Penjelasan Bahan Alkitab Kelas 06 SD Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Guru
56 Kelas VI SD yang baru, suasana yang baru, dan memulai hidup dalam
kemajemukan. Di tanah perjanjian itu akan ada banyak ancaman terhadap kehidupan mereka, terutama spiritualitas
mereka di hadapan Tuhan. Jadi tujuan pidato Musa dalam kitab Ulangan ini adalah mengingatkan umat Israel untuk
tetap setia dan taat kepada Tuhan yang telah membawa dan memimpin mereka keluar dari tanah perhambaan, Mesir, ke
tanah kebebasan, tanah Kanaan.
Pidato Musa dibuka dengan kata-kata: ”maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh
Tuhan Allahmu...” Sebelum nas ini Musa telah memaparkan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan pasal 1-3; Israel telah
dipilih menjadi umat-Nya ay.15, 22; Tuhan telah menunjukkan belas kasihan-Nya ay.17b-18; kini Musa menanyakan kepada
umat Israel dengan pertanyaan: ”Apakah yang dimintakan Tuhan dari padamu?”. Yang diminta Tuhan dari umat-Nya
adalah taat dan bersyukur.
Beberapa pokok pesan yang bisa didapat dari teks ini antara lain Hidup dalam Kehendak Tuhan. Melakukan kehendak Tuhan
merupakan wujud nyata dari hidup yang taat dan bersyukur. Kehendak Tuhan itu adalah takut akan Tuhan, hidup menurut
jalan yang ditunjukkan Allah, mengasihi dan beribadah kepada Allah dengan segenap hati dan dengan segenap
jiwa, serta berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan. Di sini tuntutan Tuhan kepada umat-Nya adalah memusatkan
segenap potensinya demi kepentingan Tuhan serta berusaha mengindahkan setiap petunjuk demi melakukan kehendak
Tuhan bnd. Roma 12:1-2.
Pokok lainnya adalah Melakukan Perbuatan Baik. “Sunatlah hatimu...”. Istilah sunat dalam PL mempunyai dua pengertian: 1
sunat tanda akil-balig penyucian, pendewasaan, pengabdian serta telah siap untuk meneruskan keturunan atau generasi
berikutnya; 2 sunat sebagai tanda keanggotaan pria dalam sukunya Kej.17:11. Sementara itu, penyunatan hati artinya
pembersihan dari hal najis dan cemar. Seperti sunat lahiriah dibuat sebagai tanda perjanjian; maka sunat hati merupakan
tanda berupa sikap hidup yang mencirikan umat perjanjian itu, yakni tunduk kepada Allah dan kehendak-Nya. ”Menyunat hati”
berarti membuang yang tidak baik, yaitu sifat tegar tengkuk
57 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
atau keras kepala serta tidak mau mendengar panggilan untuk melakukan perbuatan baik dengan hidup mengasihi,
peduli dan berbelarasa kepada orang yang tidak memiliki orangtua dan janda serta orang asing. Janda, yatim dan
orang asing adalah orang-orang yang kurang mendapat perhatian dan perlindungan dan selalu menjadi pihak yang
lemah, terutama secara hukum. Mengasihi dan menunjukkan kepedulian solidaritas kepada yatim piatu, janda dan orang
asing harus mereka lakukan sebab mereka sudah terlebih dahulu menerima limpahan kasih dari Tuhan di saat mereka
mengalami hal yang sama.
Pokok ketiga adalah Beribadah kepada Tuhan. Tuhan dikenal melalui perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat dan
yang patut disyukuri ay. 21b. Namun yang harus kita kagumi dan kita agungkan bukanlah perbuatan-perbuatan dahsyat
tersebut tetapi Tuhan sendiri, Sang Pembuat perbuatan- perbuatan yang dahsyat tersebut. Tuhan harus menjadi tujuan
ibadah syukur kita. Semua ciptaan-Nya dan perbuatan-Nya yang baik pantas untuk disyukuri.
Mazmur 100 ada di dalam kumpulan kitab keempat pasal 90-106 dari lima kumpulan kitab yang ada di seluruh Mazmur.
Apa maksudnya? Sebagian ahli mencoba merangkai kelima kumpulan kitab Mazmur ke dalam suatu alur linier menurut
sejarah perjanjian takhta Daud. Kitab pertama 1-41 berbicara mengenai pertentangan Daud dengan Saul, yakni sebelum
kerajaan Daud berdiri. Kitab kedua 42-72 membahas kehidupan kerajaan Daud yang telah berdiri. Kitab ketiga
73-89 membahas periode kritis ketika Asyur menggempur Israel. Kitab keempat 90-106, tempat Mazmur 100 terletak,
merefleksikan masa ketika Israel dibuang. Barulah pada kitab kelima 107-150 orang Israel merayakan kembalinya mereka
dari pembuangan dan nubuatan akan zaman yang baru. Jadi, bisa dikatakan bahwa Mazmur 100 ditulis dalam keadaan
yang paling terpuruk, yaitu ketika Israel menjalani hukuman di dalam pembuangan. Ini adalah suatu zaman ketika mereka
sesungguhnya tidak bisa menikmati ibadah sebagaimana yang pernah mereka lakukan sebelum dibuang bdk. Mzm.
137:1-4.
58 Kelas VI SD Hal ini juga bisa kita bandingkan dengan judulnya: “Mazmur
untuk korban syukur.” Seorang penafsir mengatakan bahwa karena judul Mazmur ini singkat, yaitu hanya “untuk korban
syukur” dan tidak secara spesifik mengacu pada konteks “untuk perayaan kembalinya tabut Tuhan,” atau “untuk acara
penahbisan Bait Suci”, maka kemungkinan Mazmur ini adalah untuk dapat dipakai kembali di dalam ibadah yang lain. Lebih
jauh lagi, bila kita perhatikan catatan kaki di dalam Alkitab TB, kita akan mendapatkan ayat-ayat referensi yang berasal dari
kitab Tawarikh, yakni 1 Taw. 16:34 dan 2 Taw. 5:13. Meskipun kedua ayat ini berbicara tentang perayaan, tetapi perspektifnya
sejalan dengan kumpulan kitab keempat Mazmur, yaitu ditulis sebagai suatu kilas balik flash back dari pembuangan untuk
mengingatkan umat Israel yang sedang dalam pembuangan akan pengharapan yang didasarkan kepada janji Allah.
Dengan demikian Mazmur 100 ini di dalam konteksnya berfungsi memberikan kekuatan dan penghiburan. Kekuatan
dan penghiburan ini bukan karena suasana atau cara menyanyikannya, tetapi didasarkan pada atribut Allah yang
dinyatakan melalui janji-janji-Nya. Janji-janji ini kembali diingat dan diimani dalam ibadah. Janji-janji inilah yang
menjadi sumber kepuasan bagi setiap orang yang mengikuti ibadah. Jikalau atribut Allah yang terkait dengan pengalaman
masa lalu past dirayakan kembali dalam ibadah, maka atribut Allah yang terkait dengan janji masa depan future
diimani kebaikannya.