I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan primer manusia ada tiga macam yaitu: pangan, sandang dan papan. Ketiga kebutuhan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu makanan
dan bukan makanan. Kebutuhan makanan adalah pangan dimana kebutuhan ini untuk memenuhi energi, protein, vitamin dan mineral yang digunakan dalam
beraktivitas sedangkan kebutuhan bukan makanan adalah sandang dan papan. Pemenuhan kebutuhan makanan penduduk Indonesia mencapai 53,9 persen
dari total pengeluaran. Jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat semakin beragam dilihat dari pengeluaran makanan tidak didominasi oleh jenis padi-
padian. Pengeluaran untuk padi-padian mencapai 25.598 rupiahkapitabulan atau 18,02 persen dari pengeluaran makanan BPS, 2006. Hal ini merupakan
keberhasilan pemerintah dalam kampanye penganekaragaman pangan melalui empat sehat lima sempurna.
Penganekaragaman makanan oleh masyarakat mengalami hambatan karena krisis ekonomi tahun 1997. Krisis ini mengakibatkan penurunan daya beli
masyarakat terhadap beberapa jenis pangan seperti pangan hewani sehingga diperlukan pangan yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Tahu dapat menjadi
salah satu solusi bagi tidak terjangkaunya pangan hewani. Tahu berasal dari pangan nabati dengan bahan baku utama kacang kedelai.
Tahu memiliki kandungan gizi tinggi terutama kandungan proteinnya sebesar 0,49 gram lebih tinggi daripada kedelai yang hanya sebesar 0,39 gram. Tabel 1
menjabarkan nilai gizi tahu dan kedelai.
Tabel 1 Nilai Gizi Tahu dan Kedelai berdasarkan berat kering
Zat gizi Tahu
Kedelai Proteingram
0,49 0,39
Lemak gram 0,27
0,20 Karbohidrat gram
0,14 0,36
Serat gram 0,00
0,05 Abu gram
0,04 0,06
Kalsium mg 9,13
2,53 Natrium mg
0,38 0,00
Fosfor mg 6,56
6,51 Besi mg
0,11 0,09
Vitamin B
1
mg 0,001
0,01 sebagai B kompleks Vitamin B
2
mg 0,001
Vitamin B
3
mg 0,03
Sumber: Sarwono dan Saragih 2003
Mutu protein didalam tahu lebih lengkap asam amino daripada produk olahan kedelai lainnya Sarwono dan Saragih, 2003. Tahu juga memiliki
kandungan kalsium, vitamin dan mineral yang lebih baik daripada kedelai. Berbagai kandungan zat gizi menjadikan tahu sebagai pangan yang menyehatkan.
Hal ini telah disadari oleh masyarakat dilihat dari peningkatan konsumsi tahu di tahun 2002, 2003, 2004 masing- masing sebesar 0,129 kgkapitaminggu, 0,143
kgkapitaminggu, dan 0,148 kgkapitaminggu BPS, 2004. Peningkatan konsumsi tahu tentunya akan diikuti permintaan kedelai
sebagai bahan baku utama yang mencapai 2,24 juta ton setiap tahun
1
, akan tetapi produksi kedelai sebesar 723,483 ton tahun 2004 dan 808,353 ton tahun 2005
BPS, 2006. Hal ini akan mengakibatkan kekurangan kedelai yang diatasi dengan mengimpor kedelai dari luar negeri. Penggunaan kedelai impor lebih banyak
daripada kedelai lokal karena kualitas produk tahu yang dihasilkan lebih baik daripada kedelai lokal. Begitupula yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Usaha
tahu di kabupaten ini lebih mengenal kedelai impor daripada kedelai lokal karena
1
Prospek bisnis. ”Produksi kedelai nasional belum mencukupi”. artikel http:www.prospek.bizindex.php?option=newstask=viewarticlesid=69Itemid=2.
28 Februari 2006
produksi kedelai lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan kedelainya. Setiap tahun kebutuhan kedelai mengalami pertumbuhan sebesar 6,23 persen, sedangkan
produksinya mengalami tingkat pertumbuhan sebesar -3,59 persen. Tabel 2 menjabarkan produksi dan kebutuhan kedelai di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 2 Keragaan produksi dan kebutuhan kedelai Propinsi Jawa Tengah tahun 1998-2002
Tahun Produksi
ton Kebutuhan
ton Selisih produksi dengan
kebutuhan ton
1998 176.075
299.528 -123.453
1999 215.809
320.775 -104.966
2000 212.891
324.738 -112.047
2001 178.874
325.796 -146.922
2002 143.791
378.788 -234.997
Rata-rata 185.488
329.965 -144.477
Tk pertumbuhan -3,59
6,23 Sumber: Badan Bimas Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah
2
Ketergantungan kedelai impor akan semakin besar dari tahun ketahun. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan bagi usaha tahu karena harga kedelai
berfluktuatif mengikuti nilai rupiah yang terjadi. Kabupaten Sukoharjo dengan usaha tahu berskala kecil dan rumah tangga akan mengalami kesulitan akibat
harga kedelai ini karena modal yang digunakan sehari- haripun terbatas Keadaan ini diperburuk dengan kebijakan pemerintah mencabut subsidi
bahan bakar minyak sehingga harga BBM meningkat. Peningkatan harga BBM dimulai pada tahun 2000 dan terakhir bulan Oktober 2005 dengan peningkatan
mencapai 100 persen Dartanto, 2005
3
. Kenaikan ini berdampak pada harga input- input tahu lainnya seperti upah tenaga kerja dan biaya transportasi sehingga
2
lembaga bbkp jawa tengah. ”Statistik Pangan” http:www.bbkpjateng.go.idindex.php?act=subcontentsubpage=4d.
22 Februari 2006
biaya produksi mengalami peningkatan. Lebih lanjut Dartanto
3
menyatakan bahwa Kenaikan harga minyak secara langsung akan meningkatkan biaya
produksi barang dan jasa dan beban hidup masyarakat. Penyesuaian pada produksi harus dilakukan agar dapat melangsungkan usahanya. Hal ini menarik penulis
untuk mengadakan penelitian mengenai usaha kecil dan rumah tangga tahu di Kartasura terutama usaha rumah tangga yang bermodal kecil.
1.2 Permasalahan