersebut kemudian di uji dengan uji statistik F untuk mengetahui penga ruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dengan
cara: Hipotesis :
H : b
i
= 0; artinya variabel amatan X
i
secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
H
1
: b
i
? 0; artinya variabel amatan X
i
secara serentak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
Gujarati 1978 merumuskan statistik ujinya sebagai berikut:
−
−
= k
N RSS
k ESS
F
hit
1
Derajat bebas N – k , dimana : ESS
= Jumlah kuadrat yang dijelaskan RSS
= Jumlah kuadrat residual N
= Jumlah pengamatan k
= Jumlah koefisien Kriteria Uji:
Jika : F-hit F-tabel, maka terima H
, artinya variabel amatan X
i
secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
. Jika : F-hit
F-tabel, maka tolak H , artinya variabel amatan X
i
secara serentak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
. Pengaruh masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan
dengan menggunakan uji statistik t, yaitu dengan cara pengujian hipotesis:
Hipotesis : H
: b
i
= 0; artinya variabel amatan X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
H
1
: b
i
? 0; artinya variabel amatan X
i
berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
Gujarati 1978 merumuskan statistik ujinya dengan derajat bebas N – k, yaitu: t-hit
N-k
= ˆ
ˆ
i i
i
se β
β β −
Kriteria Uji : Jika : t- hit
N-k
t-tabel, maka terima H , artinya variabel amatan X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
. Jika : t-hit
N-k
t-tabel, maka tolak H , artinya variabel amatan X
i
berpengaruh nyata terhadap produksi tahu pong Y
i
. Perbandingan ukuran kebaikan-suai goodness of fit dari dua garis regresi
yang sama jenis dan jumlah variabelnya dapat menggunakan koefisien determinasi R
2
. Koefisien determinasi adalah proporsi bagian atau prosentase total variasi dalam variabel produksi tahu pong Y yang dapat dijelaskan oleh
model. Gujarati 1978 koefisien ini dapat dirumuskan sebagai berikut: R
2
=
TSS ESS
Dimana: ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan
TSS = jumlah kuadrat total Semakin besar nilai R
2
maka makin besar variasi variabel produksi tahu pong Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang terpilih.
Model regresi linier majemuk mensyaratkan tidak adanya multikolinearitas atau hubungan linier di antara variabel bebas. Gujarati 1978 mengkondisikan
multikolinearitas sebagai berikut: ?
1
X
1
+ ?
2
X
2
+ .... + ?
k
X
k
= 0 dimana:
X
1
, X
2
, ..., X
k
= variabel besar ?
1
, ?
2
, ...., ?
k
= konstanta Mulitikolinearitas ini dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation
Factors VIF. Jika nilai VIF lebih dari 10 maka terdapat multikolinearitas dalam model regresi tersebut dan jika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat
multikolinearitas dalam model regresi.
4.4.2 Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Kinerja Usaha Tahu Pong
Analisis dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja dilihat dari perubahan penerimaan, struktur biaya dan keuntungan usaha sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM bulan Oktober 2005. Analisis penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah Tahu Pong yang diproduksi dan harganya. Analisis biaya
dibagi menjadi 2 yaitu biaya produksi dan biaya pemasaran. Biaya produksi menggunakan biaya yang termasuk biaya variabel. Biaya variabel merupakan
biaya yang berpengaruh secara langsung jumlah yang diproduksi. Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku kedelai, biaya tenaga kerja, biaya pabrik dan bahan
penolong seperti bumbu - bumbu, minyak goreng, bahan bakar. Biaya pemasaran merupakan biaya distribusi yang dikeluarkan produsen untuk mengangkut Tahu
Pong ketempat jual beli dengan pelanggannya. Analisis lembaga pemasaran Tahu Pong juga ditambahkan dalam analisis ini.
