Pertimbangan Pengenaan Iuran Pengelolaan Irigasi Kelembagaan Petani Pemakai Air P3A

jauh dari ketersediaannya, 4 petani pemanfaat, sebagian besar petani belum mampu mengelola jaringan tersier secara tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna sehingga masih banyak yang menggunakan air secara berlebihan, mangabaikan pemeliharaan saluran dan bangunan irigasi, dan sebagainya, 5 instansi terkait stakeholder, kurang adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara aparat pemerintah dengan para petani pemakai air sehingga timbul ego sektoral yang tinggi dan penyusunan program yang tidak terpadu. Oleh karena itu, agar upaya mempertahankan swaembada pangan, khususnya beras dapat terwujud, maka perlu adanya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang efisien Soenarno, 1998. Secara garis besar berdasarkan Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2004 tentang irigasi, kegiatan OP merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan kemampuan perkumpulan petani pemakai air dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keberlanjutan sistem irigasi.

2.5 Pertimbangan Pengenaan Iuran Pengelolaan Irigasi

Iuran pengelolaan irigasi adalah iuran yang diserahkan oleh petani pemakai air atas jasa pelayanan yang diterima. Mengingat beban pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dirasa semakin berat, baik untuk dana pembangunan yang dilaksanakan maupun dana untuk rehabilitasi dan lain-lain, maka khusus di bidang irigasi pemerintah mencoba mengajak keikutsertaan masyarakat untuk turut ikut memikul beban melalui iuran pengelolaan irigasi. Berdasarkan Undang-undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan pasal 14 ayat 2 bahwa masyarakat yang mendapat manfaat langsung dari adanya bangunan- bangunan pengairan dapat diikutsertakan mananggung pembiayaan sebagai pengganti jasa pengelolaan. Ketentuan inilah yang menjadi dasar hukum bagi diterapkannya iuran pengelolaan irigasi. Jadi, melalui iuran ini diharapkan partisipasi positif dari para petani pemakai air dalam pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi khususnya pada jaringan irigasi tersier. Dengan adanya iuran irigasi yang dikelola dengan baik, maka beban Pemerintah Daerah dalam kegiatan OP jaringan irigasi menjadi berkurang dan kondisi jaringan irigasi yang baik akan terwujud sehingga dapat memberikan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, pada akhirnya iuran pengelolaan irigasi menjadi sumber dana utama untuk pembiayaan OP jaringan irigasi.

2.6 Kelembagaan Petani Pemakai Air P3A

Peranan kelembagaan petani sebagi faktor penting dalam peningkatan produksi dan pemerataan pendapatan tidak dapat di sangkal. Oleh karena itu, baik pemerintah Indonesia maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat sekarang semakin memperhatikan fungsi dan peran P3A dalam usaha pengelolaan air irigasi. P3A dianggrap sebagai suatu badan yang dapat membantu untuk menyukseskan program-program pemerintah di bidang pertanian. Tujuan pembentukan P3A ini antara lain: 1 membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tingkat usahatani, 2 membagi air pada blok tersier secara merata, 3 memelihara bangunan-bangunan tersier air secara baik, 4 mengatur pelaksanaan jadwal tanam dan pola tanam yang telah ditentukan oleh pemerintah, 5 membayar iuran pelayanan irigasi, dan 6 meredakan konflik terhadap pembagian air. Adapun tugas P3A adalah: 1 merencanakan dan melaksanakan OP di petak tersier, 2 mobilitas sumberdaya petani; dan 3 menjalin kerjasama horizontal dengan organisasi formal dan nonformal di tingkat desa, serta hubungan vertikal dengan instansi-instansi yang bertanggung jawab atas OP jaringan utama Sugianto, 1991. Berdasarkan tujuan dan tugas dari P3A tersebut, maka kelembagaan P3A secara organisatoris, teknis, dan finansial diharapkan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pembangunan, rehabilitasi, eksploitasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi beserta bangunan pelengkapnya dalam petak tersier, kwarter, desa, dan subak sehingga terlihat bahwa lembaga tersebut sebenarnya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keberhasilan pengelolaan air irigasi di tingkat tersier.

2.7 Penelitian Terdahulu