15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Agency Teory
Teori agensi merupakan suatu hubungan agensi sebagai sebuah kontrak dimana salah satu pihak principal menggunakan pihak lain agent untuk
mengerjakan suatu layanan tertentu untuk kepentingan mereka, dengan melibatkan suatu pendelegasian wewenang pengambilan keputusan oleh agen
Jensen dan Meckling, 1976 dalam Subramaniam, et al., 2009. Dengan demikian, agen memiliki lebih banyak informasi tentang keadaan perusahaan dibandingkan
pemilik, hal inilah yang sering disebut dengan asimetri informasi. Baik pemilik maupun agen memiliki kepentingan pribadinya masing-
masing yang dapat menimbulkan konflik kepentingan antara agen dan pemilik. Untuk meredam tindakan para agen yang tidak sesuai dengan kepentingannya,
pemilik memiliki dua cara yaitu Jensen dan Meckling, 1976 dalam Subramaniam, et al., 2009 :
1. Mengawasi perilaku agen dengan mengadopsi fungsi auditing dan mekanisme corporate governance lain yang dapat meluruskan
kepentingan agen dengan kepentingan principal. 2. Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada agen dan
mengadakan struktur reward yang dapat membujuk para agen untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik principal.
Konflik kepentingan pemilik dan agen timbul karena terdapat kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
principal, dimana situasi ini memicu timbulnya biaya agensi Nugroho, 2008. Terdapat tiga jenis biaya yang menjadi komponen biaya keagenan Jensen dan
Meckling, 1976 dalam Subramaniam, 2009. Pertama, biaya pengawasan monitoring cost yang dikeluarkan oleh principal untuk membatasi agen dari
kepentingannya. Biaya ini dirancang untuk membatasi aktivitas-aktivitas yang menyimpang yang dilakukan agen. Komponen biaya yang kedua adalah biaya
yang dihabiskan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak sesuatu yang dapat merugikan principal. Contoh biaya ini adalah insentif
kepegawaian. Komponen biaya terakhir adalah kerugian residual yang merupakan nilai uang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami oleh
principal akibat tindakan agen yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Agency
cost merupakan jumlah dari monitoring cost, biaya yang dihabiskan oleh agen,
dan residual loss yang dialami principal. Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perbedaan
kepentingan adalah dengan menerapkan Good Corporate Governance Wulandari, 2012. Pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu
komponen dari GCG. Pengawasan dapat dilakukan dengan membentuk komite- komite pengawas untuk mengatasi masalah agensi. Komite manajemen risiko
dapat membantu dewan komisaris dalam pengawasan perusahaan, terutama dalam strategi, kebijakan, dan proses manajemen risiko perusahaan. Pada dasarnya,
komite tersebut memberikan kualitas pengendalian internal yang lebih baik, yang
terpenting lagi untuk memperkecil perilaku opportunistic agen Subramaniam, et al., 2009.
2.2 Signalling Theory