Analisis keuntungan usaha dengan cara membandingkan keuntungan pada saat sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Analisis keuntungan usaha
menggunakan rumus matematis yang dirumuskan oleh Soekartawi 1978, sebagai berikut:
K = PrT – B Keterangan:
K = Keuntungan usaha setiap bulan Rpbulan PrT
= Penerimaan total usaha setiap bulan Rpbulan
B = Biaya total yang dikeluarkan setiap bulan Rpbulan
Sedangkan penerimaan total dihitung dengan rumus matematis yang dirumuskan oleh Soekartawi 1978 sebagai berikut :
PrT = P x Q Keterangan:
PrT = Penerimaan usaha setiap bulan Rpbulan
P = Harga tahu Rppotong
Q = Jumlah tahu yang diproduksi setiap bulan potongbulan
4.5 Definisi Istilah
Definisi operasional digunakan untuk menyamakan pengertian mengenai istilah- istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen. Biaya produksi adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam penciptaan
barang jasa. 2. Biaya pemasaran adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam
menyampaikan barang jasa kepada konsumen.
3. Biaya tetap merupakan penjumlahan biaya penyusutan peralatan yang terdiri dari ember, papan, wajan, serok, susuk, dan tampah yang dihitung dengan
metode garis lurus, sebagai berikut: nilai pembelian – nilai penjualan
Biaya tetap = waktu pemakaian
4. Papan adalah alas dasar dari kayu untuk mencetak Tahu Putih. Papan digunakan sebagai satuan produksi Tahu Putih.
5. Masakan merupakan sebutan untuk mengubah kedelai menjadi Tahu Putih. Masakan juga menjadi satuan untuk upah yang diberikan untuk mengubah
kedelai menjadi Tahu Putih. 6. Biaya pabrik adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha rumah tangga kepada
pemilik pabrik karena mengolah kedelainya menjadi Tahu Putih. 7. Pemasaran adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen,
termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah
penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya
8. Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi barang atau jasa.
9. Tampah adalah tempat berbentuk lingkaran terbuat dari anyaman bambu, digunakan sebagai wadah penampungan Tahu Pong dan Magel yang selesai
digoreng dan siap dijual ke pasar – pasar.
10. Wajan adalah tempat menggoreng Tahu Putih menjadi Tahu Pong atau Magel.
V GAMBARAN UMUM INDUSTRI TAHU
5.1 Industri Tahu di Kartasura
Kartasura merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan ini terletak di daratan tinggi dengan luas 1.923 Ha yang terbagi
menjadi 10 desa dan dua kelurahan. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar di sebelah utara, Kota Surakarta di sebelah timur, Kecamatan Gatak
di sebelah selatan dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Jumlah penduduk mencapai 87.283 jiwa pada tahun 2004. Perekonomian daerah ini didominasi oleh
industri pengolahan yang disusul usaha perdagangan, hotel dan restoran BPS Sukoharjo, 2004
Salah satu jenis industri pengolahan di Kartasura adalah industri Tahu dengan dua sentra industri, yaitu Kelurahan Kartasura dan Wirogunan. Kelurahan
Kartasura memiliki 25 usaha kecil tahu dan 22 unit usaha kecil di Wirogunan. Tabel 6 menjabarkan sentra industri kecil tahu di Kabupaten
Sukoharjo.
Tabel 6 Daftar sentra industri kecil tahu di Kabupaten Sukoharjo Kelurahan
Kecamatan Unit Usaha
2005 2004
2003 2002
Karanganyar Weru 54
54 54
54 Bulu
Bulu 24
24 24
24 Wirogunan
Kartasura 22
22 22
22 Kartasura
Kartasura 25
25 25
25 Plesan
Nguter 30
30 30
30 Celep
Nguter 44
44 44
44 Parang joro
Grogol 32
32 30
30 Magendo
Grogol 32
27 25
25 Mancasan
Baki 22
22 20
20 Jumlah
285 280
269 269
Sumber : Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo 2005
Usaha tahu skala rumah tangga juga terdapat di Wirogunan walaupun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Jumlah ini tidak mengalami peningkatan
atau penurunan dari tahun 2002 - 2005. Sentra industri kecil tahu di Kelurahan Kartasura berpusat di dukuh Purwogondo. Daerah ini merupakan cikal bakal
usaha tahu pertama kali di Kecamatan Kartasura yang didirikan oleh Bapak Teguh. Akan tetapi, usaha ini tidak dapat bertahan sampai sekarang. Karyawannya
yang umumnya berasal dari Purwogondo mendirikan usaha tahu sendiri di Purwogondo. Dalam perkembangannya, usaha ini menyebar ke daerah sekitarnya
yaitu di kelurahan Ngabeyan dan Wirogunan dengan jumlah masing- masing sembilan dan 13 unit usaha kecil tahu.
