menggunakan konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri dengan kode X, setelah itu pengukuran yang kedua untuk
pengukuran tingkat kebiasaan mengkonsumsi minuman keras siswa setelah diberikan konseling konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral
dengan teknik pengelolaan diri post-test dengan kode . Perbedaan antara
dan . diasumsikan sebagai efek dari treatment atau eksperimen.
Desain ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan: X = treatment yang diberikan Variabel independen
O1 = nilai pretest sebelum diberi treatment O2 = nilai posttest setelah diberi treatment
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Try Out
Try out dilaksanakan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrument, yaitu inventori kebiasaan mengkonsumsi minuman keras. Try out
dilaksanakan sebelum pelaksanaan pre-test. Dari hasil try out dapat diketahui item-item dari inventori kebiasaan mengkonsumsi minuman keras yang valid dan
reliabel sehingga bisa digunakan untuk pelaksanaan pre-test dan post-test. Try out diberikan kepada siswa kelas XI TKJ 1.
O1 X O2
3.2.2 Pre-Test
Pre-test dilakukan untuk mengukur variabel terikat sebelum memberikan perlakuan. Dalam penelitian ini, pre-test dilakukan dengan cara
memberikan inventori kebiasaan mengkonsumsi minuman keras sebelum pemberian treatment. Pre-test diberikan pada ke enam siswa yaitu AG, SP, AA,
TH, Z, dan FM. Tujuan dari pre-test adalah untuk mengetahui gambaran kebiasaan mengkonsumsi minuman keras siswa sebelum diberikan treatment.
3.2.3 Treatment
Tujuan dari pemberian treatment adalah untuk mengurangi kebiasaan mengkonsumsi minuman keras siswa. Treatment tersebut berupa konseling
perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri. Pelaksanaan konseling dilaksanakan maksimal 6 kali pertemuan dengan durasi
konseling kurang lebih 45-60 menit. Adapun tahapan treatment dengan menggunakan konseling behavioral
digolongkan menjadi empat tahapan yaitu assessment, goal setting, penerapan teknik konseling, evaluasi dan terminasi.
1 Assessment, yang dimulai dari raport, eksplorasi diri klien, identifikasi
masalah, sampai merumuskan masalah atau menetapkan inti masalah problem limit. Peneliti mengumpulkan informasi dengan mengemukakan
keadaan saat itu, apa yang akan diperbuat konseli pada waktu itu dan menentukan bantuan macam apa yang akan diberikan pada konseli.
2 Goal setting, yakni menentukan tujuan dari proses konseling berdasarkan
informasi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya, peneliti membuat instrument untuk merumuskan tujuan dari konseling yang akan dijalani.
3 Penerapan teknik konseling, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan
dalam konseling behavioral. Penerapan teknik disesuaikan dengan permasalahan yang dialami oleh konseli karena tiap-tiap teknik mempunyai
keefektifan yang berbeda terhadap permasalahan tertentu. 4
Evaluasi dan terminasi, dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu evaluasi segera
diperolehnya pemahamaninformasi
baru Understanding,
dicapainya keringanan beban perasaan Comfort, dan direncanakannya kegiatan paska konseling dalam rangka perwujudan pengentasan masalah
konseli Action setelah layanan diberikan, evaluasi jangka pendek untuk memantau action yang dilakukan konseli dalam jangka waktu dekat, dan
evaluasi jangka panjang memantau keberhasilan layanan, apakah berhasil atau tidak dalam jangka waktu yang lama.
Rencana yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Rencana Pertemuan Konseling Perorangan
No Pertemuan ke
Kegiatan Waktu
1 I
Assesment 45-60 menit
2 II
Assesment tahap 2 45-60 menit
3 III
Goal Setting 45-60 menit
4 IV
Teknik Implementasi 45-60 menit
5 V
Teknik Implementasi tahap 2 45-60 menit
6 VI
Evaluasi dan terminasi 45-60 menit
Sumber: Tahapan Konseling Behavioral
3.3 Variabel Penelitian