kegiatan gotong-royong membersihkan saluran irigasi dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu pada saat tibanya penjadwalan air irigasi di wilayah tersebut pada
bulan Februari-Juni. Berdasarkan hasil wawancara dengan 25 petani responden yang bersedia
membayar iuran pengelolaan irigasi, terdapat 12 persen petani responden 3 petani responden menyatakan tidak aktif dalam pelaksanaan OP irigasi. Hal ini
disebabkan terdapat beberapa petani yang secara fisik tidak mampu untuk mengikuti gotong-royong sehingga mereka membayar orang untuk ikutserta
dalam kegiatan gotong-royong. Distribusi tingkat peran serta petani dalam operasi dan pemeliharaan OP irigasi dapat dilihat pada Tabel 13.
7.3.2 Hasil Analisis Fungsi WTP
Pada Tabel 14 menunjukkan hasil analisis fungsi WTP responden yang bersedia untuk membayar iuran pengelolaan irigasi dengan nilai tengah responden
dalam satu musim tanam sebagai variabel respon. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2, dengan model persamaan yang dihasilkan sebagai
berikut:
Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh R
2
yang diperoleh sebesar 56,4 persen yang berarti 56,4 persen keragaman WTP petani terhadap iuran irigasi dapat diterangkan oleh keragaman
variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 43,6 persen diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai
F
hitung
sebesar 2,87 dengan nilai-P sebesar 0,024 menunjukkan bahwa variabel-
meanWTP = 10360 + 7203 LH - 0,00388 PDPTN - 12 PGLM - 34 U - 1180 TP + 5151 PTHN - 3247 PLYN + 3957 PRST - 1874 TGG
variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP petani terhadap iuran pengelolaan irigasi pada
α =5 persen. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Analisis Fungsi WTP
No Parameter
Koefisien P-Value
VIF 1
Konstanta 10360
0,408 -
2 Luas lahan petak
7203 0,004
1,5 3
Pendapatan RpMT -0,003882
0,131 1,8
4 Pengalaman usahatani tahun
-12,1 0,930
1,6 5
Usia tahun -33,8
0,826 1,4
6 Tingkat pendidikan tahun
-1180 0,544
1,3 7
Pengetahuan iuran irigasi 5151
0,071 1,5
8 Pelayanan irigasi
-3247 0,231
1,3 9
Peranserta petani dalam OP jaringan irigasi
3957 0,378
1,9 10
Tanggungan Keluarga -1874,5
0,007 1,6
S = 6061,27 R-Sq = 56,4 R-Sq adj = 36,7 Analysis of Variance
Source DF F P Regression 9 2,87 0,024
Residual Error 20 Total 29
Ket : nyata pada taraf uji 15 persen
Asumsi dalam model regresi dengan data cross section telah dipenuhi oleh model penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai VIF Variance Inflation
Factor relatif kecil, yaitu antara 1,3 sampai dengan 1,9 dimana nilai tersebut
tidak lebih dari 10 sehingga model tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 14 terlihat bahwa dari sembilan variabel penjelas dalam fungsi,
empat variabel berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP petani pada selang kepercayaan sampai dengan 95 persen. Empat variabel tersebut yaitu,
pertama variabel luas lahan LH berpengaruh nyata pada α = 5 persen dengan
arah positif. Hal ini berarti semakin besarnya luas lahan petani, maka petani cenderung memperbesar tingkat WTPnya, artinya jika luas lahan petani
meningkat satu satuan petak, maka tingkat WTP naik sebesar 7.203 satuan rupiah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Kedua, variabel pendapatan PDPTN
berpengaruh nyata pada α = 15 persen dengan arah negatif, yang berarti bahwa
dengan semakin meningkatnya pendapatan, maka petani cenderung memperkecil nilai WTPnya. Fenomena ini terjadi karena sebagian besar petani yang
berpendapatan lebih rendah lebih mengetahui tentang pentingnya iuran pengelolaan irigasi dibandingkan dengan petani yang berpendapatan lebih tinggi.
Ketiga, variabel pengetahuan tentang iuran pengelolaan irigasi berpengaruh nyata pada
α = 10 persen dengan arah positif, yang berarti bahwa dengan semakin meningkatnya pengetahuan petani tentang iuran pengelolaan
irigasi, maka petani akan semakin memperbesar nilai WTPnya. Keempat, variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada
α = 5 persen dengan arah negatif, yang berarti bahwa dengan semakin banyaknya jumlah tanggungan
keluarga, maka petani cenderung membayar iuran lebih kecil. Fenomena ini terjadi karena dengan semakin banyaknya tanggungan keluarga maka kebutuhan
hidup petani semakin meningkat, sehingga petani cenderung membayar iuran lebih kecil karena petani berfikir bahwa iuran irigasi bukan merupakan prioritas
utama dalam anggaran biaya kebutuhan hidupnya. Variabel lain yang diduga berpengaruh nyata adalah pengalaman berusahatani PGLM, usia U, tingkat
pendidikan TP, pelayanan irigasi PLYN, dan peranserta petani dalam OP jaringan irigasi PRST tapi ternyata secara statistik tidak berpengaruh nyata.
7.4 Perbandingan antara Nilai Iuran Pengelolaan Irigasi, WTP, dan Water