Produksi tahu Kartasura ada tiga jenis yaitu Tahu Putih, Tahu Magel dan Tahu Pong. Umumnya usaha di Purwogondo memproduksi Tahu Putih,
sedangkan usaha tahu di Wirogunan dan Ngabeyan memproduksi ketiga tahu tersebut.
5.1.1 Industri Tahu Putih di Kartasura
Tahu Putih merupakan produk olahan langsung dari kedelai yang memiliki potongan kotak. Tahu ini harus diolah lagi agar dapat dikonsumsi langsung. Tahu
Putih Kartasura di produksi di tiga wilayah yaitu Purwogondo, Ngabeyan dan Wirogunan. Perbedaan tahu di tiga wilayah ini adalah jumlah produksi dan sistem
penyaluran produk kepada konsumen. Usaha tahu di Purwogondo dapat memproduksi Tahu Putih sebanyak 50-60
masakanhari. Penjualannya langsung kepada pedagang perantara. Pedagang ini yang nantinya menjual tahu kepada konsumen akhir dalam bentuk bungkusan
plastik. Setiap bungkus berisi 10-13 potong tahu dengan harga 1.000 rupiah
sampai dengan 1.200 rupiah. Usaha tahu di Wirogunan dan Ngabeyan sama jumlah produksinya mencapai sepuluh masakan setiap hari. Penjualannya
langsung ditangani pemilik usaha kepada konsumen akhir atau pedagang perantara dipasar tradisional.
5.1.2 Industri Tahu Magel di Kartasura
Tahu Magel merupakan produk lanjutan dari Tahu Putih. Persamaannya dengan Tahu Pong adalah cara pembuatannya yaitu Tahu Putih digoreng dalam
minyak goreng, sedangkan perbedaannya terletak pada lama penggorengan dan konsumsinya. Jika Tahu Pong digoreng sampai kosong tengahnya atau
menggelembung ukurannya, maka Tahu Magel tidak sampai menggelembung dan waktu dibutuhkan lebih singkat daripada Tahu Pong. Tahu Magel tidak dibumbui
dan dikonsumsi langsung seperti Tahu Pong karena kegunaannya sebagai bahan masakan.
Produksi tahu ini hanya dijumpai di Ngabeyan dan Wirogunan denga n jumlah usaha lebih sedikit daripada usaha tahu yang memproduksi Tahu Pong.
Daerah penjualan Tahu Magel terbatas di daerah Kartasura dan Boyolali.
5.1.3 Industri Tahu Pong di Kartasura
Tahu Pong merupakan produk lanjutan Tahu Putih yang dapat dikonsumsi langsung. Ciri tahu ini mirip tahu Sumedang yaitu ompong atau kosong di
dalamnya, akan tetapi kulit Tahu Pong lebih tipis daripada Tahu Sumedang. Bentuk tahunya ada dua yaitu kencong atau segitiga dan kotak.
Tahu Pong banyak dipoduksi oleh usaha rumah tangga ya ng berada di daerah Wirogunan dan Ngabeyan. Jumlah produksi di kedua daerah ini berkisar
antara antara satu sampai dengan sepuluh masakan setiap harinya.Daerah
penjualannya telah tersebar pada daerah sekitar Kartasura seperti Boyolali, Klaten, Sukoharjo dan Surakarta.
5.2 Proses Pembuatan Tahu Kartasura
Cara pembuatan Tahu Putih Kartasura sama dengan tahu di daerah lain, sedangkan pembuatan tahu Pong dan Magel dengan cara digoreng dan dibumbui.
Tahapan dalam membuat Tahu Putih, Magel dan Pong di Kartasura akan dijabarkan sebagai berikut :
1 Pemilihan kedelai dan Perendaman Kedelai
Bahan baku utama Tahu adalah kedelai. Terdapat dua jenis kedelai yang digunakan, yaitu kedelai impor yang disebut dengan kedelai Amerika dan kedelai
lokal. Perbandingan yang digunakan antara kedelai Amerika dan lokal adalah 2:1 atau 1:1 dengan jumlah campuran kedelai sebanyak enam sampai dengan sepuluh
kilogram. Kedelai ini kemudian direndam dengan air selama + dua jam. 2
Penggilingan kedelai Kedelai rendaman dibuang airnya untuk dic uci dengan air bersih secara
berulang-ulang. Setelah itu kedelai digiling dengan mesin giling yang digerakan dinamo atau diesel. Dinamo menggunakan bahan bakar listrik sedangkan diesel
menggunakan bahan bakar solar. Penggilingan ini ditambahkan air sedikit demi sedikit.
