Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan tiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi karena dalam tiap siklus siswa dilatih untuk aktif dalam penyusunan puzzle, pelaksanaan eksperimen, dan diskusi kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno 2007: 9 yang menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa harus aktif sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalamannya. Selain itu, menurut Sudjana 1996: 30, strategi belajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal mampu mengubah tingkah laku siswa secara lebih efektif sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek kognitif dan psikomotorik mengalami kenaikan berkategori sedang. Peningkatan tersebut terjadi karena dalam tiap siklus, siswa dilatih untuk mencapai indikator kemampuan berpikir kritis, akan tetapi siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis Contextual Teaching Learning metode Picture and Picture. Hal ini sesuai dengan Law of Exercise atau Hukum Latihan Hergernhahn Olson, 2008: 65, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan semakin bertambah erat jika sering dilatih, dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah dilatih. Dari hasil pengamatan siklus 1 dan 2, siswa masih pasif selama proses pembelajaran, hanya sebagian siswa yang terlibat dalam penyusunan puzzle dan pelaksanaan eksperimen. Dalam pelaksanaan eksperimen, siswa belum dapat merancang sebuah penyelidikan dengan baik dan belum dapat mengukur suhu dengan baik. Perbaikan yang dilakukan diantaranya dengan memperbaiki susunan siswa dalam kelompok. Di dalam satu kelompok diusahakan ada siswa yang aktif dan siswa yang pasif agar siswa yang pasif dapat termotivasi menjadi aktif. Selain itu guru lebih aktif memotivasi siswa dalam hal penyusunan puzzle dan pelaksanaan eksperimen. Dalam pelaksanaan eksperimen, guru memotivasi siswa untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam eksperimen dan membetulkan siswa dalam pelaksanaan pengukuran suhu. Berdasarkan hasil analisis tiap aspek kemampuan berpikir kritis, didapatkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis Contextual Teaching Learning metode Picture and Picture dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis Contextual Teaching Learning metode Picture and Picture membiasakan siswa untuk belajar menemukan pengetahuannya melalui pengalamannya sendiri. Menurut Dimyati Mudjiono 2006: 45, belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis Contextual Teaching Learning metode Picture and Picture memang layak diterapkan dalam pembelajaran.

4.3 Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Siswa

Analisis hasil belajar kognitif dan afektif siswa tiap siklus disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Analisis Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Siswa Tiap Siklus