komisaris yang terdapat dalam perusahaan mungkin belum cukup tinggi untuk menjadikan komisaris independen mendominasi kebijakan yang akan diambil oleh
dewan komisaris, terlebih untuk pembentukan komite baru. Apabila proporsi komisaris independen dalam perusahaan sama dengan proporsi dewan komisaris,
maka fungsi pengawasan terhadap perusahaan akan lebih efektif karena tidak adanya tekanan pihak mayoritas dan minoritas. Komisaris independen sendiri
merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan perusahaan, sehingga kinerjanya akan lebih mementingkan independensi dan obyektivitas.
4.2.2 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Keberadaan Risk
Management Committee
Variabel ukuran dewan komisaris menunjukkan hasil nilai signifikansi 0,77 dengan koefisien 0,145. Hasil tersebut berarti ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap keberadaan Risk Management Committee
. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Chen, et al.
2009 dan Carson 2002 yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pembentukan komite baru. Proporsi dewan komisaris yang
besar dalam perusahaan akan memberi kemudahan dalam pengalokasian sumber daya yang besar, sehingga komisaris akan membentuk komite lain yang dapat
membantu tugasnya dalam melaksanakan pengawasan perusahaan. Subramaniam, et al. 2009 menyatakan bahwa dengan ukuran dewan komisaris yang besar
dalam perusahaan akan memudahkan pertukaran keahlian, informasi, dan pikiran secara lebih luas.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Andarini 2010 bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan RMC.
Besarnya ukuran dewan komisaris dalam perusahaan akan memperkecil tekanan untuk membentuk RMC, karena tugas pengawasan manajemen risiko telah dapat
dilakukan oleh dewan komisaris itu sendiri. Semakin banyaknya dewan komisaris dalam perusahaan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya, sehingga dewan komisaris tidak membutuhkan pembentukan komite baru untuk membantu menyelesaikan tugas-tugasnya.
Ukuran dewan komisaris yang terlalu besar akan menyebabkan proses dalam pencarian keputusan dan mencapai kesepakatan menjadi panjang, lama,
sulit, dan terlalu bertele-tele. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan manusia untuk dapat berdiskusi dan bernegoisasi dengan baik. Semakin banyak
ukuran dewan komisaris, maka akan semakin banyak pendapat-pendapat yang akan muncul dan masing-masing pencetus pendapat akan mempertahankan
pendapatnya sehingga akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai suatu kesepakatan dalam pengambilan keputusan.
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa dengan semakin besarnya jumlah dewan komisaris maka akan semakin membutuhkan biaya
monitoring yang dikeluarkan perusahaan. Untuk mengurangi dan meminimalisasi
biaya monitoring yang harus dikeluarkan maka perusahaan memilih untuk memiliki ukuran dewan yang tidak begitu besar dan juga tidak begitu kecil.
Dengan adanya pengurangan pembengkakkan biaya monitoring yang harus dikeluarkan perusahaan, maka menyebabkan tuntutan untuk membentuk komite
baru di dalam perusahaan, salah satunya adalah risk management committee, akan semakin kecil.
Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris Siallagan, 2006. Semakin banyaknya
anggota dewan komisaris maka akan semakin sulit menjalankan perannya dengan baik, karena dewan komisaris yang banyak akan mengakibatkan kesulitan dalam
komunikasi dan koordinasi kerja antara masing-masing dewan komisaris itu sendiri. Pengawasan dan pengendalian tindakan manajemen juga akan semakin
sulit dilakukan oleh dewan komisaris. Dengan adanya kesulitan-kesulitan tersebut, semakin jelas dewan komisaris akan sangat mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan terbaik bagi perusahaan. Oleh karena itu, pembentukan komite baru, seperti RMC, akan semakin kecil dilakukan karena pertimbangan
biaya monitoring tersebut.
4.2.3 Pengaruh