3 Pemasakan dan pengendapan bubur Kedelai
Kedelai yang telah menjadi bubur dimasukkan bak pemasakan. Pemasakan menggunakan uap air dari pemanasan drum air menggunakan bahan bakar
brambut atau grajen. Brambut adalah bekas kulit paling luar dari biji padi, sedangkan grajen adalah sisa penggergajian kayu. Uap kemudian dialirkan
melalui pipa ke dalam bak berisi bubur kedelai dengan memberikan air agar menjadi encer. Pemasakan ini memakan waktu kurang lebih 30 menit. Setelah itu
bubur dipindahkan kedalam bak berukuran lebih besar daripada bak pemasakan sambil menyaring bubur untuk memisahkan ampas dan air perasannya.
Air perasan merupakan sari pati kedelai. Pati tahu diaduk pelan-pelan sambil ditambahkan cairan atau air kecut. Hasil pencampuran antara pati tahu dan
air kecut ini dinamakan bit tahu. Bit tahu kemudian diendapkan setelah itu lapisan air paling atas diambil untuk ditampung pada ember yang nantinya digunakan
kembali sebagai campuran dengan pati tahu. Pada pendirian pabrik tahu pertama kali, air kecut didapatkan dengan mencampur cuka 100 ml dengan air sebanyak
satu gentong. 4
Pencetakan dan pengepresan Bit tahu yang telah diendapkan dalam bak kemudian ditampung di papan
pencetakan kayu yang telah dilapisi kain tipis. Umumnya ukuran cetakan adalah 70x70 cm. Kedelai sebanyak lima sapai dengan tujuh kilogram dapat dijadikan
dua buah cetakan, sedangkan sepuluh kilogram menjadi tiga buah cetakan dan 20 kilogram menjadi sepuluh cetakan. Setelah bit tahu dimasukkan ke dalam cetakan
kemudian ditutup dengan kayu dan dipres dengan membebankan batu besar di atasnya.
5 Penggorengan
Satu cetakan tahu dipotong-potong menjadi 9x9, 10x10, 12x12, 14x14 atau 17x17 sesuai permintaan pelanggan. Setelah pemotongan tahu mengalami dua kali
penggorengan untuk mend apatkan Tahu Pong dan Tahu Magel. Tahu Pong digoreng selama kurang lebih 30 menit, sedangkan tahu Magel hanya berlangsung
kurang lebih lima menit. Gambar 6 memuat bagan pembuatan Tahu Pong Kartasura.
Gambar 6 Bagan Pembuatan Tahu Kartasura
Perbedaan pembuatan Tahu Pong dan Tahu Bandung atau Tahu Sumedang. Terletak pada proses lanjutan pada Tahu Putih untuk menghasilkan ketiga tahu
tersebut. Tahu Putih pada Tahu Bandung direbus dengan air yang telah di campur dengan kunyit, sedangkan Tahu Putih pada Tahu Sumedang terlebih dahulu
kedelai Air
Bubur kedelai penggilingan
Penyaringan Pemasakan
Tahu Pong
Bumbu Air kecut
Pati kedelai Ampas
Pencetakan
Pemotongan dan penggorengan
Pengendapan
Tahu Putih
Tahu Magel
Uap Air
direbus dengan air campuran garam kemudian dilanjutkan proses penggorengan Potongan-potongan Tahu Putih Kartasura tidak mengalami perebusan akan tetapi
langsung digoreng yang disusul pemberian bumbu-bumbu. Proses pembuatan Tahu Sumedang dan Tahu Bandung terdapat pada Gambar 7 Sidauruk, 2005.
