2.3.2.4 Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Menurut Latipun 2008: 135 menjelaskan bahwa “perilaku yang salah penyesuaian terbeb
entuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya”. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah
laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah
laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
2.3.2.5 Tahap-tahap Konseling Behavioral
Menurut Winkel 2007: 492 langkah-langkah kerja konseling behavioral adalah:
a. Membangun hubungan yang baik dengan klien
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan
perasaan klien. c.
Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara A-B-C Anticedent, Behaviour,
Concrquences d.
Membantu klien untuk menetukan penyelesaian yang memuaskan e.
Mengakhiri hubungan pribadi dengan klien. Sedangkan menurut Latipun 2008: 55 prosedur dan tahapan konseling
behavioral yaitu:
Tabel 2.1 Prosedur dan Tahapan Konseling Behavioral a.
Konselor memulai
pembicaraan dan merespon secara
sensitif untuk
menangkap masalah utama. b.
Klien menyatakan masalah dalam istilah behavioral atau
menyetujui deskripsi
oleh konselor.
d. Konselor dan klien menyetujui
masalah mana
yang akan diatasi dahulu
c. Klien menyatakan masalah lain
yang berhubungan
dengan masalah utama.
e. Klien setuju denagn tujuan
konseling termasuk
memperhitungkan perubahan
dan faktor-faktor lain. f.
Tindakan alternatif pemecahan masalah dipertimbangkan klien
dan konselor.
h. Konselor dan klien menyetujui
sub tujuan sebagai prasyarat mencapai tujuan akhir
g. Klien
menyediakan bukti
bahwa dia
menyadari konsekuensi setiap tindakan
yang dipertimbangkan i.
Konselor dan klien menyetujui tindakan mana yang akan
dicoba pertama kali j.
Konselor dan klien menyetujui terhadap evaluasi kemajuan
pencapaian tujuan. l.
Menyusun tujuan yang baru dikembangkan dan disetujui
bersama k.
Klien dan konselor memonitor kemajuan perilaku klien
m. Tindakan klien yang baru
diseleksi bersama dan disetujui n.
Klien dan konselor memonitor kemajuan perilaku klien
p. Konselor dan klien menyetujui
bahwa tujuan telah tercapai o.
Klien dan
konselor menerapkan perubahan dan
belajar ke
pemeliharaan perubahan
q. Konselor membuktikan bahwa
perubahan perilaku
telah dipelihara tanpa konselor.
Sumber: Latipun 2008: 55 Menurut
Komalasari 2011 : 157 tahapan yang harus dilakukan konselor dalam melakukan konseling behavior yaitu assessment, goal setting, implementasi
teknik, evaluasi terminasi, dan feedback. 1.
Assessment Tujuan dari assessment ini untuk memperkirakan apa yang
diperbuat klien pada waktu itu. Konselor menolong klien untuk mengemukakan keadaanya yang benar yang dialaminya pada waktu
itu. Hal ini dilakukan dengan cara bertanya secara mendalam dengan konseli tentang perilaku agresif verbal dan menggali lebih dalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Konselor diharapkan dapat mengidentifikasi setiap pernyataan yang dikemukakan oleh konseli. Assessment ini diperlukan untuk
memperoleh informasi model mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. Setelah konseli memperoleh
gambaran tentang model yang akan dicontoh dalam perubahan perilakunya maka konselor kemudian mengarahkan dan melakukan
teknik konseling yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya.
2. Goal setting
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh konselor kemudian dianalisis dan klien menyusun perangkat untuk
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Tujuan ini memberi motivasi dalam mengubah tingkah laku belajar klien dan
menjadi pedoman teknik mana yang akan dipakai. Kriteria yang disarankan dalam merumuskan tujuan diantaranya: Tujuan itu harus
diinginkan oleh klien, konselor harus menolong klien dalam mencapai tujuan, tujuan itu harus mungkin untuk dicapai.
3. Implementasi teknik
Dalam implementasi teknik ini yang akan dilakukan yaitu menetukan strategi belajar mana yang akan dipakai dalam mencapai
tingkah laku yang dinginkan. Dalam hal ini dapat menggunakan teknik-teknik yang ada dalam konseling behavior.
4. Evaluasi-terminasi
Evaluasi dapat digunakan untuk melihat apa yang telah diperbuat oleh klien. Apakah konseling efektif dan apakah teknik
yang digunakan dalam konseling cocok apa tidak. Bila tujuan tidak tercapai mungkin teknik yang digunakan tidak cocok dan konseling
bisa dilakukan lagi dengan teknik yang lain. Teknik yang digunakan dalam konseling tidak harus satu namun boleh lebih dari satu atau
diganti-ganti. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang masalah yang dialami oleh konseli begitu kompleks. Oleh sebab itu konselor
hendaknya menggunakan atau memilih pendekatan atau teknik yang cocok pada setiap permasalahan yang dialami oleh individu. Jika
konseling sudah selesai maka masuk kedalam tahap teminasi yaitu berhenti untuk melihat apakah klien bertindak tepat.
5. Feedback umpan balik
Feedback diperlukan untuk memperbaiki proses konseling. Apabila konseling dirasa belum telihat hasilnya atau belum ada
perkembangan dari konseli maka konselor dapat memberikan perlakuan lagi kepada konseli dan diharapkan konseli dapat
memberikan respon sehingga tujuan konseling yang diharapkan dapat tercapai.
Tahapan konseling behavioral menurut pendapat para ahli sangatlah banyak, dan semuanya tertuju pada perubahan tingkah laku individu. Akan tetapi
dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada tahap-tahap konseling behavioral dalam Komalasari 2011 : 157. Tahapan yang digunakan yaitu assessment, goal
setting, implenentasi teknik, evaluasi terminasi, dan feedback. Alasan peneliti menggunakan tahapan tersebut karena dianggap paling runtut dan mudah untuk
dilaksanakan.
2.3.3
Teknik Pengelolaan Diri
2.3.3.1 Definisi Teknik Pengelolaan Diri