rendah menyebabkan uap terhenti pada bahan yang padat, sehingga proses ekstraksi minyak tidak berjalan sempurna. Sebaliknya, jika laju penyulingan
terlalu cepat maka uap dalam ketel akan keluar melalui bahan dengan membentuk jalur uap serta mengangkut bahan partikel ke dalam kondensor,
sehingga menghambat aliran uap di dalam kondensor Risfaheri Mulyono 2006.
Laju penyulingan memberi pengaruh nyata terhadap rendemen dan kadar vetiverol pada penyulingan minyak akar wangi. Jumlah minyak sebesar
2.47 pada laju penyulingan 0,6 kg uapjam dengan kadar vetiverol 63.91 lebih tinggi dibandingkan pada laju penyulingan 0,5 kg uapjam yang
menghasilkan minyak 2.17 dan kadar vetiverol 61.79 Moestafa, et al.
1991. 4.
Pengaruh Lama Penyulingan
Lama penyulingan mempengaruhi kontak air atau uap air dengan bahan. Pada penyulingan yang lebih lama, jumlah minyak yang terbawa oleh uap
semakin banyak sehingga rendemen minyak yang diperoleh lebih banyak. Lama penyulingan juga berpengaruh terhadap penguapan fraksi yang bertitik
didih tinggi. Semakin lama penyulingan, penguapan fraksi yang bertitik didih tinggi akan semakin besar Guenther 1990.
Hasil penelitian penyulingan pada beberapa minyak atsiri menunjukkan lama waktu penyulingan menghasilkan minyak yang semakin banyak.
Penyulingan nilam selama 6 jam menghasilkan rendemen 2.59 dibandingkan penyulingan selama 4 dan 5 jam yaitu 2.28 dan 2.52
Setiadji Tamtarini 2006. Biji jintan yang disuling selama 3, 5, dan 7 jam menghasilkan rendemen 1.90, 2.10, dan 2.23 Sudibyo 1989. Begitu
pula halnya pada penyulingan minyak jeruk purut Moestafa, et al. 1998. Penyulingan jeruk purut selama 8 jam menghasilkan rendemen 4.58, nilai
ini lebih tinggi dari rendemen minyak yang disuling selama 6 jam yaitu 3.58. Rusli Anggraeni 1999 juga memperoleh rendemen minyak akar
wangi lebih tinggi pada penyulingan yang lebih lama yaitu 2.07 selama 12 jam dibandingkan dengan penyulingan 8 jam yang hanya 1.78. Namun
perpanjangan waktu penyulingan berdampak pada besarnya biaya bahan bakar yang digunakan Feryanto 2007.
2.5. Model Kinetik Proses Penyulingan Minyak Atsiri
Model matematis untuk kinetika penyulingan minyak atsiri dengan metode hydrodistillation menggunakan pendekatan mekanisme yang sama dengan
ekstraksi pelarut untuk tanaman. Mekanisme distilasi minyak atsiri dilakukan melalui dua tahap yaitu :
1. Pelepasan minyak atsiri yang berada di sekitar permukaan luar bahan disebut juga fast oil distillation. Peristiwa ini terjadi di awal
penyulingan t = 0. Ciri-ciri dari tahap ini adalah jumlah minyak yang dihasilkan meningkat dengan cepat pada awal proses.
t = 0 ; q = q
w
atau b
q q
q q
o w
o
= =
1 dimana
q
w
= yield minyak pada t = 0; q = yield minyak pada t = i; q
o
= konsentrasi minyak awal dalam bahan; b = koefisien fast distillation 2. Pelepasan minyak atsiri dari bagian dalam bahan menuju ke permukaan
luar bahan disebut juga slow oil distillation. Ciri-ciri dari tahap ini adalah peningkatan jumlah minyak yang dihasilkan berlangsung lambat.
Umumnya terjadi di akhir penyulingan. Persamaan dasar kinetika untuk proses penyulingan minyak atsiri adalah :
kt o
o
e b
q q
q
−
− =
− .
1 2
Atau kt
b q
q q
o o
− −
= −
1 ln
ln 3
dimana k = koefisien slow distillation; t = waktu