Gambar 7 Bagan Pembuatan Tahu Bandung dan Tahu Sumedang 5.3
Keragaan Usaha Tahu di Kartasura 5.3.1 Usaha Kecil Tahu di Kartasura
Usaha kecil tahu Kartasura telah memiliki pabrik pengolahan tahu yang berpusat di Kelurahan Kartasura sebanyak 22 unit, Wirogunan sebanyak 13 unit
kedelai
Susu kedelai Penggumpal
asam nabati ampas
penggilingan perebusan
penggumpalan penyaringan
Pencetakan
Perebusan dengan air campuran kunyit
Perebusan dengan air campuran garam
penggorengan
Tahu Sumedang Tahu bandung
dan Ngabeyan sebanyak 12 unit Deperindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo 2005. Jenis tahu yang dijual di Kelurahan Kartasura adalah
Tahu Putih, sedangkan tahu di Wirogunan dan Ngabeyan adalah Tahu Putih, Tahu Pong dan Tahu Magel.
1 Modal Modal awal usaha ini untuk pembangunan pabrik dan pembelian peralatan.
Pembangunan pabrik digabung atau terpisah dengan tempat tinggal. Umumnya pabrik di Purwogondo dibangun terpisah dari tempat tinggal, sedangkan usaha di
Wirogunan dan Ngabeyan digabung dengan tempat tinggal. Tabel 7 menjabarkan modal awal bagi usaha tahu.
Tabe l 7 Modal Awal Usaha Kecil Tahu Keterangan
Total biaya Rp
Lahan 17.500.000
Bangunan 10.000.000
Dinamo 2.000.000
Penggilingan 4.000.000
Drum 1.000.000
Pipa – pipa 1.000.000
Pompa air 400.000
Cetakan blabak 2.500.000
Saringan + gayung 500.000
Ember – ember 200.000
Listrik 1.000.000
Total 40.100.000
Lahan pendirian pabrik berkisar antara 300 sampai dengan 400 ribu setiap meter persegi. Mesin penggiling digerakkan dengan dinamo atau diesel. Semua
usaha tahu di Purwogondo telah menggunakan dinamo, sedangkan di Wirogunan dan Ngabeyan menggunakan mesin dinamo dan diesel. Drum-drum digunakan
sebagai tempat memanaskan air yang uapnya untuk memasak bubur Tahu.
Cetakan-cetakan Tahu berukuran 70 x 70 cm yang disebut papan. Satu kali proses pembuatan Tahu Putih menghasilkan dua cetakan tahu. Air yang digunakan
dalam produksi tahu berasal dari air sumur dan tidak menggunakan air PAM karena air yang dibutuhkan dalam jumlah besar.
2 Bahan Baku Bahan baku utama tahu adalah kedelai dari jenis lokal dan impor kedelai
Amerika. Campuran kedelai lokal dan impor berbeda-beda, diantaranya adalah 1 : 1 dan 1 : 2 dengan jumlah total untuk satu proses pembuatan tahu sebanyak
enam sampai dengan tujuh kilogram. Satu hari membutuhkan kedelai 2,5 sampai dengan tiga kwintalhari sehingga pembelian kedelai langsung kepada pedagang
grosir kedelai di kota Surakarta. Pembelian langsung kepada petani dari Boyolali dan Klaten juga dilakukan jika terjadi panen kedelai.
3 Tenaga kerja Rata-rata tenaga kerja yang digunakan di Purwogondo sebanyak tiga sampai
dengan lima orang dari daerah sekitar. Sistem upah berdasarkan borongan sebesar 2.000 rupiahmasakan. Tenaga kerja yang berkerja di Wirogunan dan Ngabeyan
sebanyak satu sampai dengan empat orangunit usaha dengan dibantu anggota keluarga atau pemilik usaha. Penentuan upah berdasarkan jumlah masakan dengan
bayaran setiap tenaga kerja antara 1.000 rupiahmasakan sampai dengan 1.500 rupiahmasakan.
Tenaga kerja pembuatan Tahu Putih ini adalah laki- laki karena harus mengerahkan tenaga besar dalam pembuatannya sehingga di Purwogondo tidak
dijumpai tenaga kerja wanita. Wirogunan dan Ngabeyan dijumpai tenaga kerja wanita dengan tugas mengolah Tahu Putih menjadi Tahu Pong atau Tahu Magel.
Besar upah dalam satu hari antara 10.000 rupiahorang sampai dengan 15.000 rupiahorang.
4 Penjualan Tahu putih dijual oleh pengusaha tahu di Purwogondo seharga 27.000
rupiahmasakan hingga 30.000 rupiahmasakan, sedangkan pengusaha di Wirogunan dan Ngabeyan menjualnya dalam berbagai potongan kotak atau
kencong segitiga dan harga. Jenis tahu yang dijual ada tiga jenis yaitu Tahu Putih, Tahu Magel dan Tahu Pong.
