Pertama: Sikap yang seharusnya tentang Allah. Allah

50 Kelas VI SD

2. Kedua: Sikap yang seharusnya mengenai diri kita sendiri.

Menghabiskan waktu di hadapan Allah membuat kita sadar akan diri kita sendiri, membuka mata kita tentang keberdosaan kita, tentang keburukan pikiran dan perbuatan kita sendiri. Berdiri di hadapan Allah yang Mahakasih akan memampukan kita melihat hidup kita dengan jernih lagi. Dengan ibadah yang sejati, kita melihat segala hal berdasarkan sudut pandang Allah. Perspektif Allah inilah yang kita peroleh setiap kita sungguh-sungguh beribadah. Sikap yang seharusnya mengenai diri kita sendiri akan menuntun kita kepada sikap yang seharusnya dalam hidup kita sehari-hari.

3. Ketiga: Sikap yang seharusnya mengenai hidup kita sehari-

hari. Ibadah tidak boleh berhenti dengan pengalaman mistis saja. Ibadah harus menuntun dan membawa kita kepada pelayanan yang nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karenanya, hidup nyata sehari-hari adalah kesempatan untuk menyembah Allah. Orang yang sungguh beribadah akan mengikuti petunjuk Paulus dalam Roma 12:1-2: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Perkataan Rasul Paulus ini didukung oleh Yakobus 1:26-27 yang menegaskan bahwa ibadah yang sejati itu hendaklah tercermin dalam tindakan hidup yang menjaga lidah, menolong anak yatim piatu dan janda- janda yang menderita, serta menjaga kesalehan hidup setiap hari. Dengan menyadari semuanya, guru diajak untuk memeriksa diri sehingga mampu melakukan persiapan mengajar dengan baik. Penghayatan yang dalam akan menjadikan guru terlebih dahulu mempraktikkan ibadah yang benar, sebelum hal ini diajarkan kepada peserta didik. 51 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kalau begitu, apa dampak melakukan ibadah yang sejati? Dampaknya, di antaranya adalah adanya suatu jaminan perlindungan, ketenteraman, kedamaian dan berkat yang mengalir sampai pada anak cucu, seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:21-30. Janji Tuhan ini sungguh luar biasa. Oleh karena itu kita harus mampu mempraktikkan sikap hidup, tabiat, perbuatan, karakter atau pola pikir yang sesuai dengan keinginan Tuhan. Dalam mewujudnyatakan semuanya itu, ingat nasihat Kolose 3:23 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.

D. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan diawali dengan guru menanyakan pengertian ibadah menurut pemahaman peserta didik, bentuk-bentuk ibadah yang biasanya dijalani atau dilakukan oleh peserta didik, serta pengalaman yang dirasakan oleh peserta didik ketika menjalani ibadah. Guru dapat meminta satu atau dua orang peserta didik untuk menceritakan pengalamannya di depan kelas. Hal lain yang dapat dikembangkan pada bagian pengantar adalah meminta peserta didik mengidentifikasi gambar- gambar yang dikategorikan sebagai ibadah. Sebelumnya, guru telah menyiapkan gambar-gambar tersebut. Gambar yang disiapkan dapat berbentuk foto, gambar dari majalah atau gambar yang ditampilkan menggunakan media komputer yang ditayangkan menggunakan alat bantu berupa LCD proyektor. LCD Liquid Crystal Display Proyektor adalah perangkat teknologi yang mampu menghadirkan gambar, tayangan, dan video dari komputer ke layar datar. Sebenarnya akan lebih baik jika peserta didik diberi tugas untuk membawa gambar-gambar yang dikategorikan sebagai ibadah, dan mempresentasikannya di depan kelas, namun karena