yang menjadi responden sebelum diberi perlakukan layanan konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri.
4.2.1.2 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Keras Siswa Kelas X
TKJ SMK N 1 Karanganyar Setelah Mengikuti Konseling Perorangan Menggunakan Pendekatan Behavioral dengan Teknik Pengelolaan Diri
Setelah dilakukan konseling perorangan menggunakan pendekatan
behavioral dengan teknik pengelolaan diri sebanyak enam kali pertemuan, selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui penurunan kebiasaan
mengkonsumsi minuman keras. Penurunan di sini yaitu, menurunkan dari yang kriteria tinggi menjadi kriteria yang rendah sehingga ada penurunan setelah
dilakukan perlakuan. Hasil post test selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Keras siswa Setelah Mengikuti Konseling
Perorangan menggunakan Pendekatan Behavioral dengan Teknik Pengelolaan
Diri No
Kode Responden
Post Test Skor
Kat
1. K
– 1 30
35,71 Sangat Rendah
2. K
– 2 27
32,14 Sangat Rendah
3. K
– 3 28
33,33 Sangat Rendah
4. K
– 4 26
30,95 Sangat Rendah
5. K
– 5 36
42,86 Sangat Rendah
6. K
– 6 29
34,52 Sangat Rendah
Rata-rata 176
34,92 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada 6 siswa setelah diberikan
perlakuan berupa konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral
dengan teknik pengelolaan diri masing-masing siswa termasuk kategori sangat rendah. Adapun persentase rata- rata sebesar 34.92 yang termasuk dalam
kategori sangat rendah. Hal ini berarti bahwa setelah diberi perlakuan berupa layanan konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik
pengelolaan diri indikator-indikator kebiasaan mengkonsumsi minuman keras yang meliputi gejala fisik, gejala perilaku dan gejala psikologis tidak dilakukan
oleh 6 siswa yang menjadi responden. Di bawah ini dapat dilihat gambaran tingkat kebiasaan mengkonsumsi
minuman keras per indikator setelah diberikan perlakuan konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri. Adapun
hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Tingkatan Kebiasaan Mengkonsumsi Miras Siswa Pada Setiap Indikator
Setelah Mengikuti Konseling Perorangan Menggunakan Pendekatan Behavioral dengan Teknik Pengelolaan Diri
No Indikator
Kode Responden Rata-
rata
Skor K
– 1 K – 2 K – 3 K – 4 K – 5 K – 6
1. Gejala Fisik
37,50 37,50
25,00 31,25 43,75 31,25 34,38
2. Gejala Perilaku
35,42 29,17
37,50 31,25 41,67 39,58 35,76
3. Gejala Psikologik
35,00 35,00
30,00 30,00 45,00 25,00 33,33
Rata-rata 35,71
32,14 33,33
30,95 42,86 34,52 34,92
Berdasarkan tabel 4.6 hasil post-test tingkatan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras siswa setelah diberikan perlakuan konseling perorangan
menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri pada tiap indikator menunjukkan bahwa pada indikator gejala fisik mendapatkan presentase
34,38 termasuk dalam kategori sangat rendah, hal ini berarti bahwa kebiasaan gemetaran kasar bergerak-gerak tak beraturan pada tangan dan konseli juga
sering mengeluarkan keringat berlebihan saat berinteraksi dengan orang lain tidak dilakukan oleh konseli setelah diberikan konseling perorangan menggunakan
pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri. Pada indikator gejala perilaku mendapatkan persentase 35,76 termasuk
dalam kategori sangat rendah, hal ini berarti bahwa kebiasaan konseli melakukan tindakan kekerasan saat sedang emosi, suka berkelahi dan juga berkata kasar saat
sedang marah, tidak bisa menerima kenyataan yang buruk dalam kehidupan serta pesimis saat menghadapi masalah, lebih suka menyendiri apabila ada acara atau
kegiatan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya, dan mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru serta sulit bergaul dengan
orang lain tidak dilakukan oleh konseli setelah diberi konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri.
Pada indikator gejala psikologik mendapatkan persentase 33,33 termasuk dalam kategori sangat rendah, hal ini berarti bahwa kebiasaan konseli
yang mudah tersinggung dengan kata atau tindakan orang lain, suasana hati dan perasaan mudah berubah dari senang menjadi marah, susah tidur saat sedang
menghadapi masalah, gangguan konsentrasi saat belajar maupun beraktivitas tidak dilakukan oleh konseli setelah diberi konseling perorangan menggunakan
pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri. Adapun hasil skor yang didapat dari rata-rata ketiga indikator diatas
mendapat persentase 34,92 termasuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini
berarti bahwa tiap indikator kebiasaan mengkonsumsi minuman keras yang meliputi gejala fisik, gejala perilaku dan gejala psikologik tidak dilakukan oleh 6
siswa yang menjadi responden setelah diberi perlakukan layanan konseling perorangan menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik pengelolaan diri.
4.2.1.3 Keadaan Tingkat Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Keras Siswa