5 Pendapatan usaha Pendapatan usaha tahu Purwogondo didapatkan dari penjualan tahu dan
ampasnya. Ampas tahu dijual dengan harga 2.500 rupiah hingga 3.000 rupiah untuk satu masakan. Pengusaha tahu di Purwogondo dapat memproduksi hingga
50 masakan setiap hari, akan tetapi jumlah tersebut di Wirogunan dan Ngabeyan merupakan gabungan olahan bahan baku kedelai milik pribadi dan pengusaha
rumah tangga. Pendapatan di Wirogunan dan Ngabeyan didapatkan dari penjualan tahu, ampas tahu dan jasa pengolahan kedelai milik usaha rumah tangga tahu di
daerah sekitarnya. Tabel 8 menjabarkan pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha tahu di Kartasura.
Tabel 8 Pendapatan Usaha Kecil Tahu di Purwogondo
No Keterangan
Pengusaha Purwogondo
Pengusaha Wirogunan dan Ngabeyan
1 Produksi masakan bulan
1.500 360
2 Penjualan rupiah bulan
48.750.000 16.192.800
3 Biaya – biaya rupiah bulan
30.673.350 13.889.583
4 Total pendapatan rupiah bulan
18.076.650 2.303.217
5.3.2. Usaha Rumah Tangga Tahu di Kartasura
Usaha rumah tangga tahu di Kartasura tersebar di Kelurahan Ngabeyan dan Wirogunan. Karakteristik pengusaha rumah tangga tahu di Kartasura pada usia
pemilik usaha didominasi usia 51-60 tahun sebesar 36.67 persen dengan jumlah anggota keluarga didominasi sebanyak empat sampai dengan lima orang sebesar
43.33 persen, sehingga umumnya tenaga kerja diperoleh dari anggota keluarga. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh pengusaha ini didominasi sekolah
lanjutan tingkat pertama sebesar 33.33 persen, sedangkan umur usaha didominasi satu hingga sepuluh tahun sebesar 53.33 persen. Usia usaha yang didominasi satu
hingga sepuluh tahun menjelaskan bahwa pendirian usaha untuk meningkatkan pendapatan yang turun akibat goncangan ekonomi yaitu krisis ekonomi tahun
1997 dan kenaikan harga BBM. Tabel 9 menjabarkan karakteristik pengusaha rumah tangga di Kartasura.
Tabel 9 Karakteristik Pengusaha Rumah Tangga Tahu di Kartasura
Keterangan Jumlah pengusaha rumah tangga tahu
Umur tahun: •
21-30 •
31-40 •
41-50 •
51-60 •
60 6,67
30 20
36,67 6.67
Jumlah anggota keluarga orang: •
2-3 •
4-5 •
5 40
43,33 16,67
Pendidikan: •
tidak tamat SD •
SD •
SLTP •
SLTA 23,33
30 33,33
13,33 Usia usaha tahun:
• 1-10
• 11-20
• 20
53,33 30
16,67
Umumnya usaha ini tidak memiliki pabrik pengolahan tahu sehingga terdapat kerjasama dengan pemilik pabrik untuk mengolah kedelainya menjadi
Tahu Putih dengan upah jasa 3.500 rupiahmasakan hingga 4.000 rupiahmasakan. Tahu yang diproduksi adalah Tahu Putih, Tahu Magel dan Tahu Pong dengan
porsi Tahu Pong lebih banyak. Gambar 8 menjelaskan produksi yang dilakukan
oleh usaha rumah tangga di Kartasura. Tahu Putih
Kedelai
Gambar 8 Produksi Tahu Skala Rumah Tangga di Kartasura
1 Modal awal Modal awal usaha ini lebih sedikit dari pada usaha kecil tahu karena usaha
ini tidak memiliki pabrik pengolahan tahu. Modal awal digunakan untuk pembelian peralatan yaitu yaitu wajan pengorengan, serok, susuk, tampah.
2 Bahan baku Jumlah bahan baku kedelai untuk satu cetakan berbeda-beda antar
pengusaha yaitu antara tiga kilogrammasakan sampai dengan tujuh kilogrammasakan. Jenis kedelai yang digunakan adalah kedelai impor atau lebih
dikenal dengan jenis Amerika. Umumnya kedelai dibeli dari pedagang-pedagang eceran yang ada di daerah sekitar.
