Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Adapun tugas P3A adalah: 1 merencanakan dan melaksanakan OP di petak tersier, 2 mobilitas sumberdaya petani; dan 3 menjalin kerjasama horizontal dengan organisasi formal dan nonformal di tingkat desa, serta hubungan vertikal dengan instansi-instansi yang bertanggung jawab atas OP jaringan utama Sugianto, 1991. Berdasarkan tujuan dan tugas dari P3A tersebut, maka kelembagaan P3A secara organisatoris, teknis, dan finansial diharapkan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pembangunan, rehabilitasi, eksploitasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi beserta bangunan pelengkapnya dalam petak tersier, kwarter, desa, dan subak sehingga terlihat bahwa lembaga tersebut sebenarnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keberhasilan pengelolaan air irigasi di tingkat tersier.

2.7 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Leniarsih 1996 dijelaskan bahwa kemampuan petani dalam membayar iuran dapat dilihat dari pendapatan bersih usahatani. Selain itu, dianalisis pula tentang kemauan petani mambayar IPAIR. Berdasarkan tujuh variable yang diduga berpengaruh pada kemauan petani membayar iuran, ternyata variable pengetahuan petani terhadap program IPAIR dan tingkat pelayanan irigasi berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, sedangkan tingkat pendidikan, umur kepala keluarga, dan peranserta petani terhadap program IPAIR berpengaruh nyata pada taraf 80 persen. Koefisien regresi yang diperoleh untuk variabel pengetahuan petani terhadap program IPAIR, tingkat pelayanan irigasi, umur, dan tingkat pendidikan kepala keluarga berpengaruh positif, sedangkan variabel peranserta petani terhadap program IPAIR berpengaruh negatif. Hasil penelitian Nuryartono 1998 menjelaskan bahwa keseluruhan dana IPAIR yang terkumpul didistribusikan pada berbagai pihak yang terlibat. Komponen terbesar digunakan untuk biaya perawatan jaringan irigasi sebesar 80 persen dari total dana yang terkumpul. Sedangkan 20 persen dibagikan kepada pihak-pihak yang terkait. Persentase terbesar dari 20 persen tersebut dinikmati oleh kolektor P3A. Adanya mekanisme pembagian dana tersebut dari hasil penelitian tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa P3A dikhawatirkan akan terjebak ke dalam persoalan-persoalan memburu 7 persen dana tersebut sedangkan persoalan pokok yang harus dilakukan P3A menjadi terabaikan. Dengan kondisi demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa P3A yang ada masih belum melaksanakan tugas yang diemban. Dalam penelitian Nuryartono juga dijelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan petani membayar IPAIR. Faktor-faktor tersebut adalah variabel-variabel: keadilan, tingkat keuntungan yang diperoleh dan pengalaman berusahatani. Variabel keadilan merupakan variabel yang di duga mempunyai pengaruh kuat dalam petani mangambil keputusan dilihat dari taraf nyatanya dibandingkan variabel-variabel lainnya. Sedangkan variabel tingkat keuntungan dengan melalui analisis fungsi keuntungan dan factor share dipengaruhi oleh upah tenaga kerja, harga pupuk TSP, harga pupuk KCL. Input yang memiliki share terbesar adalah tenaga kerja. Hasil penelitian Andriyani 2002 diketahui bahwa kemampuan petani dalam membayar IPAIR dilihat dari pendapatan bersih yang diperolehnya atau disebut juga kemampuan menabung keluarga petani. Berdasarkan hasil perhitungan dari penelitian tersebut terlihat bahwa keseluruhan pendapatan usahatani dipengaruhi oleh produksi, luas lahan, pengalaman berusahatani, dan komoditas yang diusahakan. Untuk kemampuan menabung petani secara keseluruhan dipengaruhi oleh pendapatan usahatani, pandapatan non irigasi, pengeluaran keluarga, beban tanggungan, lama pendidikan dan umur kepala keluarga. Hasil penelitian Aji 2005 diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan atau ketidaksediaan petani membayar iuran pengelolaan irigasi yaitu faktor tingkat pelayanan, peranserta petani dalam OP irigasi, umur petani, serta tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa untuk meningkatkan pelayanan irigasi diperlukan adanya peningkatan iuran pengelolaan irigasi. Besarnya iuran yang bersedia dibayar petani guna adanya peningktan pelayanan irigasi yaitu sebesar Rp 36.315,78hektar untuk MT I, Rp 75.000,00hektar untuk MT II, dan Rp 162.631,56hektar untuk MT III dan total WTP dalam satu tahun senilai Rp 25.321.250,00 di atas total pengeluaran OP irigasi pertahun. Hasil perhitungan dihitung melalui pendekatan Willingness to Pay melalui metode Contingent Valuation Methode CVM. Selain itu, didalam penelitian Aji 2005 diketahui pula bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi WTP petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi secara negatif adalah faktor kepercayaan petani terhadap P3A dan pengalaman berusahatani, sedangkan secara positif dipengaruhi oleh faktor tanggungan keluarga dan umur petani.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis