Perbandingan antara Nilai Iuran Pengelolaan Irigasi, WTP, dan Water

7.4 Perbandingan antara Nilai Iuran Pengelolaan Irigasi, WTP, dan Water

Value Berdasarkan pembahasan pada bab lima, dijelaskan bahwa iuran pengelolaan irigasi pada saat ini yang diberlakukan di Desa Pasir Gaok sebesar Rp 5.000-Rp 10.000 per orang. Iuran tersebut dikenakan atas dasar kesukarelaan dari petani bukan atas dasar per satuan luas lahan, sehingga dinilai kurang efektif dalam penerapannya karena tidak berasaskan keadilan petani yang mempunyai lahan yang luas atau tidak akan membayar dalam jumlah yang sama dan ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan OP jaringan irigasi di tingkat tersier. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengestimasi besarnya iuran pengelolaan irigasi dalam satuan per luas lahan per petak melalui pendekatan Willingness to Pay WTP petani, dengan tujuan agar penentuan besarnya iuran pengelolaan irigasi dapat ditetapkan sesuai dengan keinginan petani dengan asumsi adanya peningkatan pelayanan irigasi dan kondisi jaringan irigasi. Sebelum ditentukannya iuran pengelolaan irigasi melalui pendekatan WTP, dalam penelitian ini terlebih dahulu membahas mengenai nilai kontribusi air irigasi water value pada usahatani padi, yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya. Nilai kontribusi air irigasi ini dihitung untuk dibandingkan dengan besarnya iuran pengelolaan irigasi yang bersedia dibayar oleh petani pemakai air sehingga tidak memberatkan petani. Berdasarkan proses hasil perhitungan diperoleh water value pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok sebesar Rp 938.293 per hektar. Secara keseluruhan water value tersebut tidak dipakai semua sebagai biaya pengairan yang seharusnya dibayar oleh petani. Hal ini disebabkan nilai tersebut menunjukkan juga besarnya pendapatan petani non irigasi sehingga petani akan merasa keberatan jika iuran pengelolaan irigasi ditentukan berdasarkan water value tersebut. Oleh karena itu, iuran pengelolaan irigasi diestimasi dengan menggunakan pendekatan WTP. Berdasarkan proses hasil perhitungan diperoleh nilai WTP petani pada usahatani padi sebesar Rp 11.500petak atau setara dengan Rp 70.000hektar. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penetapan iuran pengelolaan irigasi yang relevan pada usahatani padi yaitu dengan menggunakan pendekatan WTP petani karena pendekatan tersebut sesuai dengan keinginan petani sehingga tidak memberatkan petani dan diharapkan akan adanya peningkatan pelayanan irigasi dan perbaikan kondisi jaringan irigasi yang ada.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis dengan menggunakan model logit menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi adalah produktivitas lahan dan tingkat pendidikan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh nyata. 2. Nilai kontribusi air irigasi water value usahatani padi per hektar sebesar Rp 938.293. Nilai kontribusi air irigasi tersebut menandakan bahwa petani memiliki kemampuan membayar iuran pengelolaan irigasi bukan berarti besarnya nilai tersebut digunakan untuk iuran pengelolaan irigasi di tingkat petani, karena nilai tersebut menandakan pula besarnya pendapatan petani non irigasi pada MT I. Iuran pengelolaan irigasi yang relevan kemudian diukur melalui pendekatan Willingness to Pay WTP petani, diperoleh nilai WTP petani sebesar Rp 11.500petak atau setara dengan Rp 70.000ha pada MT I. 3. Besarnya iuran pengelolaan irigasi pada masa tanam padi yang ditetapkan melalui pendekatan Willingness to Pay WTP petani dalam penelitian ini ternyata lebih besar dari iuran pengelolaan irigasi yang berlaku saat ini di Desa Pasir Gaok, sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden bersedia meningkatkan iuran pengelolaan irigasi untuk mendapatkan pelayanan dan kondisi jaringan irigasi yang lebih baik. 4. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata WTP petani terhadap peningkatan pelayanan