Pabrik Tahu Usaha rumah tangga
Penggorengan Tahu putih
Tahu Magel Tahu Pong
Bahan tambahan lain yang dijumpai pada Tahu Pong adalah bumbu yang terdiri dari bawang putih, garam dan penyedap rasa. Kepekatan rasa
dalam bumbu ini disesuaikan dengan selera konsumen masing – masing. 3 Tenaga kerja
Umumnya tenaga kerja adalah wanita yang berasal dari anggota keluarga. Tenaga kerja laki – laki digunakan untuk mengangkut kedelai ke pabrik dan Tahu
Putih dari pabrik. Pengangkutan juga dilakukan pada tahu yang telah diolah ke pasar atau tempat jual beli dengan konsumennya. Umumnya waktu membuat
Tahu Pong adalah siang hari dan berakhir pada malam hari, sedangkan penjualan dilakukan waktu pagi hari.
4 Penjualan Tahu yang dijual mempunyai dua bentuk yaitu kotak dan kencong segitiga.
Tahu Putih hanya dijual dalam bentuk kotak, sedangkan Tahu Pong dan Magel dijual dalam bentuk kotak dan kencong. Tahu ini memiliki potongan berbeda-beda
dalam satu blabak dengan harga yang beragam, misalnya 200 rupiah, 100 rupiah dan 50 rupiah. Tahu Pong yang berukuran besar, yaitu dengan potongan 10 x 10
dalam satu blabak dijual pada rumah makan-rumah makan, sedangkan tahu potongan 14 x 14 dijual kepada pedagang eceran dan konsumen di pasar – pasar
tradisional. Tahu yang dijual kepada pedagang asongan dipotong menjadi 400 potongan dengan harga jual 50 rupiah potongan.
5 Pendapatan usaha Besarnya pendapatan usaha rumah tangga tahu di Kartasura didasarkan
pada jumlah dan jenis produksinya. Umumnya tahu yang dihasilkan adalah Tahu Pong, sehingga biaya operasionalnya adalah biaya bahan baku kedelai, biaya upah
atau balas jasa kepada pabrik tahu, biaya upah mengangkut tahu dari pabrik, biaya tenaga kerja untuk membantu menggoreng tahu, biaya minyak goreng, biaya kayu
bakar, biaya bumbu dan biaya transportasi. Biaya upah angkut muncul karena tidak memiliki tenaga kerja pria dalam keluarga untuk pengangkutan tahu putih
dari pabrik.
VI STRUKTUR PENERIMAAN, BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA
RUMAH TANGGA TAHU PONG
6.1 Struktur Penerimaan Usaha Tahu Pong
Tahu pong termasuk salah satu jenis tahu goreng yang diproduksi di Kartasura. Produksinya ada dua jenis jika dilihat dari bentuknya yaitu kotak dan
kencong segitiga. Harga yang ditetapkan berbeda-beda sesuai jenis dan ukuran potongannya. Harga yang ditetapkan pengusaha ada 24 tingkatan antara 15
rupiahpotong sampai dengan 250 rupiahpotong, sedangkan ukuran tahunya ada 30 macam potongan. Tabel 10 menjabarkan tingkatan harga Tahu Pong.
