Pelayanan Irigasi dan Pola Tanam Produksi Usahatani

palawija tiba petani menjualnya kepada penjual yang datang langsung ke petani dengan harga yang selalu berfluktuasi, sesuai dengan keadaan pasar.

5.4 Pelayanan Irigasi dan Pola Tanam

Pelayanan irigasi yang diterima petani di lahan pertanian merupakan hasil dari rangkaian pelayanan irigasi yang terintegrasi dari sungai, bendung, saluran induk, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter, hingga ke petak lahan pertanian petani. Oleh karena itu, ketersediaan air di lahan pertanian sangat tergantung pada ketersediaan air bendung dan pengelolaan pada semua tingkat pelayanan irigasi. Pola tanam yang dilrencanakan untuk dilaksanakan oleh masyarakat setempat menurut ketentuan Dinas Pengairan Pekerjaan Umum adalah padi-padi- palawija dengan masa tanam MT I awal Oktober-pertengahan Februari, MT II pertengahan Februari-akhir Juni, dan MT III awal Juli-akhir September. Oleh karena penggunaan air irigasi yang kurang efisien menyebabkan jumlah air tidak dapat memenuhi kebutuhan air irigasi menurut pola tanam diatas di seluruh lahan, sehingga masyarakat menerapkan dua kali pola tanam dalam setahun yaitu pada MT I dan MT II ditanam padi + palawija. Pada saat penelitian berlangsung, MT I telah berakhir pada bulan Juni 2007 dan dilanjutkan ke MT II pada awal bulan Juli 2007. Setiap tahunnya para petani Desa Pasir Gaok hanya melakukan penanaman sebanyak dua kali, dengan pola tanam padi-palawija. Hal ini dilakukan karena ketersediaan air yang sangat terbatas Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, dengan adanya penjadwalan pergiliran distribusi air irigasi menyebabkan petani hanya bisa menanam padi setahun sekali yang dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni dan pada bulan Juli sampai dengan Desember ditanami palawija. Para petani di Desa Pasir Gaok melakukan pola tanam padi-palawija dengan cara menanam padi pada waktu yang hampir bersamaan antar petani. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi serangan hama penyakit tanaman dan pergiliran air yang merata yang telah dijadwalkan.

5.5 Produksi Usahatani

Pola tanam yang diterapkan oleh petani Desa Pasir Gaok adalah padi- palawija. Tanaman palawija yang pada umumnya ditanam oleh petani antara lain kacang tanah, ubi jalar, bengkoang, singkong, dan pepaya. Rata-rata produktivitas lahan pertanian yang dihasilkan petani pada MT I sekitar 63,7 kwintalhektar padi dan MT II sekitar 70 kwintalha palawija. Hasil produksi yang dijual hanya berupa hasil produksi dari tanaman palawija dengan harga yang berfluktuatif antara Rp 300-Rp 1.000 per kilogram, sedangkan hasil produksi dari padi tidak dijual melainkan dikonsumsi sendiri. Hal ini disebabkan kepemilikan luas lahan yang relatif kecil, sehingga hasil produksinya pun relatif sedikit. Namun, jika hasil produksi padi dijual dalam bentuk gabah kering panen GKP harganya berkisar antara Rp 1.600-Rp 2.000 per kilogram. Jumlah hasil produksi di setiap lahan petani cenderung berbeda, hal ini dikarenakan oleh kepemilikan luas lahan yang berbeda, penggunaan pupuk dan obat-obatan yang berbeda antar petani yang satu dengan yang lainnya. Sebagian besar petani responden cenderung menggunakan pupuk urea, TSP, KCL, ZA, dan pupuk kandang pada saat menanam padi dan palawija.

5.6 Peran Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A