layanan konseling perorangan dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi fungsi advokasi.
2.3.1.3 Komponen Dalam Konseling Perorangan
Dalam layanan konseling perorangan berperan dua pihak, yaitu seorang konselor dan seorang klien. Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling
yang memiliki wewenang dan mandat secara professional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan konseling. Dalam layanan konseling perorangan, konselor
menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan proses konseling melalui dioperasionalkannya pendekatan, teknik dan asas-asas konseling terhadap klien.
Dalam proses konseling, selain media pembicaraan verbal, konselor juga dapat menggunakan media tulisan, media elektronik, dan media pembelajaran lainnya,
serta media pengembangan tingkah laku. Sedangkan klien adalah seorang individu yang sedang mengalami
masalah, atau setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada orang lain. Klien datang dan bertemu konselor dengan cara
yang berbeda-beda. Kedatangan klien bertemu konselor disertai dengan kondisi tertentu yang ada pada diri klien itu sendiri. Adapun latar belakang dan kondisi
klien yang datang menemui konselor, semuanya itu perlu mendapatkan perhatian dan penanganan sepenuhnya oleh konselor Prayitno, 2004: 6.
2.3.1.4 Asas Dalam Konseling Perorangan
Kekhasan yang paling mendasar layanan konseling perorangan adalah hubungan interpersonal yang amat intens antara klien dan konselor. Hubungan ini
benar-benar sangat mempribadi, sehingga boleh dikatakan antara kedua pribadi itu “saling masuk-memasuki”. Proses layanan konseling dikembangkan sejalan
dengan suasana yang demikian, sambil di dalamnya dibangun kemampuan khusus klien untuk keperluan kehidupannya. Asas-asas konseling memperlancar proses
dan memperkuat bangunan yang ada di dalamnya. Adapun asas-asas yang dimaksud menurut Prayitno 2004: 14 adalah kerahasiaan; kesukarelaan dan
keterbukaan; keputusan diambil oleh klien sendiri; kekinian dan kegiatan; kenormatifan dan keahlian.
2.3.2
Pendekatan Konseling Behavioral
2.3.2.1 Definisi Konseling Behavioral
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar. Sehingga
dapat diubah melalui memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Menurut
pandangan behavioristik,
setiap orang
dipandang memiliki
kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya Corey, 2007: 195.
Menurut Winkel 2006 : 418 Konseling behavioral adalah ”konseling
yang diharapkan untuk menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli counsele behavioral
”. Sedangkan menurut Latipun 2008: 128 konseling behavioral adalah konseling yang berfokus pada perubahan perilaku.
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat diambil pengertian bahwa konseling behavioral merupakan konseling yang bertujuan untuk perubahan
tingkah laku pada konseli atau klien, dimana konselor memberikan reinforcement pada perilaku yang dikehendaki dan memberikan punishment pada perilaku yang
tidak dikehendaki. Konseling behavioral merupakan konseling yang membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku
yang dapat diamati tersebut merupakan suatu hal yang oleh para konselor dijadikan sebagai criteria pengukuran keberhasilan konseling.
Pembentukan pola tingkah laku juga dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul . hal
ini merupakan suatu cara yang dapat mengubah tingkah laku seseorang. Karena pada dasarnya tujuan konseling behavioral adalah memperoleh tingkah laku
adaptif dan menghapus tingkah laku maladaptif. Alasan penggunaan konseling behavioral dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan konseling behavioral akan mempengaruhi pola pikir klien untuk tidak melakukan perilaku yang merugikan merusak diri sendiri seperti
kebiasaan minuman keras yang tentunya akan mengganggu kehidupan dan juga menghambat perkembangan dari klien. Jadi dalam penelitian ini diharapkan
perilaku kebiasaan minuman keras dapat diatasi.
2.3.2.2 Karakteristik Konseling Behavioral