Tabel 10 Ukuran dan Harga Tahu Pong dari Usaha Rumah Tangga Tahu di Kartasura
Harga Tahu Pong Rp
Banyaknya potongan dalam satu papan untuk jenis tahu kotak
Banyaknya potongan dalam satu papan untuk jenis tahu kencong
250potong 100
- 200potong
98,100,110 -
200011 potong 100
- 200012 potong
100 -
150potong 140,144,192
- 125potong
120, 165 -
120potong -
200 10009 potong
144 -
100potong 125, 144, 196
162, 196, 200, 280, 288 100011 potong
169, 289 200
90potong 196
288 8009 potong
- 288
100012 potong 144, 169, 289, 300
200 80potong
256, 289 196, 288, 450
100013 potong 196, 225, 289
288 75potong
- 384
70potong 400
- 60potong
- 288
50potong 400, 450, 462, 484
392 100024 potong
- 392
40potong 400, 578
- 25potong
1152 -
20potong 1000
- 15potong
1000 -
Tahu jenis kotak memiliki 19 tingkatan harga dengan harga tertinggi 250 rupiahpotong dan harga terendah 15 rupiahpotong, sedangkan ukuran tahu ada
23 macam. Tahu jenis kencong memiliki 12 tingkatan harga dengan harga tertinggi 120 rupiahpotong dan harga terendah 1000 rupiah24 potong, sedangkan
ukurannya ada tujuh macam. Kenaikan harga BBM berpengaruh berbeda-beda pada penetapan harga dan
ukuran tahu pong oleh pengusaha. Terdapat empat macam tindakan ya ng diambil oleh pengusaha tahu pong dalam menetapkan ukuran dan harganya, yaitu sebagai
berikut: 1. Ukuran dan harga tahu yang ditetapkan sama antara sebelum dan sesudah
kenaikan harga BBM. Pengusaha tidak melakukan peningkatan harga atau pengurangan ukuran
karena khawatir jika melakukan tindakan tersebut akan berakibat pada penuruan jumlah pembelian produknya. Tindakan ini paling banyak yang dilakukan oleh
para pengusaha sebesar 43,33 persen. Persentase pengusaha yang menjual tahu di Kartasura sebesar 71,43 persen lebih besar dari pada pengusaha yang menjual
tahu di luar Kartasura yaitu sebesar 34,778 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan di pasar Kartasura lebih ketat dari pada di luar Kartasura,
sehingga pengusaha sulit untuk menaikan harga atau mengurangi ukuran tahu. 2. Harga tahu pong dinaikan oleh produsen dengan ukuran tetap.
Peningkatan harga tahu pong oleh produsen denga n alasan pengusaha tidak dapat menanggung resiko kerugian akibat kenaikan harga BBM. Umumnya tahu
yang dinaikan harganya adalah tahu yang langsung dijual kepada konsumen akhir dan bukan tahu yang dijual kepada pedagang perantara. Sebesar 40 persen
pengusaha melakukan tindakan ini. Pengaruh tempat penjualan juga mempengaruhi pengambilan langkah ini oleh pengusaha. Hal ini dapat dilihat dari
persentase pengusaha yang menjual tahunya diluar Kartasura lebih besar dari pada di Kartasura. Sebesar 43,48 persen pengusaha dengan daerah penjualan di luar
Kartasura berani mengambil langkah ini sedangkan pengusaha dengan daerah penjualan di Kartasura sebesar 28,57 persen. Keadaan ini terjadi karena
pengusaha tahu dengan penjualan di luar Kartasura memiliki keyakinan bahwa tahu pong kartasura lebih disukai dari pada tahu dari daerah lain, sehingga
pengusaha tidak mengkhawatirkan onsumen akan berpindah ke pedagang lain karena harga tahu dinaikan.
3. Produsen memperkecil ukuran tahu pong dengan harga tetap. Umumnya tindakan ini dilakukan oleh pengusaha pada tahu yang dijual
kepada pedagang perantara. Pedagang perantara ini tidak mau menerima kenaikan harga tahu sehingga produsen harus mengurangi ukuran tahu. Sebesar 21,74
persen pengusaha melakukan tindakan ini yang mana daerah penjualannya di luar Kartasura.
Perubahan harga dan ukuran tahu mengakibatkan peningkatan penerimaan secara rata-rata sebesar 1.43 persen dari 7.561.785 rupiahbulan menjadi
7.781.830 rupiahbulan. Tabel 11 menjabarkan perbedaan penerimaan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM dari produksi Tahu Pong di Kartasura.
Tabel 11 Perubahan Penerimaan Produksi Tahu Pong Akibat Kenaikan Harga BBM
Perubahan penerimaan Banyak Usaha
unit
Tetap 11
36,67 Meningkat
16 53,33
Menurun 3
10 Total
30 100
Peningkatan penerimaan secara rata-rata sangat kecil karena jumlah usaha yang meningkatkan penerimaannya sebanyak 53.33 persen, sedangkan 10 persen
mengalami penurunan penerimaan dan 36.67 persen pengusaha tidak mengalami perubahan penerimaan. Penurunan penerimaan oleh 10 persen pengusaha karena
terjadi penurunan produksi Tahu Pong sebanyak 60-240 papanbulan .
6.2 Struktur Biaya Usaha Tahu Pong