Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Keberadaan Risk

4.2.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Keberadaan Risk

Management Committee Hasil pengujian variabel komisaris independen pada Tabel 4.6 memiliki nilai koefisien sebesar 0,021 dengan nilai signifikansi 0,112 yang berarti bahwa hipotesis ditolak. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, variabel komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan RMC. Hasil pengujian variabel komisaris independen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan Risk Management Committee ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen, et al. 2009, Firth dan Rui 2006, dan Ruigrok, et al. 2006 yang meyatakan bahwa komisaris independen secara positif berpengaruh signifikan terhadap pembentukan komite baru secara sukarela. Risk management committee merupakan suatu komite pengawas manajemen risiko perusahaan yang belum diwajibkan pembentukkannya pada perusahaan non finance. Apabila proporsi komisaris independen besar, akan dapat menambah kualitas pengawasan perusahaan, karena komisaris independen tidak terafiliasi dengan perusahaan sebagai pegawai, dan merupakan keterwakilan independen dari shareholder Firth dan Rui, 2006. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori agensi hal ini dikarenakan proporsi komisaris independen yang semakin besar dalam perusahaan bukanlah faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan pada perusahaan, sehingga keberadaan RMC tidak bisa didasari pada proporsi komisaris independen yang besar pada perusahaan. Hasil pengujian penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al., 2009 yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap keberadaan Risk Managament Committee . Hasil tidak berpengaruhnya komisaris independen terhadap keberadaan risk management committee ini disebabkan karena latar belakang pendidikan dan kualitas yang dimiliki komisaris independen akan sangat menentukan kualitas pengawasan sebagai tanggung jawab para dewan daripada independensi dan komposisinya dalam perusahaan. Latar belakang pendidikan dan kualitas yang dimiliki komisaris independen akan sangat mempengaruhi bagaimana kualitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan komisaris independen. Dengan background pendidikan yang memadai dan sesuai dengan bidangnya, komisaris independen akan lebih mampu melaksanakan pengawasannya terhadap perusahaan dan persepsi tentang keberadaan RMC di perusahaan pun akan menjadi lebih baik, serta kinerja tugas RMC juga akan lebih efektif. Komisaris independen memiliki tugas yang sama dengan dewan komisaris. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan memberikan nasihat-nasihat kepada direksi dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun, dalam prakteknya tugas tersebut lalai dilaksanakan dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh komisaris termasuk komisaris independen. Sehingga tugas pengawasan, termasuk pengawasan terhadap manajemen risiko tidak mendapat perhatian yang lebih dengan membentuk komite yang khusus memantau manajemen risiko perusahaan. Alasan lain adalah pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance dalam perusahaan Andarini, 2010. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia mensyaratkan bahwa setiap perusahaan yang listing di BEI harus memiliki komisaris independen sekurang- kurangnya 30 dari dewan komisaris yang ada. Peraturan inilah yang mengharuskan perusahaan mau tidak mau harus mengangkat komisaris independen dalam perusahaannya. Sehingga, pengangkatan komisaris independen yang seharusnya dilaksanakan untuk menciptakan dan mewujudkan good corporate governance dalam fungsi pengawasan perusahaan, hanya sebagai pemenuhan regulasi saja agar perusahaan dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dewan komisaris termasuk komisaris independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk melakukan pengawasan terhadap perusahaan banyak melakukan kelalaian sudah menjadi suatu fenomena yang dianggap biasa. Sampai saat ini, kelalaian yang dilakukan oleh dewan komisaris tersebut masih belum ada legal counter atau pengaturan hukumnya. Dengan tidak adanya pengaturan hukum yang mengatur dewan komisaris termasuk komisaris independen didalamnya, fungsi dewan komisaris tidak bisa efektif. Apabila legal counter diterapkan terhadap dewan komisaris, terlebih lagi terhadap dewan komisaris independen, maka kinerja dan pelaksanaan fungsi, tugas, serta tanggung jawab pengawasan perusahaan akan lebih efektif. Veronica dan Utama 2005 dalam Kartika 2009 menyatakan bahwa ketentuan minimum komisaris independen sebesar 30 dari total dewan komisaris yang terdapat dalam perusahaan mungkin belum cukup tinggi untuk menjadikan komisaris independen mendominasi kebijakan yang akan diambil oleh dewan komisaris, terlebih untuk pembentukan komite baru. Apabila proporsi komisaris independen dalam perusahaan sama dengan proporsi dewan komisaris, maka fungsi pengawasan terhadap perusahaan akan lebih efektif karena tidak adanya tekanan pihak mayoritas dan minoritas. Komisaris independen sendiri merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan perusahaan, sehingga kinerjanya akan lebih mementingkan independensi dan obyektivitas.

4.2.2 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Keberadaan Risk