Sistem Irigasi di Indonesia Peran Masyarakat Petani dalam Pembangunan Pengairan

2.2 Sistem Irigasi di Indonesia

Ditinjau dari pengelolaannya sistem irigasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua kelompok yakni jaringan irigasi yang dikelola oleh pemerintah dan jaringan irigasi desa. Jaringan irigasi yang dikelola pemerintah adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dilaksanakan operasional dan pemeliharaannya OP oleh pemerintah. Sedangkan jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh desa dan P3A, biasanya tingkat teknologinya sederhana dan areal pelayanannya terbatas. Sistem irigasi yang tergantung pada bantuan pemerintah dibagi dalam tiga kategori: irigasi teknis, semi teknis, dan sederhana. Irigasi teknis yaitu jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik tertentu. Irigasi semi teknis yaitu pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya aliran tidak dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama, memiliki sedikit bangunan permanen dan hanya satu alat pengukur aliran yang biasanya ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah. Irigasi sederhana yaitu yang biasa menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau penyempurnaan. Tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa. Mempunyai bangunan semi permanen, dan tidak mempunyai alat pengukuran dan pengontrolan aliran, sehingga aliran tidak dapat diatur dan diukur.

2.3 Peran Masyarakat Petani dalam Pembangunan Pengairan

Peranserta masyarakat telah diisyaratkan dalam UU RI No. 7 tahun 2004 pasal 64 ayat 5 tentang Sumberdaya Air. Dengan demikian dasar hukumnya sudah ada. Namun pelaksanaannya masih belum intensif sehingga masih kuat pandangan dalam masyarakat bahwa pembangunan pengairan adalah semata-mata tugas pemerintah. Mengingat pembangunan hakekatnya adalah untuk masyarakat maka sudah seharusnya peran serta masyarakat dalam bidang pengairan ditingkatkan. Sebagai dasar pelaksanaan peran serta masyarakat adalah segala yang dapat dilakukan oleh masyarakat, termasuk sektor swasta, hendaknya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan pemerintah. Sisanya, yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat, ditangani oleh pemerintah. Setidaknya ada empat kelompok masyarakat yang terlibat langsung dalam pembangunan pengairan, yakni: masyarakat pemanfaat irigasi petani, masyarakat pengusaha, masyarakat secara umum dan masyarakat cendikiawan dan pemerhati. Masing-masing kelompok tersebut mempunyai andil dan peranserta yang berbeda dalam pembangunan pengairan. Namun, tinjauan pustaka dalam penelitian ini hanya akan fokus terhadap peran serta masyarakat pemanfaat irigasi dalam hal ini petani dalam pembangunan pengairan. Bentuk peran serta petani dalam pembangunan pengairan dapat terlihat dari adanya pemanfaatan dan pengelolaan air irigasi yang dilakukan oleh petani. Agar pemanfaatan air irigasi lebih efektif dan efisien maka para petani pemakai air membentuk diri dalam P3A. Para petani dalam pembangunan irigasi perlu dilibatkan dalam setiap tahap pembangunannya agar jaringan irigasi dapat berdaya guna dan berhasil guna. Pada tahap studi petani perlu diberitahu mengapa dibangun jaringan irigasi di tempat itu dan sekaligus untuk mempersiapkan mereka untuk memanfaatkan nantinya. Langkah yang demikian ini telah ditempuh oleh Ditjen Pengairan dengan kegiatan yang disebut institutional profile pada tahap awal dari pengembangan. Pada tahap konstruksi hendaknya juga dilibatkan, terutama pada pembangunan jaringan tersier sehingga tercipta rasa ikut memiliki. Sedangkan pada tahap operasi dan pemeliharaan inilah peranserta yang lebih besar diharapkan. Bentuk peran serta tersebut dapat sebagai partisipasi yang berkonotasi ikut serta dalam kontribusi yang bersifat lebih aktif memberikan sesuatu. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa kondisi ekonomi petani Indonesia masih memprihatinkan. Karena itu masih perlu dicari rumusan yang “pas” terhadap partisipasi petani ini. Satu hal penting yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa peranserta ini hendaknya bukan atas dasar paksaan tetapi atas dasar kesadaran. Untuk itu perlu penyuluhan sebagai pembuka kesadaran sangat penting artinya. Mengingat petani kita belum cukup mampu ekonominya, maka konsep peranserta petani dengan cara gotong royong tanpa kompensasi pada waktu pembangunan, perlu ditinjau kembali.

2.4 Operasi dan Pemeliharaan OP Irigasi