Biaya Produksi Pemasaran Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Kinerja Usaha

Soekartawi 2003 menyatakan hubungan antara PT, PM, PR dan elastisitas produksi sesuai dengan Gambar 4 sebagai berikut: 1. Ep = 1, jika produk rata-rata mencapai maksimum atau bila produk rata-rata sama dengan produk marginal. 2. Sebaliknya, bila PM = 0 dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep = 0. 3. Ep 1 bila PT menaik pada tahapan increasing rate dan PR juga menaik. Pada tahap ini terjadi di daerah I, produsen masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. 4. Nilai Ep lebih kecil dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 Ep 0. 5. Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proposional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan decreasing rate. 6. Ep 0, yang berada di daerah III, pada situasi demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. 7. Dalam situasi Ep 0 ini maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan produsen yang bersangkutan.

3.1.3 Biaya Produksi

Biaya dalam arti luas merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Biaya dibagi menjadi tiga menurut fungsi pokok dalam perusahaan, yaitu: biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh fungsi produksi untuk mengolah bahan baku menjadi produksi jadi Mulayadi 2000. Lebih lanjut biaya produksi ini dibagi menjadi tiga yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Swastha dan Sukotjo 1998 terdapat beberapa biaya, yaitu: biaya variabel, biaya tetap dan biaya total. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah konstan untuk setiap tingkatansejumlah hasil yang diproduksi. Contoh dari biaya ini adalah gaji pimpinan, sewa gedung dan pajak kekayaan. Biaya total merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain adalah jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.

3.1.4 Pemasaran

Kotler 2000 mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran dalam pertanian tataniaga mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan- kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya Limbong dan Sitorus 1987. Sudiyono 2002 menyatakan bahwa pendekatan untuk mempelajari tataniaga ada lima yaitu pendekatan komoditi, pendekatan lembaga, pendekatan fungsi, pendekatan teori ilmu ekonomi dan pendekatan sistem. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, analisis tataniaga ada 4 pendekatan yaitu pendekatan serba fungsi, pendekatan serba lembaga, pendekatan serba barang, dan pendekatan serba sistem. Selain keempat pendekatan tersebut ada juga yang menambahkan dengan pendekatan serba manajemen, dan pendekatan dari segi ekonomi. 1. Pendekatan serba fungsi Pendekatan ini menelaah tataniaga dari sudut pandang fungsi yang dilakukan. Fungsi adalah jasa-jasa, aktivitas, dan tindakan yang diperlukan dalam proses pengaliran barang dan jasa dari titik produsen hingga titik konsumen dalam keadaan baik, lancar dan teratur. Fungsi tataniaga terdiri dari tiga fungsi pokok yaitu: fungsi pertukaran, fungsi penjualan, dan fungsi fasilitas. 2. Pendekatan serba lembaga Pendekatan serba lembaga mempelajari tataniaga dari segi organisasi lembaga- lembaga yang turut serta atau terkait dalam proses penyampaian barang dan jasa dari titik produsen sampai titik konsumen. Lembaga- lembaga yang terlibat adalah produsen, pedagang besar, pengecer,agen-agen penunjang seperti perusahaan pengangkutan, perusahaan penyimpanan, pengolahan, biro-biro periklanan, lembaga keuangan, dan lain sebagainya. 3. Pendekatan serba barang Pendekatan serba barang menekankan pada kegiatan atau tindakan-tindakan yang diperlakukan terhadap barangjasa selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai titik konsumen. Pendekatan ini hanya menekankan kepada komoditi jasa. 4. Pendekatan serba sistem Pendekatan serba sistem memperhatikan 3 aspek yaitu: a. Proses ekonomi yang sedang berjalan dan mengkaji bagaimana kesinambungannya. Dilihat arus komoditi serta arus informasi dari komoditi tersebut. b. Pengidentifikasian pusat-pusat pengawasan dan aktivitas-aktivitas yang sedang berjalan, artinya dipusat mana atau ditingkat mana keputusan tersebut diambil. c. Pengidentifikasian suatu mekanisme yang mengintegrasikan aktivitas- aktivitas dalam suatu proses sistem yang sedang berjalan. 5. Pendekatan serba manajemen Pendekatan serba manajemen difokuskan kepada pendapatan dan keputusan yang diambil oleh manager tentang beberapa variabel yang dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol seperti produksi perusahaan, saluran distribusi, harga, keuangan, administrasi, ketenaga kerjaan, dll. Sedangkan variabel yang tidak dapat dikontrol adalah persaingan, permintaan, masyrakat, dll. 6. Pendekatan dari teori ekonomi. Pendekatan dari teori ekonomi dihubungkan dengan azas-azas dan hukum- hukum ekonomi atau dilihat dai segi teori ekonomi. Penekanannya pada masalah- masalah supplai demand, harga, elastisitas, keseimbangan pasar, kompetisipersaingan, dan lain sebagainya.

3.1.5 Biaya Pemasaran